76 KARAKTER YAHUDI DALAM AL-QUR�AN
Syaikh Mustafa Al-Maraghi
Penyusun: Drs. M. Thalib
Design Sampul: Pro-Graphic Studio
Khaththath: Kathur. S
Cetakan Pertama: April 1989
Penerbit: CV PUSTAKA MANTIQ
Jl. Kapten Mulyadi 253
SOLO
Meet just a few of your Jewish Supremacist Warmongers
From left to right: William Kristol, Richard Perle, Ari Fleischer, Israili Prime Minister and Mass-Murderer Ariel Sharon, Paul Wolfowitz,
Elliott Abrams, Douglas Feith
http://www.nowarforIsrail.com/
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta�ala
yang telah menurunkan kitab-Nya sebagai penuntun dan petunjuk jalan yang lurus.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Sallalahu �Alaihi wa Sallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kitab suci Al-Qur'an yang terdiri dari 30 Juz tersebut, tujuh juz khusus
berbicara kepada dan mengenai Bani Israil. Dengan begitu besarnya porsi yang
diberikan AI-Qur'an kepada bangsa Yahudi ini, kita dapat tahu betapa besarnya
perhatian Allah terhadap bangsa Yahudi ini, sekaligus mengingatkan kepada Nabi
Muhammad Sallalahu �Alaihi wa Sallam dan ummatnya akan sepak-terjang Bangsa
Yahudi ini baik di masa nabi-nabi sebelumnya ataupun yang dihadapi Rasulullah
sendiri. Dan bagi kita relevansinya juga hingga saat ini bahkan hingga masa yang
akan datang.
Mengingat pentingnya informasi ini sebagai pelajaran bagi ummat yang mau
belajar dari sejarah, AI-Qur'an berbicara tentang akhlak dan karakter bangsa Yahudi
ini sepanjang sejarahnya. Dengan demikian segala sepak terjang ummat Yahudi
dengan gerakan Zionismenya semata-mata tidak beranjak dari sifat azali mereka
yang perinciannya dijabarkan dalam buku ini.
Sebagai sumber induk buku ini adalah kitab tafsir Al-Qur'an karya Syaikh
Musthafa Al-Maraghi yang telah berhasil disusun dengan format seperti ini. Sebab
kami yakin, untuk mengenalkan siapakah figur yang mengaku dirinya sebagai
"Bangsa Pilihan Tuhan", tidak lain adalah Kitabullah sendiri. Biarlah Al-Qur'an yang
mengungkapkan sendiri kepada kita yang mungkin tidak sempat mempelajari Al-
Qur'an seutuh itu.
Dengan demikian mungkin penyajian ini terasa tidak komprehensif malahan
terasa kering, namun yang jelas keabsahan dan keuniversalan buku ini terjamin
karena berasal dari Kitabullah.
PENERBIT
DAFTAR ISI
Pengantar Penerbit
Pengantar Penyadur
Bangsa Yahudi adalah bangsa yang:
1. Pertama Kali Kafir Kepada Muhammad Sallalahu �Alaihi wa Sallam
2. Suka Memutarbalikkan Kebenaran
3. Diingatkan Allah Karena Keingkarannya Terhadap Nikmat Allah
4. Diuji dalam Perbudakan Raja-raja Mesir
5. Menyembah Berhala di Tengah Bimbingan Nabinya
6. Diperintahkan Untuk Melakukan Bunuh Diri Massal
7. Mengingkari Sifat Ghaib dan Berpaham Materialisme
8. Berbuat Aniaya di Tengah Nikmat Allah
9. Paling cerewet Terhadap Nabinya
10. Cepat Melanggar Janji Allah
11. Paling Suka Mempermainkan Perintah Nabinya
12. Paling Keras Menolak Kebenaran Ilahi
13. Tidak Dapat Diharapkan Beriman Kepada Nabi
14. Paling Suka Mengatur Tipu Daya
15. Suka Memperjualbelikan Agama Allah
16. Beranggapan Tidak Disentuh Neraka Kecuali Sebentar
17. Paling Sedikit Orang-orang Baiknya
18. Paling Senang Bermusuhan Sesamanya
19 Paling Sombong dan Membanggakan Etnisnya
20. Paling Rakus Terhadap Kesenangan Dunia dan Takut Mati
21. Benci Terhadap Malaikat Jibril
22. Paling Suka Mengingkari Perjanjian
23. Paling Suka Mengikuti Khurafat
24. Paling Dengki Terhadap Nabi Muhammad dan Ummatnya
25. Paling Keras Berupaya Mengkafirkan Ummat Islam
26. Tidak mengakui Agama Nashrani
27. Menyatakan Allah Berputra
28. Membenci Kebebasan Beragama
29. Membenci Agama Ibrahim
30. Rasialis dan Apologetik
31. Tidak Malu Bersikap Sok Tahu
32. Menganggap Dirinya Paling Pintar
33. Hanya Menuruti Kemauannya Sendiri
34. Paling Mengenal Ciri Nabi Muhammad Tapi Mengingkarinya
35. Dikutuk Allah karena Merahasiakan Kebenaran
36. Paling Fanatik Terhadap Tradisi dan Leluhurnya
37. Menganggap Dagang dan Riba Sama Saja
38. Menjadikan Agama Sebagai Alat Kebohongan
39. Terlarang Kaum Mukminin Untuk Bersetia Kawan
40. Pertama-tama Merencanakan Pembunuhan Isa As.
41. Paling Senang Membuat Siasat Keragu-raguan
42. Suka Mengingkari Amanah Allah
43. Mengada-ada Urusan Agama
44. Menjadikan Agama Sebagai Alat
Memperbudak Bangsa Lain
45. Ingin Membuat Agama Lain Sebagai Tandingan Islam
46. Kedzalimannya Mempersulit Hatinya Melihat Kebenaran
47. Suka Menghalangi Orang Berjalan Pada Kebenaran.
48. Suka Berpecahbelah dan Meruusak Paham Agama
49. Tidak Suka Melihat Kebaikan Ummat Islam
50. Suka Mencela Allah Sebagai Fakir
51. Senang Membuat Ukuran Kebenaran Menurut Seleranya Sendiri .
52. Suka Mencari Pujian Palsu
53. Menganggap Dirinya Paling Bersih
54. Memeras Orang Lain Apabila Berkuasa
55. Selalu Dengki Kepada Keberuntungan Orang Lain
56. Senang Membuat Kelaliman Dalam Hukum
57. Berusaha Mempengaruhi Ke Arah Kesesatan Apabila Dijadikan Teman
58. Senang Mempermainkan Para Nabi
59. Mengaku Membunuh Isa As.
60. Diharamkan Allah Memakan Makanan Yang Baik
61. Mengaku Menjadi Anak Tuhan dan Kekasih-Nya
62. Paling Pengecut
63. Dibebani Hukum Yang Berat Karena Mentalnya Bobrok
64. Paling Cepat Bersikap Menolak Kebenaran dan Menyukai Kebohongan
65. Menyuruh Rakyat Berkonfrontasi dengan Orang-orang Yang Benar
66. Gemar melakukan Usaha-usaha kotor
67. Lebih Takut Kepada Manusia Daripada Kepada Allah
68. Senang Mengejek dan Mempermainkan Agama Islam
69. Menyatakan Allah itu Bakhil
70. Gemar Membangkitkan Peperangan
71. Suka Mendustakan Kebenaran Yang Tidak Disenanginya
72. Berani Membunuh Nabi-nabinya
73. Dilaknat Oleh Nabi-nabinya .
74. Ulamanya Tidak Perduli Terhadap Kemungkaran di Masyarakat .
75. Mau Bekerjasama dengan musuh-musuh Agama Demi Menghancurkan Islam
76. Paling Keras Permusuhannya Terhadap Islam
PENGANTAR PENYUSUN
Hanya kepada Allah kita panjatkan puji dan syukur. Shalawat dan salam
semoga Allah limpahkan kepada Rasulullah Sallalahu �Alaihi wa Sallam,
keluarganya dan sahabat serta para pengikutnya yang mukhlis.
Wa ba'du, bersama ini kami sajikan kepada para pembaca baik muslim
maupun non-muslim, sebuah kajian elementer tentang "Karakter Yahudi" yang
haqiqi.
Kami pilih masalah ini menjadi obyek kajian, karena kita semua, tanpa
kecuali, terkena gelombang penghancuran dunia yang berjalan secara sistematis,
terarah dan terprogram secara berencana dan dengan dana tak terbatas. Kita tak
pernah sempat sadar sesaat pun untuk mengenali Sumber Bencana dan arah
munculnya kekuatan raksasa perusak dunia ini. Karena itu, kini kita harus sadar
bahwa ada kekuatan jahat yang selalu memproduksi semua kejahatan di muka burni
ini. Siapakah dia itu? Dan bagaimana sesungguhnya karakter mereka? Buku ini
merupakan jawabnya.
Dalam buku ini kita akan mendapatkan informasi yang akurat, aktual dan
faktual, bahwa memang Bangsa Yahudi sebagai suatu golongan manusia telah
ribuan tahun lalu berkelana dan menjadi biang segala kerusakan dunia. Mereka
tidak saja penindas bangsa lain, tetapi bahkan mereka perusak agama dan
pembunuh nabinya sendiri. Bukti-bukti kejahatan mereka dikupas dalam AI-Qur'an
dari A hingga Z-nya.
Para pembaca kami harapkan membaca buku ini dengan cermat, kritis dan
sikap terbuka. Seluruh uraian yang dipaparkan di sini hanya bersumber pada AI-
Qur'an dan Hadits Rasulullah Sallalahu �Alaihi wa Sallam. Tambahan ilustrasi
hanya sekedar memudahkan para pembaca memperoleh gambaran jelas masa kini,
masa di mana kita dapat menghayati kehidupan yang penuh dengan gejolak
perkembangan Internasional.
Selanjutnya, kami perlu paparkan di sini, bahwa buku ini adalah saduran dari
Tafsir Al-Maroghi tentang ayat-ayat Qur'an yang bertalian dan berbicara tentang
kaum Yahudi. Jadi bukan khusus karya Syaikh Musthafa Al-Maroghi.
Maka segala ilustrasi dari buku ini adalah tanggung jawab Penyusun. Semoga
bermanfaat.
Penyusun
1. BANGSA PERTAMA KALI YANG KAFIR KEPADA NABI
MUHAMMAD SALLALAHU �ALAHI WA SALLAM.
Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah 41 Allah menerangkan, bahwa Bangsa
Yahudi/Bani Israil adalah bangsa yang pertama kali kafir kepada Nabi Sallalahu
�Alaihi wa Sallam.
"Dan berimanlah kamu kepada apa yang Aku turunkan yang membenarkan apa yang ada padamu, dan
janganlah kamu menjadi orang yang pertama kali kafir kepada-Nya dan janganlah kamu menjual ayat-ayat-
Ku dengan harga murah, dan hanya kepada Akulah hendaknya kamu bertaqwa!
Dalam ayat ini Allah berbicara kepada Bangsa Yahudi, sebagai bangsa yang telah
sering kedatangan Nabi. Bangsa ini menerima kitab-kitab suci dari langit, tetapi
merupakan bangsa yang paling benci kepada orang-orang mu'min. Bangsa Yahudi
diajak untuk menjadi orang pertama untuk beriman kepada Nabi Muhammad
supaya bangsa-bangsa lain bersedia mengikuti jejaknya.
Kepada bangsa Yahudi Allah berfirman supaya mereka beriman kepada Al-Qur'an
sebagai pelaksanaan memenuhi janji kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa
memenuhi janji kepada Allah dengan mengikuti perintah dengan beriman kepada
Al-Qur'an dan Nabi Muhammad adalah suatu tindakan lebih penting, dari lainnya.
Sebab langkah semacam ini merupakan dasar yang pokok dan tujuan utama.Al-
Qur'an diturunkan untuk membenarkan keteranganketerangan yang tersebut dalam
Taurat dan Kitab-kitab para Nabi sebelumnya. Perintah-perintah yeng tersebut di
dalamnya yakni berupa ajakan bertauhid, meninggalkan perbuatan-perbuatan keji
yang dilakukan dengan terang-terangan maupun dengan tersembunyi, menyuruh
berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan kemungkaran dan sebagainya yang
membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Ini sama dengan
ajaran Musa dan para Nabi sebelumnya, karena semuanya itu tujuannya satu, yaitu
menetapkan kebenaran dan memberi petunjuk kepada manusia serta melenyapkan
kesesatan dalam aqidah.
Tetapi bagaimanakah sikap Bangsa Yahudi terhadap teguran Al-Qur'an ini? Mereka
bahkan cepat-cepat bersikap kufur kepada Al-Qur'an. Padahal seharusnya mereka
berada pada barisan depan untuk beriman kepada Nabi Muhammad dan Al-Qur'an
ini. Karena mereka telah mengetahui kebenaran Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam
berdasarkan keterangan Kitab-kitab suci mereka, yang telah menyampaikan kabar
kedatangan Nabi akhir zaman. Dalam buku-buku tarikh dijelaskan, bahwa Nabi
Shallallahu �Alaihi wa Sallam datang hijrah ke Madinah, kaum Yahudi Madinah
mendustakannya. Kemudian langkah mereka ini diikuti oleh orang-orang Yahudi
Bani Quroidhah, Bani Nadhir, Yahudi Khoibar dan meluas kepada golongan Yahudi
lain-lainnya.
Terhadap sikap mereka yang kufur ini, maka Allah kemudian memperingatkan
secara keras dengan titah-Nya: "Janganlah kamu bersikap mendustakan kenabian
Muhammad dan kitab suci yang dibawanya serta menolak petunjuknya, karena ingin
menukar dengan kesenangan dunia yang sedikit". Para pendeta dan pemimpin
Yahudi karena ingin memperoleh pengaruh, harta, pangkat dan kedudukan di mata
rakyatnya. Mereka mendustakan kebenaran Nabi. Sedangkan golongan awam
bangsa Yahudi menolak kebenaran Nabi Muhammad, karena ingin mendapatkan
kasih sayang dari para pemimpin. Ingin memperoleh nasib baik dan takut
menghadapi permusuhan dan kemarahan para pemimpin dan masyarakatnya.
Sikap pemimpin dan masyarakat Yahudi mendustakan kebenaran Nabi Muhammad
adalah perbuatan yang merugikan diri sendiri. Perbuatan mereka ini dikatakan
menukar keridho'an dengan kemurkaan, rahmat dengan siksa baik di dunia maupun
di akhirat.
Seharusnya memang Bangsa Yahudi sebagai bangsa yang menerima wasiat Nabi
Musa dan Nabi Isa a.s. untuk beriman kepada Nabi akhir zaman menjadi pionir
menyambut kebenaran Al-Qur'an, bukan menjadi pionir yang kafir kepada Al-
Qur'an dan Nabi Muhammad.
2. BANGSA YANG SUKA MEMUTARBALIKKAN KEBENARAN
Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu campur-adukkan kebenaran dan kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan
kebenaran padahal kamu mengetahuinya." (Al- Baqarah: 42)
Dalam ayat ini para pendeta bangsa Yahudi mendapatkan peringatan keras, karena
perbuatannya mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan. Yang dimaksud
dengan mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan ialah merubah ayat Taurat
maupun Injil, sehingga tidak lagi dapat dibaca maksud aslinya. Misalnya, mereka
telah merubah kata Muhammad dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Ibrani
dengan kata "Paraclet" yang artinya orang yang punya sifat terpuji. Walaupun kata
"Paraclet" sama artinya dengan kata "Muhammad" tetapi perubahan kata tersebut
menimbulkan pengertian yang kabur. Akibatnya nama yang telah tegas disebut
dengan kata "Muhammad" menjadi sulit untuk dimengerti orang dan lenyaplah
kebenaran yang dikehendaki.
Ayat ini pun menjelaskan cara pendeta Yahudi melakukan perbuatan-perbuatan
sesat dan menyesatkan. Kitab Suci Taurat dan Injil yang ada pada mereka hal-hal
sebagai berikut:
1. Mengingatkan tentang munculnya Nabi-nabi palsu di tengah-tengah mereka,
dan terjadi pada rnereka keanehan-keanehan yang mengejutkan hati.
2. Allah akan membangkitkan seorang Nabi dari keturunan Ismail di tengah-
tengah mereka, dia akan mendirikan satu ummat, dia adalah anak keturunan
Hajar. Dan Allah terangkan tandatanda Nabi keturunan Ismail ini dengan te-
rang, tidak samar sedikit pun dan tidak kabur.
Lalu para pendeta dan para rahib mengaburkan hal ini kepada masyarakat dengan
menukar yang benar dengan kebatilan. Mereka kaburkan kepada masyarakat bahwa
Nabi Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam adalah di antara Nabi-nabi yang
diterangkan oleh Taurat tanda-tanda kepalsuannya. Mereka sembunyikan sifat-sifat
yang sesuai dengan Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam yang telah rnereka ketahui.
Mereka sembunyikan pula pengetahuan mereka tentang sifat-sifat para Nabi yang
jujur dan cara mereka mengajak manusia ke jalan Allah. Mereka menolak jalan yang
lurus dengan tidak mau beriman kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam, dengan
menambahkan keterangan-keterangan dusta, tradisi-tradisi, bid'ah yang dibuat
berdasarkan takwil dan mengikuti ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan
sebagian orang-orang dahulu yang mereka jadikan sumber agama. Dan beralasan
bahwa orang-orang dahulu lebih mengerti maksud ucapan para Nabi dan lebih
fanatik sikapnya dalam mengikuti mereka. Karena itu, maka bagi orang-orang yang
datang kemudian, hendaklah mengikuti ucapan mereka itu, bukan sabda para Nabi
yang sulit kita mengerti. Begitulah anggapan mereka.
Tetapi alasan ini tidak diterima Allah, dan dinyatakan sebagai perbuatan
mencampuradukkan dan menyembunyikan kebenaran yang ada dalam Taurat
sampai saat kita ini. Begitu juga �Allah tidak menerima ulama yang datang
kemudian dari agama dan syari'at apapun yang meninggalkan kitab-Nya "dan
mengikuti ucapan ulama dahulu dengan alasan seperti di atas. Semua yang
diketahui berasal dari kitab Allah wajib kita amalkan dan kalau ada sesuatu yang
tidak kita mengerti, hendaklah bertanya kepada ahlinya. Jika kita sudah mengerti
dan mengetahui, maka wajiblah kita amalkan.
Ayat ini sekali pun khusus tertuju kepada Bani Israil, namun dapat mencakup semua
orang yang berbuat seperti mereka. Karenanya orang yang menerima suap untuk
mengubah kebenaran dan membatalkannya atau menolak memberitahukan apa
yang wajib diberitahukan, atau menyampaikan ilmu yang wajib disampaikannya,
tetapi hanya mau kalau diberi upah, maka perbuatan-perbuatan tersebut termasuk
dalam ketentuan ayat ini.
3. BANGSA YANG DIPERINGATKAN ALLAH KARENA
KEINGKARANNYA TERHADAP NIKMAT ALLAH
Allah berfirman:
'Wahai, Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan ingatlah bahwa Aku
telah melebihkan kamu atas segala ummat di alam ini. Dan takutlah kamu kepada satu hari yang seorang
tidak akan dapat membela orang lain sedikit pun dan tidak akan diterima syafaat darinya dan tidak
diambilnya tebusan dari padanya dan mereka tidak akan mendapat pertolongan! (Al- Baqarah 47-48).
Ayat ini mengingatkan Bani Israil akan nikmat Allah yang pernah mereka terima,
tetapi selalu mereka lupakan. Di dalam ayat, ini dijelaskan rupa nikmat yang
diterima oleh Bangsa Yahudi ini, yaitu berupa karunia kelebihan dari bangsa lain.
Bangsa Yahudi memperoleh kelebihan dari bangsa-bangsa lain sekalipun
dibandingkan dengan mereka yang telah maju kebudayaan dan peradabannya,
seperti bangsa Mesir dan Bangsa Palestina.
Mereka dipanggil dengan nama bapak mereka, karena bapak mereka inilah yang
menjadi sumber kebanggaan dan kemuliaan mereka. Nikmat dan, kelebihan itu
semua disandarkan kepada mereka, karena kedua hal tersebut memang telah
mencakup. Kelebihan ini hanyalah mereka peroleh karena mereka berpegang
kepada perbuatan-perbuatan hina, karena orang yang menganggap dirinya
terhormat, tentulah ia akan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang hina.
Allah mengingatkan mereka akan kelebihan ini untuk menyadarkan mereka bahwa
Dzat yang memberikan kelebihan mereka ketimbang ummat lain, dapat pula
memberikan kelebihan itu kepada orang lain seperti Muhammad Shallallahu �Alaihi
wa Sallam dan ummatnya. Juga untuk menyadarkan bahwa merekalah yang lebih
patut dibandingkan dengan semua bangsa lain untuk memperlihatkan ayat-ayat
yang dibawa oleh Muhammad. Karena orang yang diberi kelebihan lebih patut
baginya mendahului melakukan yang baik daripada orang lain yang di bawahnya.
Dan kelebihan ini jika berupa banyaknya para Nabi pada mereka, maka tak ada satu
pun ummat menandingi mereka. Tetapi dengan kelebihan ini tak berarti bahwa tiap-
tiap pribadi dari mereka ini lebih mulia dari pribadi-pribadi ummat lainnya. Di
samping itu tidak menghalangi kemungkinan diunggulinya mereka oleh bangsa-
bangsa yang paling remeh sekalipun, jika mereka menyimpang dari jalan kebenaran,
meninggalkan tuntutan para Nabi mereka, sedangkan bangsa lain justru mengambil
petunjuk para Nabi itu.
Adapun jika kelebihan ini berupa dekatnya mereka kepada Allah lantaran mengikuti
syari'atNya, maka kelebihan itu hanya terbukti pada para Nabi dan orang-orang
yang mendapatkan petunjuk darl kalangan manusia di zamannya serta orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik sepanjang mereka masih berketetapan hati
melaksanakan syari'at itu dan menempuh jalan yang membawa mereka berhak
untuk mendapatkan keutamaan.
Di samping Bani Israil ini diperingatkan atas nikmat yang mereka terima, juga
disusul dengan ancaman, agar mereka takut kepada siksa Allah yang pasti akan
datang. Ancaman yang menyertai peringatan ini seolah-olah dapat dikatakan
sebagai satu pernyataan marah yang tak tertahan karena kerusakan moral yang
sangat berat pada Bani Israil ini. Dengan kata lain seolah-olah Allah berfirman: "jika
kamu wahai Bani Israil, tidak mau ta'at kepada-Ku sesudah menerima nikmat-Ku,
maka sekarang takutlah kamu menghadapi siksa berat dari Aku pada suatu saat di
masa datang."
Bangsa Yahudi mempunyai suatu anggapan yang sangat sesat terhadap hukum
pembebasan Allah di akhirat kelak. Walaupun mereka menjadi bangsa yang
menerima kitab-kitab suci dari Allah, tetapi aqidah mereka tetap sesat seperti halnya
kaum penyembah berhala, yang mengkiaskan pengadilan akhirat dengan pengadilan
yang berlaku di dunia.
Mereka menyangka, adalah mungkin untuk membebaskan orang-orang berdosa dari
siksa dengan jalan membayar tebusan, atau pertolongan orang-orang yang dekat
dengan hakim, sehingga hakim mengubah pendapatnya dan membatalkan apa yang
telah diniatkannya.
Keingkaran Bangsa Yahudi terhadap pembalasan akhirat yang serba adil dan
anggapan mereka bahwa pengadilan di akhirat dapat dipengaruhi oleh suap dan
pembelaan orang-orang tertentu adalah bukti nyata keingkaran mereka kepada
nikmat Allah.
4. BANGSA YANG PERNAH DIUJI DALAM PERBUDAKAN RAJA-RAJA
MESIR
Allah berfirman:
"Dan ingatlah ketika Kami menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir'aun, mereka menimpakan siksa
yang kejam, menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan
dalam hal itu terdapat ujian besar dari Tuhan kamu" (Al -Baqarah:49).
Kepada orang-orang Yahudi yang hidup dimasa turunnya Al-Qur'an, Allah
menyebut-nyebut tentang nikmat-nikmat-Nya yang pernah dialami oleh nenek
moyang mereka. Karena pemberian nikmat kepada suatu ummat merupakan
pemberian kepada segenap perorangannya baik yang mengalami nikmat itu ataupun
yang tidak, sebab peninggalan yang ada di kalangan ummat itu akan diwarisi oleh
generasi berikutnya.
Berbagai macam bencana yang diingatkan kepada kaum Yahudi dalam Al-Qur'an
adalah bencana yang telah menimpa bangsa ini akibat perbuatan yang dikerjakan
oleh segenap orang Yahudi.
Para ahli sejarah menceritakan bahwa orang pertama dari kalangan Bani Israil yang
masuk ke Mesir ialah Nabi Yusuf as., kemudian datang saudara-saudaranya
bergabung kepadanya. Lalu mereka berkembang biak dan dalam masa empat ratus
tahun mencapai jumlah enam ratus ribu orang, yaitu ketika mereka keluar dari
Mesir karena penindasan Fir'aun dan kaumnya. Karena ketika itu Fir'aun melihat
bertambah banyaknya kaum Yahudi di negerinya mendesak Mesir, maka ia mulai
membudakkan mereka, dan memaksa kerja berat dalam pelbagai bidang pekerjaan
dan perusahaan. Akan tetapi sekalipun begitu, jumlah mereka semakin bertambah di
samping tetap berpegang kepada kebiasaan dan tradisi mereka, tanpa mau berbaur
sedikit pun dengan masyarakat Mesir dan tidak berpartisipasi dalam perjuangan
mereka, sampai kepada sikap egoisme, enggan dan perasaan lebih tinggi dari bangsa
lain, karena keyakinan bahwa mereka bangsa pilihan Tuhan dan manusia yang
paling mulia. Kenyataan ini mencemaskan bangsa Mesir dan khawatir kalau kaum
Yahudi semakin bertambah besar akan mengalahkan dan merampas negeri mereka.
Karena itu bangsa Mesir yang giat, aktif, suka kerja dan berpikiran tajam menjadi
susah, lalu berusaha membinasakan mereka dengan jalan membunuh anak laki-laki
mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka., Kemudian Fir'aun
memerintahkan kepada semua kabilah supaya membunuh setiap bayi laki-laki
bangsa Israil.
Para ahli sejarah meriwayatkan bahwa ketika. Allah mengutus Musa kepada Fir'aun
dan kaumnya, ia mengajak mereka supaya mereka beriman kepada-Nya dan Musa
minta kepada mereka agar membebaskan Bani Israil, tidak menganiaya dan
menindas. Tetapi justru Fir'aun menyiksa mereka lebih hebat lagi dan menganiaya
mereka dengan lebih kejam.
Hal ini dikuatkan oleh keterangan yang terdapat dalam Kitab Keluaran pada Kitab
Taurat, bahwa Allah memberitahukan kepada Musa yang menyatakan bahwa la akan
menjadikan hati Fir'aun keras terhadap Bani Israil, akan lebih menganiaya dan tidak
akan melepaskan pergi bersama Musa, sampai Allah perlihatkan ayat-ayat-Nya.
Sesudah Musa mengajak Fir'aun supaya iman, ia bertambah zalim dan durhaka.
Lalu menyuruh kepada orang-orang yang mengerjapaksakan Bani Israil supaya
bersikap lebih keras lagi terhadap mereka, tidak memberi upah yang dulu biasanya
diberikan sebagai upah kerja bangunan, memaksakan mengumpulkan batu dan
mengerjakan semua bangunan yang dibangun tanpa keringanan sedikit pun.
5. BANGSA YANG MENYEMBAH BERHALA DI TENGAH BIMBINGAN
NABI-NYA
Allah berfirman:
"Dan ingatlah ketika Kami berjanji kepada Musa empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak sapi
sebagai sembahan sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang dzalim:' (Al-Baqarah: 51).
Ketika Nabi Musa diperintahkan oleh Allah selama 40 malam berada di bukit
Tursina, maka bangsa Yahudi ditinggalkannya di bawah pimpinan Nabi Harun. Nabi
Musa menanti di bukit Tursina ini adalah untuk memenuhi permintaan Kaum
Yahudi kepadanya, agar Allah memberikan sebuah Kitab Suci sebagai bukti
kebenaran kenabiannya. Lalu Tuhan berjanji kepada Musa akan memberikan Taurat
dan memberi tempo kepadanya untuk menunggu. Menurut mereka saat-saat
menunggu itu selama bulan Dzul-Qaidah dan sepuluh hari Dzul-Hijjah, tetapi
mereka menganggapnya lama, lalu membuat anak sapi dari emas untuk disembah.
Mereka berbuat dzalim kepada diri sendiri lantaran perbuatan syiriknya ini dan
menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yakni menyembah anak sapi yang
dibuatnya dari emas sebagai ganti menyembah kepada Pencipta mereka dan
Penciptanya.
Peristiwa Bangsa Yahudi di zaman Nabi Musa ini dikisahkan kembali oleh Al-Qur'an
kepada Bangsa Yahudi yang hidup pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu �Alaihi
wa Sallam dimaksudkan untuk menyatakan tingkah laku dan karakter Bangsa
Yahudi yang begitu rusak. Sebab mereka tadinya minta kepada Nabi Musa agar Allah
menurunkan Kitab Suci kepada mereka, tetapi sebelum Kitab Suci tersebut turun
mereka telah menyambutnya dengan perbuatan-perbuatan jahil dan sikap
menantang.
Akan tetapi perbuatan jahil mereka ini kemudian dihapuskan oleh Allah setelah
mereka lebih dahulu bertobat. Allah tidak cepat-cepat membinasakan kaum Yahudi
yang mengingkari ajaran Nabi Musa ini, bahkan menunda sampai Nabi Musa turun
dari bukit Tursina adalah merupakan nikmat pula bagi mereka. Dalam sejarah
ummat manusia hanya Bangsa Yahudilah yang menukar penyembahan kepada Allah
dengan penyembahan kepada berhala yang berupa patung anak sapi dari emas.
Demikianlah kehinaan dan rendahnya jiwa bangsa Yahudi yang tak mau menjadi
baik walaupun dipimpin oleh seorang Nabi.
6. BANGSA YANG DIPERINTAHKAN MELAKUKAN BUNUH DIRI
MASSAL
Allah berfirman:
"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sungguh kamu telah menganiaya dirimu
sendiri, karena menjadikan anak sapi sebagai sesembahan. Sebab itu bertaubatlah kamu kepada Penciptamu,
lalu bunuhlah dirimu sendiri. Demikian itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu, lalu Dia menerima
taubatmu. Sungguh Dia Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Q S. Al-Baqarah: 54).
Ayat ini menerangkan perintah Allah kepada Bangsa Yahudi di zaman Musa as. agar
melakukan bunuh diri masal karena kedurhakaan mereka kepada Allah dengan
melakukan penyembahan berhala ketika Nabi Musa sedang berada di atas bukit
Tursina. Bangsa Yahudi merupakan bangsa yang sangat durhaka karena mereka
menyembah patung anak sapi sebagai ganti dari menyembah Allah, Pencipta
sekalian. alam.
Di dalam ayat ini disebutkan kata-kata "bunuhlah diri-diri kamu" yang dapat berarti
bahwa orang-orang yang durhaka di antara ummat Nabi Musa as. disuruh bunuh
diri masal, atau dapat pula berarti bahwa orang-orang yang telah menyembah
berhala disuruh oleh Allah agar dibunuh oleh orang-orang yang tetap beriman.
Kisah pembunuhan massal ummat Nabi Musa ini termaktub dalam Kitab Taurat
yang ada sampai sekarang. Disebutkan bahwa Nabi Musa berseru kepada mereka:
"Siapa yang memihak kepada Tuhan datanglah kepadaku". Lalu berkumpullah
seluruh Bani Levi.
Nabi Musa menyuruh mereka mengangkat pedang mereka. Kemudian sebagian
mereka membunuh sebagian lainnya. Bani Levi melakukan seperti yang
diperintahkan Musa. Dan pada hari itu tewaslah kira-kira 3000 orang.
Taubat dengan bunuh diri massal yang diperintahkan kepada Bangsa Yahudi ini
adalah dimaksudkan membersihkan diri mereka dari bibit orang orang durhaka
yang ada di tengah-tengah masyarakat mereka, sehingga kelak kemudian hari
masyarakat ini diharapkan menjadi bersih dan baik.
Di dalam sejarah agama Samawi hanya Bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh
Allah untuk melakukan bunuh diri massal sebagai jalan bertaubat secara tuntas. Hal
ini membuktikan bahwa Bangsa Yahudi merupakan golongan manusia yang sangat
bobrok dalam kerusakan mental dan moralnya.
7. BANGSA YANG PERTAMA MENGINGKARI SIFAT GHAIB DAN
BERFAHAM MATERIALISME
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:.55-56)
�Dan ingatlah ketika kamu berkata: �Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami dapat
melihat Allah dengan jelas, maka kamu disambar petir sedang kamu menyaksikannya. Kemudian Kami
bangkitkan kamu sesudah kematianmu supaya kamu bersyukur."
Bangsa Yahudi yang dipilih oleh Nabi Musa untuk menyertainya 'pergi ke bukit
Tursina ketika Musa kembali kepada mereka yang tiba-tiba didapatinya telah
menyembah patung anak sapi dengan penuh keingkaran dan kesombongan berkata
kepada Musa: "Kami tidak akan sudi mengakui kebenaran ucapanmu, bahwa Kitab
Suci yang engkau bawa itu dari Allah, dan engkau telah mendengar firman-Nya serta
Allah menyuruh supaya menerima dan mengamalkan Kitab suci Nya sebelum kami
dapat melihat wujud Allah dengan mata kepala sendiri".
Ucapan Kaum Yahudi kepada Nabi Musa sebenarnya hanyalah sebagai alasan yang
dicari-cari, supaya perbuatannya menyembah patung anak sapi dapat dimaklumi
oleh Nabi Musa as. Namun karena kedurhakaan dan kecongkakan mereka yang
sangat keterlaluan ini mengakibatkan mereka binasa disambar petir. Orang-orang
Yahudi yang masih taat kepada Nabi Musa selamat dari bencana ini.
Di dalam Taurat disebutkan, bahwa sebagian dari orang-orang Yahudi yang
mengikuti Musa berkata, "Mengapa Allah hanya khusus berbicara ke pada Musa dan
Harun saja, tetapi tidak berbicara kepada kita!
Maka tersebarlah hal ini kepada Bani Israil seluruhnya, lalu mereka bertanya kepada
Musa sesudah kematian Harun, "Sesungguhnya nikmat Allah kepada Bangsa Israil
adalah karena Ibrahim dan Ishak. Lalu mencakup seluruh bangsa ini. Sedangkan
engkau tidak lebih baik daripada Ibrahim. Karena itu engkau tidak berhak
menguasai kami tanpa adanya keistimewaan. Dan kami tidak akan percaya
kepadamu sebelum kami dapat melihat wujud Allah dengan nyata." Lalu mereka
dibawa Musa ke suatu tempat perkemahan tertentu,. Tiba-tiba bumi terbelah dan
menelan sebagian dari mereka dan dari jurusan lain datang api, lalu menyambar
sisanya.
Bangsa Yahudi yang sama sekali tidak mau menggunakan akal sehatnya, tetapi
hanya menurutkan bisikan setan adalah suatu kaum yang sungguh sungguh
berwatak materialis. Walaupun mereka telah terpenuhi permintaan-permintaannya
kepada Nabi Musa berupa mendapat makanan yang turun dari langit ataupun
musibah sebagai bukti yang terjadi di hadapan mereka sendiri akibat kedurhakaan
mereka sendiri, tetapi mereka tetap ingkar kepada seruan dan ajakan tauhid.
Di bawah pimpinan Nabi Musa, Bangsa Yahudi telah memperlihatkan sikap
kejahilan yang tak ada taranya. Karena mereka meminta kepada Musa agar dapat
melihat Allah dengan mata dan kepala sendiri. Sungguh tak ada golongan manusia
di permukaan bumi ini yang watak materialis dan pandangan materialisnya seperti
bangsa Yahudi. Karena itu tidaklah mengherankan kalau bangsa Yahudi merupakan
pionir dari semua pandangan sesat seluruh jagat ini.
8. BANGSA YANG SUKA BERBUAT ANIAYA DI TENGAH NIKMAT
ALLAH
Allah berfirman : (Al-Baqarah:57)
"Dan Kami naungkan awan di atasmu dan Kami turunkan Manna dan Salwa kepadamu. Makanlah
makanan yang baik-baik yang Kami karuniakan kepadamu; dan mereka tidaklah berbuat aniaya kepada
Kami, akan tetapi mereka menganiaya terhadap diri mereka sendiri.�
Ketika Bangsa Yahudi keluar dari Mesir menyeberangi Laut Merah, lalu tinggal di
gurun pasir yang panas, kemudian mereka mengadu kepada Nabi Musa, agar ia
mohon kepada Allah mengirimkan awan untuk menaungi mereka sampai mereka
tiba di daerah yang dijanjikan. Lalu Allah naungi mereka dengan awan sepanjang
perjalanan menuju daerah yang dijanjikan. Selain itu mereka pun mendapatkan
makanan Manna dan Salwa yang menjadi bekal mereka selama dalam perjalanan di
padang pasir yang tandus dan panas, selama mereka tinggal di daerah yang
dijanjikan itu. Ini dalam Kitab Keluaran disebutkan: "Mereka makan Manna selama
empat puluh tahun dan rasanya makanan ini seperti roti dipoles madu, sebagai
pengganti roti. Karena mereka dihararnkan makan buah-buahan dan sayur"
Namun apa gerangan sikap bangsa Yahudi menghadapi nikmat Allah yang
melimpah ini? Nikmat ini justru menjadikan mereka semakin keras kepala dan
ingkar kepada Nabi Musa as. Sebab apa yang diperintahkan oleh Nabi Musa mereka
tolak dan apa yang beliau larang justru mereka langgar. Keingkaran mereka ini
menyebabkan berbagai malapetaka dan adzab Allah turun kepada mereka, sehingga
mereka hidup dalam kesusahan dan penderitaan.
Ayat ini memberikan pelajaran bahwa setiap tuntunan ilahi kepada manusia
hanyalah mendatangkan kebahagiaan selama manusia mau mematuhinya. Tetapi
bila manusia itu mengingkarinya niscaya akan menimbulkan penderitaan diri
sendiri. Sejarah bangsa Yahudi menjadi saksi atas malapetaka yang menimpa
mereka karena berbuat dzalim dan sikap kufur terhadap nikmat Allah.
9. BANGSA YANG PALING CEREWET TERHADAP NABINYA
Allah berfirman: (Al-Baqarah:61)
"Dan ingatlah ketika kamu berkata, "Hai Musa, kami tidak akan sabar dengan satu macam makanan. Maka
mohonlah untuk kami tumbuh-tumbuhan bumi berupa sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihrrya,
kacangnya dan bawang merahnya.
Musa berkata, "Apakah kamu mau menukar yang lebih baik dengan yang lebih rendah? Turunlah kamu ke
suatu negeri karena di sana kamu memperoleh apa-apa yang kamu minta. Dan kepada mereka
ditimpakanlah kehinaan dan kemiskinan, mereka patut mendapat murka dari Allah. Demikian itu karena
mereka telah mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh Nabi-Nabi dengan tidak benar. Demikian itu
karena kedurhakaan mereka dan mereka melewati betas.
Nenek moyang Bangsa Yahudi di masa Nabi Musa as. gemar meminta hal-hal yang
sulit kepada Nabi Musa dengan maksud untuk mempermainkannya. Contohnya
yang nyata ialah kata-kata mereka kepada Nabi Musa, "Kami tidak akan dapat
bersabar dengan satu macam makanan seperti ini, yaitu Manna dan Salwa."
Mereka menyuruh Nabi Musa agar meminta kepada Allah untuk menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan berupa sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan
bawang merah. Tetapi Nabi Musa menjawab dengan kata-kata, "Apakah kamu mau
menukar makanan yang baik dengan makanan yang lebih jelek?"
Kemudian Nabi Musa menyuruh mereka pergi meninggalkan padang Tih dan tinggal
di tempat lain, jika mereka inginkan apa yang mereka minta.
Karena bumi yang Allah tetapkan kepada mereka ini hanya akan mereka diami
beberapa waktu saja, sehingga di situ tidak perlu ditumbuhkan sayur-mayur. Allah
tidak menetapkan mereka tinggal di sana, kecuali untuk menghilangkan lemahnya
tekad mereka mengalahkan negeri-negeri lain, yang penduduknya biasa makan satu
macam makanan saja. Padahal untuk dapat melepaskan diri dari apa yang tidak
mereka sukai itu hanyalah bisa dengan jalan berani menyerang negeri-negeri yang
dijanjikan yang ada di depan mereka. Dan Allah menjamin untuk menolong mereka.
Karena itu, hendaklah mencari cara yang dapat memberi jalan kemenangan bagi
mereka.
Bangsa Yahudi sebagai golongan manusia yang durhaka telah melakukan kejahatan
yang luar biasa dengan membunuh Nabi-nabi yang Allah kirim kepada mereka.
Mereka telah membunuh Asy'iya, Zakariya, Yahya dan lain-lainnya tanpa alasan
yang benar atau suatu tuduhan yang boleh dijadikan alasan untuk membunuh.
Karena orang yang berbuat salah adakalanya secara kabur beranggapan bahwa dia
benar. Kitab mereka mengharamkan membunuh orang lain bukan Nabi, maka
apalagi membunuh Nabi, kecuali ada alasan yang membenarkan demikian. Dan
firman-Nya "Dengan tidak benar", padahal membunuh Nabi-nabi sudah tentu tidak
ada alasan yang membenarkannya, adalah untuk lebih menyatakan keburukan
mereka dan menjelaskan secara gamblang bahwa mereka berbuat itu bukan karena
salah paham atau mentakwilkan hukum sesuai yang disyari'atkan kepada agama
mereka.
Akibat kedurhakaan dan sikap-sikap cerewetnya kepada Nabi-nabi, kemudian Allah
menjatuhkan hukuman kepada mereka. Dijadikan mereka berjiwa hina, berkelakuan
rendah dan bermental lemah. Mereka akhirnya menjadi bangsa yang berwatak plin-
plan, bersikap mudah menyerah kepada paksaan atau kekuatan yang dapat
menimbulkan ketakutan pada diri mereka. Bangsa Yahudi telah memiliki sikap
kerdil, sehingga tampak bekasnya pada wajah mereka.
Walaupun Bangsa Yahudi selalu menerima teguran dari para Nabinya, tetapi karena
sikapnya yang cerewet, mereka selalu melanggar apa yang diajarkan para Nabi itu
pada mereka. Sesungguhnya agama para Nabi, besar pengaruhnya untuk merubah
perwatakan manusia yang buruk menjadi baik, sehingga mereka tidak berani
melanggar agamanya. Karena bila ajaran agama telah dilanggar sekali saja, maka
jiwa orang yang bersangkutan akan menjadi lemah dan mudah melakukan
perbuatan dosa. Jika pelanggaran terhadap agama ini dilakukan berulang kali, maka
jiwa orang yang bersangkutan akan bertambah lemah dan berubahlah wataknya
menjadi manusia pendurhaka. Seseorang yang menjadi pendurhaka akan dengan
mudah bersikap cerewet terhadap Nabi dan Rasul Allah.
10. BANGSA YANG CEPAT MELANGGAR JANJI ALLAH
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:64)
"Kemudian kamu berpaling sesudah itu. Kalau tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu,
niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi."
Bangsa Yahudi yang berada di bawah pimpinan Nabi Musa diperintahkan oleh Allah
untuk melaksanakan isi Kitab Taurat dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh. Di
saat mereka menerima perintah ini Allah mengangkat gunung Thursina di atas
kepala mereka, agar mereka menjadi yakin dan bertambah kuat iman serta
menghayatinya dengan sedalam-dalamnya.
Sesudah mereka menyaksikan gunung yang terangkat di atas kepala mereka, lalu
Allah menyuruh mereka berjanji untuk mematuhi kitab Taurat dengan sungguh-
sungguh. Tujuan dari adanya persaksian gunung ini adalah menyiapkan diri mereka
menjadi orang-orang bertaqwa yang sebenar-benarnya.
Akan tetapi yang terjadi pada Bangsa Yahudi ini adalah sikap yang sebaliknya.
Mereka justru dengan cepat melanggar perjanjian yang baru saja mereka buat.
Pelanggaran yang mereka lakukan terhadap Kitab Taurat tidaklah dengan segera
dihukum oleh Allah. Seandainya tidak karena belas kasihan Allah kepada mereka
niscayalah Bangsa Yahudi yang gemar melanggar janji ini telah binasa. Mereka
berhak memperoleh siksa Allah sebab begitu cepat mereka mengingkari janji-
janjinya kepada Allah. Bangsa Yahudi yang tinggal di kota Madinah di masa
Rasulullah telah mengadakan perjanjian dengan beliau untuk tidak saling
membantu musuh yang akan menyerang Madinah dan bersama-sama dengan
ummat Islam untuk menjaga keamanan dan ketentraman di Madinah. Akan tetapi
kemudian Bangsa Yahudi bersepakat dengan Bangsa Quraisy di Mekkah untuk
menyerang kota Madinah dan menghancurkan ummat Islam. Penyerangan bersama
ini terjadi dalarn perang yang disebut perang Khandaq.
Perang Ahzab ini pada bulan Syawal tahun 5 H. Peristiwa ini disebutkan dalam surat
Al-Ahzab ayat 10. Kota Madinah dikepung oleh musuh selama 27 hari, sehingga
ummat Islam Madinah hampir mengalami kekacauan, karena kelaparan. Mayoritas
kaum muslimin telah berputus asa. Pada saat yang telah dernikian gawat, kemudian
Allah rnemberikan pertolongan-Nya sehingga musuh lari meninggalkan Madinah
dan selamatlah umat Islam dari kepungan mereka.
Perang Ahzab ini memberikan pelajaran kepada Rasulullah bahwa Bangsa Yahudi
sebagai manusia yang tak pernah jujur memegang janji-janjinya kepada Nabi Musa.
Karena pelanggaran janji itulah kemudian Rasulullah menghukum mati Bangsa
Yahudi laki-laki dewasa, sedangkan anak-anak dan perempuan diusir keluar dari
kota Madinah.
11. BANGSA YANG PALING SUKA MEMPERMAINKAN PERINTAH
NABINYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:67-71)
"Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Sungguh Allah menyuruh kamu menyembelih seekor
sapi betina." Mereka menjawab, "Apakah kamu hendak memperolok-olok kami?" Ia menjawab, "Aku
berlindung kepada Allah dari golongan orang-orang yang bodoh." 67)
�Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu urituk kami, supaya Dia menerangkan kepada kami sapi
betina apakah itu". Ia menjawab, "Sungguh Dia berfirman bahwa sapi itu sapi betina yang berumur tidak tua
dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu." 68)
�Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami supaya Dia menerangkan kepada kami, apa
warnanya." Ia menjawab, "Sungguh Dia berfirman bahwa dia adalah sapi betina yang kuning, sangat kuning
warnanya, menyenangkan orang-orang yang melihatnya." 69)
�Mereka berkata,"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami supaya Dia menerangkan kepada kami,
bagaimana sapi betina itu, karena sungguh sapi itu serupa saja bagi kami. Dan sungguh kami akan menjadi
orang-orang yang mendapat petunjuk jika Allah menghendaki." 70)
Ia menjawab, "Sungguh Dia berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak pernah digunakan
membajak tanah dan mengairi tanaman, mulus, tidak belang". Mereka menjawab, "Sekarang engkau telah
membawa kebenaran". Lalu mereka menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak melakukannya." 71)
Al-Qur'an dalam membuat kisah peristiwa ini tidaklah disusun secara kronologis
seperti yang dilakukan ahli-ahli sejarah. Karena maksud mengetengahkan kisah ini
ialah untuk menarik perhatian dan menciptakan suasana pada pendengar, agar
perasaannya turut terlibat di dalam peristiwa yang senang dikisahkan.
Tentang sikap Bangsa Yahudi yang mempermainkan perintah Nabi Musa as. ini,
jalan ceritanya sebagaimana disebutkan dalam riwayat adalah seba gaiberikut:
Konon ada seorang laki-laki tua kaya dari keluarga Bani Israil dibunuh oleh anak-
anak pamannya karena menginginkan harta warisannya. Mereka membawanya ke
kampung lain dan dilemparkan di tanah lapang. Kemudian mereka datang ke
kampung itu untuk menuntut pembayaran denda (diyat) dan menuduh beberapa
orang dari penduduk kampung tersebut telah membunuh pamannya. Setelah Musa
menanyakan hal itu kepada mereka, tetapi mereka menyangkal sehingga perkaranya
menjadi kabur. Mereka selalu menghinakan Musa untuk memohon kepada Allah
kiranya berkenan menerangkan kepada mereka tentang pembunuhan yang misterius
itu.
Setelah terjadinya peristiwa itu mereka selalu membantah perintah-perintah Nabi
Musa as. dalam rangka menyelesaikan kasus tersebut. Bahkan Allah menyuruh
kepada nabi Musa supaya orang-orang Yahudi itu mau melaksanakan apa yang
sudah diperintahkan kepada mereka dengan rasa patuh dan taat, tidak selalu
bertanya-tanya yang justru menambah kebingungan belaka.
Al-Qur'an menggambarkan betapa senangnya Bangsa Yahudi mempermainkan Nabi
Musa dengan dalih agar memperoleh keterangan lebih lengkap dan lebih terperinci.
Setiap kali Nabi menjawab pertanyaan mereka, selalu mereka mengajukan
pertanyaan baru sebagaimana tersebut dalam ayat 67 sampai 71 di atas.
Cobalah kita perhatikan pertanyaan yang mereka ajukan kepada Nabi Musa itu:
a. Sapi betina yang bagaimanakah?
b. Berapakah umurnya, tua atau muda?
c. Apa warnanya?
d. Apakah sapi untuk bekerja atau tidak?
e. Warna kuningnya bagaimana?
Dari pertanyaan yang dibuat-buat ini, yang dimaksudkan agar berlepas diri dari
perintah Allah yang diberikan kepada mereka, akhirnya mereka sendiri yang
kepayahan melaksanakannya. Bahkan hampir saja mereka tidak dapat melakukan
perintah tersebut. Ibnu Jarir meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas berkenaan
dengan peristiwa yang dikisahkan ayat ini sebagai berikut: "Seandainya orang-orang
Yahudi itu menyembelih sapi apa pun, asal betina sudah tentu cukup untuk
memenuhi perintah yang diberikan kepada mereka, tetapi mereka mempersulit diri
sendiri. Akhirnya mereka sendiri yang memikul beban berat menjalankan perintah
tersebut".
Demikianlah perilaku Bangsa Yahudi terhadap Nabi Musa as. Walaupun mereka
mengakui dan mempercayai kenabian Musa, namun mereka tetap senang
mempermainkan perintah-perintah Nabi Musa as.
12. BANGSA YANG PALING KERAS KEPALA MENOLAK KEBENARAN
ILAHI
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:74)
"Kemudian, sesudah itu hatimu menjadi keras sebagaimana batu atau lebih keras. Padahal sungguh di antara
batu-batu itu ada yang terbelah, lalu keluar air daripadanya, dan di antaranya ada yang jatuh menggelinding
karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini melukiskan keadaan mental Bani Israil setelah mereka menerima berbagai
nikmat dan nasihat yang diberikan oleh Nabi Musa. Ternyata bahwa nikmat Allah
dan nasihat Nabi Musa kepada mereka sama sekali tidak berpengaruh positif kepada
mereka. Mereka sama sekali seolah-olah tidak lagi mempunyai hati yang hidup,
tetapi hanya sebagai makhluk yang berhati laksana batu, bahkan lebih keras
daripada batu. Di antara batu-batu itu masih ada yang bisa berlubang karena tetesan
air, sehingga mengalirkan sungai, selokan dan mata air, yang kemudian menjadi
tempat manusia dan hewan mengambil air dan berguna untuk menyiram tumbuh-
tumbuhan. Bahkan ada batu yang jatuh dari atas gunung ketika gunung meletus atau
gempa bumi atau disambar petir.
Tetapi hati Bangsa Yahudi tidak berubah menjadi baik dengan nasihat dan
peringatan dari Allah. Mereka sama sekali tidak dapat meresapi kebenaran, sehingga
segala tanda kekuasaan Allah yang ada di depan mereka dan yang dibawa oleh para
Nabi sama sekali tidak berpengaruh positif ke dalam jiwa mereka. Segala apa yang
mereka saksikan dari bukti kebenaran para Nabi justru hanya membuat mereka
semakin ingkar dan berbuat kerusakan lebih besar.
Disamakan hati orang Yahudi kerasnya bagaikan batu adalah karena benda yang
bernama batu ini tak dapat dicairkan sekalipun dengan api. Dan benda yang paling
beku di jagad raya ini adalah batu, bukan besi maupun tembaga. Sebab besi dan
tembaga dapat menjadi leleh bila dipanaskan dengan api.
Batu pun masih ada yang bisa berlubang bila terkena tetesan air secara terus
menerus, sehingga akhirnya dapat berguna bagi kehidupan manusia. Tetapi hati
orang-orang Yahudi bukan saja keras kepala melebihi batu, namun tidak punya hati
untuk meresapkan kebenaran. Bangsa Yahudi sepanjang sejarah telah terbukti
sebagai penentang kebenaran paling keras dan hanya mengikuti bisikan nafsunya
belaka.
13. BANGSA YANG TIDAK DAPAT DIHARAPKAN BERIMAN KEPADA
KEBENARAN PARA NABI
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:75)
"Maka apakah kamu ingin sekali supaya mereka beriman karena seruanmu, padahal sebagian mereka ada
yang mendengar firman Allah, lalu mengubahnya sesudah mereka memahaminya sedangkan mereka
mengetahuinya."
Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya sangat berharap masuknya
kaum Yahudi ke dalam agama baru ini lalu masuk di bawah panji-panjinya. Karena
agama mereka lebih dekat dengan agama baru ini daripada yang lain, baik tentang
ajaran-ajarannya, prinsip-prinsipnya dan tujuan-tujuannya. Mereka sudah sama
dalam bidang tauhid, percaya kepada hari kebangkitan dan berkumpul kembali di
padang Mahsyar serta kitab mereka membenarkan apa yang ada dalam agama baru
ini.
Maka dalam ayat ini Allah mengisahkan kepada orang-orang mukmin tentang hal
ihwal berita mereka yang dapat menghilangkan keinginan sangat kepada keimanan
kaum Yahudi kepada Islam dan memutuskan harapan ini dengan menerangkan
kejadian-kejadian yang terjadi kepada nenek moyang mereka pada zaman Musa
yang selalu ingkar dan membangkang, menolak dan menentang. Lalu datang kepada
mereka ayat demi ayat, datang siksaan yang memang pantas mereka terima, lalu
minta kepada Nabi Musa agar berdo'a kepada Allah untuk melepaskan siksaan
mereka, nanti mereka mau mengikuti dakwah Musa. Tetapi setelah terlepas dari
siksaan itu, mereka kembali lagi seperti semula ingkar dan durhaka. Kedudukan
mereka ini begitu hebatnya sehingga berani berkata kepada Musa, "Kami tidak mau
percaya dan patuh kepada perintah-perintahmu, sebelum kami mendengar Allah
berbicara sendiri dengan engkau". Lalu Musa memilih 70 orang di antara mereka
untuk menyertainya mendengarkan wahyu dan berdialog dengan Tuhannya. Maka
mereka mendengar firman-Nya pula dengan cara yang kita tidak mengetahui
bagaimana hakekatnya. Mereka jadi yakin akan dialognya dengan Tuhannya dan
mereka mau mendengar perintah-perintah dan larangannya. Kemudian sebagian
dari mereka ini ada yang mengubah wahyu Allah yang pernah mereka dengar sendiri
dan mereka palingkan dari isi sebenarnya dengan cara takwil dan pemutarbalikan.
Begitulah perbuatan mereka terhadap Taurat, Kitab suci mereka sendiri.
Karena itu tidak heran kalau kaum Yahudi yang ada sekarang menentang petunjuk
Allah yang akan engkau bawa, Muhammad. Sifat sombong dan melawan itu sudah
jadi tabiat dan warisan nenek moyang mereka, yang dulu biasa mengubah dan
menukar ayat-ayat Allah, dan berlaku congkak, padahal sudah melihat sendiri bukti-
bukti inderawi yang terjadi di tangan Musa. Karena itu lebih-lebih lagi mereka akan
mengingkari agama yang argumen-argumennya rasional dan secara moril isinya
sangat luas, yaitu Al-Qur'an. Karena Kitab ini memuat undang-undang yang mudah
isinya, ringan bagi manusia, indah bahasanya, sehingga sastrawan-sastrawan Bangsa
Arab sendiri tidak mampu menandinginya.
Lebih jauh dari itu Bangsa Yahudi yang tidak mau beriman kepada mereka, apalagi
kepada Nabi Muhammad, mereka pada umumnya, para ulama mereka khususnya
mengalami kebingungan dan kegelisahan ketika datang rasul baru dengan Kitab
baru pula. Mereka bersikap ragu-ragu, apakah masuk ke dalam Islam tetapi dengan
akibat dihinakan oleh para pengikutnya, atau tetap dalam agama lama, tetapi
dengan akibat pengikut-pengikutnya sedikit? Karena itu akhirnya mengalami
keputusan untuk bersikap munafiq, yaitu bila ketemu dengan golongan Islam
bersikap baik dan kalau ketemu dengan golongan lain bersikap menghinakan Islam.
Sekiranya sikap ini ketahuan masyarakat umum mereka siap untuk membuat alasan
ini dan itu.
Sikap Bangsa Yahudi yang egois semacam ini bukan karena mereka tidak mengerti
kebenaran, tetapi justru bermaksud memperalat kebenaran untuk memperoleh
keuntungan bagi diri mereka sendiri.
Ayat 75 di atas dengan tegas memberikan keterangan bahwa mental durhaka dan
fasiq yang ada pada Bangsa Yahudi sudah menjadi darah daging mereka. Karena itu
ayat ini memperingatkan ummat Islam janganlah menaruh harapan sedikit pun
kepada Bangsa Yahudi untuk dapat menjadi pemeluk-pemeluk Islam. Karena nenek
moyang mereka, para pendeta dan ahli-ahli agama mereka gemar berbuat keji, yaitu
merubah firman-firman Allah yang ada pada Kitab-kitab suci mereka, sehingga tidak
lagi dapat diketahui kebenaran aslinya. Dengan demikian Bangsa Yahudi yang ada
sampai sekarang pun mental dan keadaannya tidak lebih baik dari nenek moyang
mereka.
14. BANGSA YANG PALING SUKA MENGATUR TIPU DAYA DI TENGAH
MASYARAKAT
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:76)
"Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman, mereka berkata, "Kami beriman". Dan bila
sebagian mereka bertemu dengan sesamanya mereka berkata, "Apakah kamu ceritakan kepada mereka apa
yang Allah bukakan kepadamu untuk mereka jadikan alasan melawan kamu di harapan Tuhanmu? Tidakkah
kamu berpikir?"
Orang-orang Yahudi bila bertemu dengan sahabat-sahabat Nabi Shallallahu �Alaihi
wa Sallam., maka yang munafiq di antara mereka itu mengemukakan pernyataan
bahwa di dalam Kitab suci mereka telah dijelaskan akan datangnya Muhammad,
seorang Rasul pembawa khabar gembira.
Tetapi orang-orang Yahudi ini bila telah berkumpul sesama mereka, maka para
pendetanya menegur teman-temannya yang telah berani menceritakan rahasia
Taurat pada sahabat-sahabat Nabi tersebut. Mereka mencela perbuatan orang-orang
Yahudi yang telah terlanjur menceritakan isi Taurat kepada sahabat-sahabat Nabi,
bukan karena cerita itu tidak benar, tetapi karena takut menjadi senjata memakan
tuan.
Karena apa yang mereka ceritakan itu sesuai dengan keterangan Al- Qur'an. Dengan
cara para pendeta menyembunyikan kebenaran yang sesungguhnya, sedangkan
orang-orang Yahudi yang bersikap munafiq mau menceritakan isi Taurat dari para
pendeta itu, maka masyarakat mereka ciptakan menjadi kebingungan. Dengan tipu
muslihat semacam ini mereka ingin agar masyarakat tetap ragu-ragu kepada
kebenaran kenabian Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Karena bagi orang
awam akan timbul anggapan jika Muhammad itu benar Nabi yang dijanjikan
tentulah para pendeta dan ulama Yahudi akan menjadi orang pertama mengakui
kenabian Muhammad ini.
15. BANGSA YANG SUKA MEMPERJUALBELIKAN AGAMA/NAMA
ALLAH
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:79)
"Sungguh celakalah orang-orang yang menulis dengan tangan mereka, lalu mereka katakan, "Kitab ini dari
Allah", untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Sungguh celakalah mereka karena tulisan tangan-ta-
ngan mereka, dan sungguh celakalah mereka karena usaha mereka�.
Para pendeta Yahudi telah berani menyatakan bahwa apa yang mereka tulis adalah
merupakan ayat-ayat Taurat. Mereka dengan sesuka hati berkata kepada
masyarakatnya bahwa segala perubahan yang mereka lakukan terhadap Kitab
Taurat adalah datang dari perintah Allah.
Perubahan yang mereka lakukan terhadap isi Taurat adalah untuk memperoleh
keuntungan bagi diri mereka, yang berasal dari suap dan upah karena mengikuti
kehendak dan kemauan masyarakat mereka.
Perubahan-perubahan yang dilakukan para pendeta Yahudi terhadap Kitab Taurat
mencakup 3 macam hal, yaitu:
a. merubah sifat Nabi;
b. membuat kebohongan atas nama Allah;
c. menghalalkan suap.
Ustadz Imam M. Abduh menjelaskan sebagai berikut:
"Barang siapa ingin melihat naskah asli yang dipergunakan oleh orang-orang Yahudi
dahulu, silahkan dia melihat di hadapannya, tentu ia akan dapat mengetahuinya
dengan jelas dan terang. Dia akan memperoleh beberapa karangan yang berisikan
aqidah-aqidah dan hukum yang sudah diputarbalikkan arti dan pengertiannya,
sehingga menyesatkan dan merusak agama. Tetapi perbuatan tercela ini tetap
mereka katakan sebagai Kitab-kitab suci berasal dari Allah, padahal sebenarnya
tidak, bahkan menjadikan orang sesat. Dari memahami Kitab Allah dan menjauhkan
manusia dari hidayah-Nya."
Perbuatan tercela semacam ini hanyalah mungkin timbul dari tipe manusia berikut
ini:
1. Orang yang menyelewengkan agama dan sengaja merusaknya serta
bermaksud menyesatkan para pemeluknya. Agama semata-mata dijadikan
kedok dan orang ini berlagak menjadi orang shaleh di depan umum. Tetapi
sebenarnya dia bermaksud menipu masyarakat, sehingga apa yang ditulis dan
dikatakannya mudah dipercayai masyarakat.
2. Orang yang suka membuat dalih-dalih dan mengutamakan penakwilan kata-
kata sehingga membuat masyarakat menganggap ketentuan agama. Dengan
adanya masyarakat yang tidak lagi teguh berpegang kepada agama, maka
mereka memperoleh harta dan pangkat dengan mudah.
Pendeta Yahudi dengan cara-cara memutarbalikkan ayat-ayat Taurat itu telah
menjadikan agama barang dagangan yang mereka perjualbelikan untuk kepentingan
duniawi mereka.
16. BANGSA YANG BERANGGAPAN TIDAK DISENTUH NERAKA
KECUALI SEBENTAR
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:80-81)
"Dan mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali hanya beberapa hari
saja". Katakanlah (Muhammad), "Apakah kamu telah menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan
mengingkari janjiNya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap apa yang tidak kamu ketahui?" 80)
Yang benar, barangsiapa berbuat kejelekan dan ia telah diliputi oleh kesalahannya, mereka itulah penghuni
neraka. Mereka kekal di dalamnya." 81).
Bangsa Yahudi punya anggapan kalau terpaksa mendapat hukuman neraka paling
lama 7 hari, karena menurut mereka dunia ini berumur 7 ribu tahun. Mereka
beranggapan 1 hari di neraka sama dengan lama di dunia 1000 tahun. Sebagian
orang Yahudi ada pula yang beranggapan bahwa kalau orang Yahudi terpaksa
mendapat hukuman neraka, maka paling lama 40 hari, yaitu sama dengan lamanya
mereka dahulu menyembah patung anak sapi.
Anggapan mereka yang sangat keliru ini kemudian oleh Allah dimintai dasar
dalilnya, yaitu adakah anggapan semacam itu merupakan suatu perjanjian yang
Allah pernah adakan dengan mereka, ataukah bangsa Yahudi hanya semata-mata
berbuat dusta? Sebab persoalan hukuman neraka, lama atau sebentar adalah
menjadi hak Allah. Manusia dapat mengetahui hal tersebut hanyalah semata-mata
melalui wahyu Allah yang disampaikan kepada para Rasul-Nya. Tanpa melalui cara
seperti ini, maka jelaslah bahwa anggapan bangsa Yahudi seba gaimana tersebut di
atas adalah satu pernyataan dusta dan ucapan lancang atas nama agama. Karena
ucapan semacam itu hanyalah bukti dari kekufuran mereka dari ajaran Allah dan
fakta kebobrokan mental mereka.
Anggapan bangsa Yahudi mengenai masa lamanya mereka akan mengalami siksa
neraka seperti itu, hanyalah muncul karena salah satu dari 2 kemungkinan berikut
ini:
a. karena ada janji Allah kepada mereka,
b. mereka sengaja membuat kebohongan dengan nama agama.
Karena janji Allah semacam itu memang tidak pernah ada, berarti apa yang menjadi
pengakuan bangsa Yahudi itu benar-benar kebohongan besar dan bukti kebobrokan
mental mereka.
Tetapi justru sebaliknya dalam ayat 81 Allah menegaskan adanya kaidah
pertanggunganjawab dan pembalasan hukum bahwa setiap orang yang melakukan
dosa sehingga dirinya penuh dengan noda-noda dosa, maka dia akan mendapatkan
siksa neraka kekal. Apalagi bangsa Yahudi telah berani berbohong dengan nama
Allah dan mengaku sebagai bangsa pilihan dalam pandangan Allah, padahal
sebenarnya dusta belaka, sudah tentu akan menjadi penghuni neraka kekal abadi.
Sebaliknya seseorang akan selamat dari siksa neraka dan menjadi penghuni surga
hanyalah orang-orang beriman lagi beramal shaleh. Sedangkan bangsa Yahudi
sebagaimana tersebut dala m ayat 80 di atas adalah orang-orang yang berani
melakukan perbuatan paling tercela, yaitu berdusta dengan kedok agama yang
membuktikan betapa bobroknya mental mereka. Maka adalah sepatutnya bahwa
bangsa Yahudilah yang menjadi penghuni neraka yang kekal itu.
17. BANGSA YANG PALING SEDIKIT ORANG-ORANG BAIKNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:83)
''Dan ingatlah ketika kami merngambil perjanjian dari Bani Israil, yaitu, "Janganlah menyembah kecuali
Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
Ucapkanlah kepada manusia kata-kata yang baik, dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Kemudian kamu
tidak meimenuhi janji itu, kecuali sebagian diantara kamu dan kamu selaluberpaling."
Ayat ini mengingatkan Bangsa Yahudi yang pada zaman Nabi agar mengingat
kembali perintah-perintah Allah kepada nenek moyang mereka untuk beribadah dan
bermu'amalah sesuai dengan petunjuk Allah. Akan tetapi ternyata kemudian nenek
moyang mereka melanggar perintah-perintah tersebut dan meninggalkan tuntunan
agama, kecuali hanya sedikit saja yang tetap patuh.
Ayat ini ditujukan kepada para Nabi dan para sahabatnya dengan maksud agar
secara sungguh-sungguh memperhatikan hal ihwal Bangsa Yahudi yang perangainya
telah begitu bobrok, karena nenek moyang mereka gemar meninggalkan bimbingan
dan petunjuk Allah. Dengan memperhatikan karakter nenek moyang mereka
semacam itu, maka janganlah Nabi dan para sahabat terlalu mengharapkan Bangsa
Yahudi untuk beriman kepada Islam.
Di dalam ayat ini bangsa Yahudi diperintahkan untuk:
a. Hanya menyembah kepada Allah semata-mata. Mereka dilarang menyembah
selain Allah, padahal mereka selama ini selalu menyembah Allah, sebab
dikhawatirkan mereka akan menyekutukan Allah dengan yang lain, baik berupa
Malaikat, manusia ataupun berhala dengan menghadapkan do'a kepadanya atau
dengan macam-macam ibadah lainnya.
Agama Allah yang disampaikan melalui para Rasul semuanya adalah anjuran
menyembah kepada Allah dan tidak boleh menyekutukanNya dengan sesuatu
apapun. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. 4 ayat 36.
Jadi, tauhid itu dasarnya sekaligus dua, yaitu menyembah hanya kepada Allah dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
b. Berbuat baik kepada orang tua.
c. Berbuat baik kepada kerabat.
d. Berbuat baik kepada anak yatim dan orang-orang miskin.
e. Berkata benar dan baik.
f. Menunaikan kewajiban shalat dan membayar zakat.
Karena shalat dapat memperbaiki jiwa dan membersihkan manusia dari sifat-sifat
rendah dan membangun akhlaq-akhlaq utama. Sebab dengan shalat dapat dipupuk
jiwa ikhlas karena Allah dan patuh semata-mata kepada kekuasaan-Nya.
Sedangkan zakat dapat memperbaiki kehidupan masyarakat. Kaum Yahudi punya
bermacam-macam kewajiban zakat, di antaranya: zakat yang khusus diberikan
kepada keluarga Nabi Harun saja, dan sekarang diberikan kepada kaum Lawiy, salah
satu di antara suku-suku mereka, zakat untuk orang-orang miskin, zakat buah-
bahkan, zakat pengeringan tanah, yaitu setahun pada setiap tujuh tahun tanah
dibiarkan tidak digarap dan tidak ditanami, dan segala tanaman yang tumbuh dan
berbuah pada tahun kering ini menjadi harta zakat.
Akan tetapi justru Bangsa Yahudi tidak melaksanakan perintah-perintah tersebut,
bahkan mengingkari dan meninggalkannya. Akibat mereka meninggalkan perintah
Allah, muncullah pendeta dan pastur yang dijadikan ganti sebagai Tuhan, dimana
mereka dengan selera sendiri menghalalkan dan mengharamkan, membolehkan dan
melarang sesuatu serta membuat cara-cara ibadah dengan sesuka hati mereka.
Mereka seolah-olah menjadi saingan Allah, karena berani membuat hukum untuk
bangsa Yahudi tanpa izin Allah.
Perbuatan mereka tidak hanya terjadi di bidang ibadah, tetapi meluas kepada
perilaku sosial ekonorni, sehingga mereka bakhil mengeluarkan zakat yang telah
menjadi kewajiban mereka. Mereka pun bakhil untuk membantu nafkah keluarga
dekat, anak yatim dan golongan miskin. Bahkan hak-hak golongan yang terlantar ini
mereka rampas. Mereka tidak mau melakukan amar ma'ruf nahi munkar yang
membuktikan betapa rendahnya perhatian mereka kepada agama. Orang-orang
Yahudi yang masih mau berbuat baik kecil sekali, sehingga tidak lagi punya
pengaruh berarti di tengah masyarakat. Akibatnya mayoritas masyarakat menjadi
rusak dan nilai kebajikan tenggelam di tengah kebobrokan mental sehingga
membinasakan bangsa Yahudi.
Al-Qur'an menyebutkan pengecualian "sedikit sekali" orang-orang Yahudi yang
berbuat baik untuk menunjukkan bahwa adanya orang-orang shaleh yang segelintir
jumlahnya di tengah ummat yang sudah rusak tidak akan berarti apa-apa untuk
mencegah turunnya adzab Allah yang menimpa bangsa tersebut.
Maka kalau pada zaman Nabi Musa, Bangsa Yahudi yang mau berbuat baik sedikit
sekali sudah tentu pada zaman Nabi Muhammad mereka tidak dapat diharapkan
untuk menjadi orang-orang yang tulus dan ikhlas mematuhi ajakan Islam. Begitulah
seharusnya kita bersikap kepada Bangsa Yahudi, yaitu bahwa mayoritas Bangsa
Yahudi adalah orang-orang yang sama sekali tak dapat dibimbing pada kebaikan dan
bangsa yang sangat tidak senang mentaati tuntunail agama.
18. BANGSA YANG PALING SENANG BERMUSUHAN DENGAN
SESAMANYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:84-85)
"Dan ingatlah ketika Kami mengambil janjimu bahwa kamu tidak akan menumpahkan darahmu dan tidak
akan mengusir dirimu dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar dan kamu pun
menyaksikannya.''' 84)
"Kemudian kamu sendirilah yang membunuh dirimu dan mengusir segolongan dari padamu dari kampung
halamannya. Kamu bantu membantu berbuat dosa dan permusuhan terhadap mereka. Dan jika mereka
datang kepadamu sebagai tawanan kamu tebus mereka, padahal pengusiran terhadap mereka itu terlarang
bagimu. Maka apakah kamu beriman kepada sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan orang yang
berbuat demikian di antaramu, selain kehinaan dalam hidup di dunia ini dan pada hari Kiamat mereka akan
dimasukkan ke dalam siksa yang amat berat. Dan Allah Maha tiada lalai dari perbuatan." 85)
Bangsa Yahudi pada zaman Nabi Musa telah menerima perjanjian dari Allah, yang
isinya: "Kamu tidak boleh saling menumpahkan darah dan mengusir sesamamu dari
kampung halaman dan tanah air kamu sendiri".
Perjanjian ini turun-temurun dipesankan oleh bangsa Yahudi kepada anak
keturunannya dan telah menjadi bagian dari ajaran Taurat. Perjanjian ini diakui
oleh keturunan Bangsa Yahudi sepanjang zaman walaupun bangsa Yahudi yang
hidup di masa Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Tetapi ternyata Bangsa
Yahudi melanggar isi perjanjian tersebut, di antaranya terjadi pada Bangsa Yahudi
yang tinggal di Jazirah Arab. Di antara contoh kejadian itu ialah suku Yahudi Bani
Qauniqa' karena bersekutu dengan suku Aus dari penduduk Madinah bermusuhan
dengan saudara mereka seagama, yaitu suku Yahudi Bani Quraidhah, begitu pula
suku Yahudi Bani Nadzir, sekutu suku Khazraj. Suku Aus dan Khazraj ini sebelum
Islam, terlibat dalam permusuhan saling membunuh yang melibatkan pula sekutu-
sekutu mereka.
Dalam riwayat disebutkan bahwa setiap suku Yahudi membantu suku Bangsa Arab
dan orang Yahudi yang menjadi sekutunya berperang melawan suku Bangsa Arab
lainnya yang juga bersekutu dengan suku Bangsa Yahudi yang lain.
Konon, jika sebagian Bangsa Arab dan orang Yahudi yang menjadi aliansinya
menawan orang-orang Yahudi yang menjadi musuh mereka, dan mereka menyetujui
untuk menerima tebusan tawanan itu, maka setiap golongan Bangsa Yahudi
menebus putra-putra sebangsanya meski mereka menjadi musuhnya. Kemudian
mereka membuat-buat alasan bahwa Kitab Taurat menyuruhnya menebus tawanan
bangsa yang terpilih ini. Jika memang mereka benar-benar percaya kepada apa yang
dikatakannya itu, kenapa mereka memerangi dan mengusir mereka dari kampung
halamannya? Padahal Taurat melarang perbuatan tersebut. Bukankah perbuatan
seperti itu berarti penghinaan dan mempermainkan agama?
Kedurhakaan Bangsa Yahudi semacam itu oleh Allah ditegur dengan pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat mengejek dan menghina tingkah laku mereka semacam itu.
Kepada mereka dilontarkan pertanyaan: "Apakah kamu melakukan perbuatan
tersebut lantaran kamu hanya mau beriman kepada sebagian ajaran Taurat?" Yang
demikian itu karena di dalam Taurat telah diambil perjanjian dari Bani Israil, agar
sebagian mereka tidak membunuh sebagian yang lain dan tidak mengusir sesama
mereka dari kampung halamannya. Dan Allah telah berfirman: "Siapapun dari
budak laki-laki atau perempuan Bangsa Israil yang kamu temui, maka belilah dan
bebaskanlah dia".
Akan tetapi justru membunuh dan mengusirnya dari kampung halamannya ini
berarti mereka telah melanggar. Kemudian mereka tebus orang-orang Yahudi yang
jadi tawanan guna menepati perintah Kitab Taurat. Perbuatan semacam ini tiada
lain berarti bahwa Bangsa Yahudi hanya menerima sebagian dari ajaran Taurat dan
mengingkari sebagian lainnya. Yaitu mereka mau menebus sesama orang Yahudi
yang menjadi tawanan perang musuh, tetapi mereka tetap saling membunuh,
padahal menurut ajaran Taurat perbuatan semacam ini dilarang.
19. BANGSA YANG PALING SOMBONG DAN MEMBANGGAKAN
ETNISNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:91)
"Dan bila mereka dikatakan, "Berimanlah kamu kepada apa yang Allah telah turunkan", maka mereka
berkata, "Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kufur kepada apa yang
datang sesudahnya, padahal itulah kebenaran yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah,
"Tetapi mengapa kamu dahulu membunuh Nabi-Nabi Allah, jika karnu benar orang yang beriman?"
Bangsa Yahudi pada zaman Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam menolak untuk
beriman kepada Al Qur'an, dengan dalih, "Kami telah beriman kepada Kitab-Kitab
yang di bawa para Nabi Bani Israil, seperti Taurat dan lain-lain'
Jawaban orang Yahudi ini kemudian dibantah oleh Allah dengan menyuruh Nabi
Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam bertanya kepada mereka yang isinya
sebagai berikut: "Jika kamu memang benar-benar jujur daiam mengikuti Kitab-
Kitab Yang Allah turunkan kepada Nabi-Nabi dahulu, mengapa kamu bunuh
mereka?" Padahal agama kamu tidak membenarkan pembunuhan, bahkan
pembunuhan dihukum dengan pembunuhan pula, lebih-lebih membunuh Nabi.
Dengan demikian berarti ucapan-ucapan kamu bertentangan dengan kenyataan dan
fakta kamu.
Bangsa Yahudi yang ada pada zaman Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dikaitkan
dengan perbuatan nenek moyang mereka yang pernah melakukan pembunuhan
terhadap Nabi mereka. Kalau Bangsa Yahudi berani melakukan pembununan
terhadap para Nabi, maka tidak heran kalau mereka berani merendahkan dan
menghina kaum mukminin.
Sebab seseorang yang berani berlaku kurang ajar kepada para Nabi, sudah tentu
lebih berani pula berlaku kurang ajar kepada orang-orang mukmin. Lagipula mereka
sombong dan takabur karena nabinya bukan dari golongan Yahudi.
20. BANGSA YANG PALING RAKUS TERHADAP KESENANGAN DUNIA
DAN TAKUT MATI
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:96)
"Dan sungguh engkau akan dapati mereka itu manusia yang paling tamak kepada kehidupan dunia dan
bahkan melebihi orang-orang musyrik, masing-masing mereka berharap sekali kalau umurnya dipanjangkan
seribu tahun. Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak dapat menyelamatkannya dari siksaan. Dan Allah
Maha Melihat segala perbuatan mereka."
Bangsa Yahudi merupakan manusia yang paling serakah terhadap dunia, sekalipun
kalau dibandingkan dengan orang-orang musyrik. Firman Allah yang berbunyi:
"Bahkan melebihi orang-orang musyrik", adalah sebagai kalimat penghinaan
terhadap mereka. Karena memang orang-orang musyrik tidak percaya kepada hari
kebangkitan dan hanya mengenal kehidupan dunia ini saja, maka bukanlah hal yang
aneh kalau mereka serakah kepada kehidupan dunia saja. Adapun orang yang
beriman kepada Kitab Allah dan mengakui adanya hari pembalasan, maka
seharusnya dia tidak serakah kepada kehidupan dunia ini.
Setiap orang Yahudi berkeinginan besar untuk bisa hidup seribu tahun atau lebih.
Keinginan ini sebenarnya didasarkan rasa takut pada siksa dan kemurkaan Allah.
Menurut mereka bahwa di dalam dunia dengan segala pahit dan getirnya jauh lebih
baik daripada siksa dan hukuman akhirat, yang mereka yakini pasti terjadi.
Lebih jauh dari itu Bangsa Yahudi beranggapan bahwa dengan umur yang panjang
boleh jadi akan dapat terlepas dari hukuman akhirat karena dilupakan kesalahan-
kesalahan mereka oleh Allah. Namun hal ini dibantah oleh Allah. Sebab kekekalan di
dunia tidaklah dapat membuat seseorang terlepas dari siksa dan hukuman yang
telah tersedia untuk dirinya. Karena umur berapapun panjangnya, toh pasti
berakhir.
Maka sebagai penegasan Allah menjelaskan bahwa Dia, Allah mengetahui
perbuatan-perbuatan mereka, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.
Hukuman Allah di akhirat kelak tidaklah menjadi hilang karena yang bersangkutan
dapat mengalami umur panjang. Tetapi setiap kesalahan akan memperoleh
hukuman yang setimpal.
Bangsa Yahudi merupakan manusia paling cinta untuk memperoleh kehidupan di
dunia dan memang mereka berusaha mencapai hidup yang kekal itu. Sebenarnya
mereka sendiri percaya ada hari kebangkitan dan pembalasan, tetapi karena mereka
bersikap sombong, berbangga dengan rasa kebangsaan dan mengabaikan ajaran-
ajaran Kitab suci mereka berlagak pilon sebagai manusia yang bisa mencapai hidup
kekal di dunia.
21. BANGSA '"YANG BENCI KEPADA MALAIKAT JIBRIL DAN
MALAIKAT LAINNYA
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:97-98)
"Katakanlah, 'Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka sungguh Jibril itu telah menurunkannya (Al-
Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang beriman." 97)
"Barangsiapa menjadi musuh Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail dan
sungguh Allah adalah musuh bagi orang-orang kafir." 98).
Ayat ini menjelaskan alasan Bangsa Yahudi untuk menolak beriman kepada Nabi
Muhammad dan Al-Qur'an, karena Jibril sebagai Malaikat yang membawa turunnya
wahyu ini kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Namun ayat ini mematahkan
dalih-dalih bohong bangsa Yahudi itu.
Ada riwayat dari Bangsa Yahudi yang diceritakan oleh seorang pendeta bernama
Abdullah bin Shuriyah, yang bertanya kepada Nabi siapakah Malaikat yang
membawa wahyu kepada Nabi. Ketlka Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam menjawab
bahwa malaikat itu adalah Jibril, lalu pendeta tersebut berkata, "Jibril adalah musuh
Bangsa Yahudi. Karena ia pernah menyampaikan berita kepada Bangsa Yahudi akan
datangnya kehancuran Baitul Maqdis". Walaupun berita ini terbukti benar namun
bangsa Yahudi beranggapan bahwa Jibril sebagai malaikat yang dibenci bangsa
Yahudi.
Anggapan Bangsa Yahudi semacam ini jelas menunjukkan manusia yang sudah
rusak mental dan sesat pikiran. Lebih-lebih dengan alasan benci kepada Jibril lalu
memusuhi petunjuk-petunjuk Allah yang diberikan kepada Rasul-Nya. Kalau bangsa
Yahudi benci kepada Jibril maka Malaikat ini pulalah yang membawa turun Kitab
Taurat kepada Nabi Musa dan Kitab Zabur kepada Nabi Daud. Padahal mereka
mengaku beriman kepada Kitab Zabur dan Taurat. Maka sesungguhnya dengan
membenci Jibril sama artinya dengan membenci Allah. Karena yang menyuruh
Jibril membawa turun Kitab-kitab suci tersebut adalah Allah sendiri.
Dengan adanya dalih-dalih bohong yang dikemukakan untuk memusuhi Jibril
adalah sebenarnya merupakan kedok belaka untuk mencari pembenaran bagi sikap
mereka menolak beriman kepada Al Quran dan Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
22. BANGSA YANG PALING SUKA MENGINGKARI PERJANJIAN
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:100)
"Dan apakah setiap kali mereka mengikat janji, segolongan dari mereka mencampakkannya? Bahkan
kebanyakan dari mereka tidak beriman."
Bangsa Yahudi setiap kali mengadakan perjanjian selalu melanggar perjanjian
tersebut. Cara melakukan pelanggaran ialah dengan jalan pihak lain sesama bangsa
Yahudi melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap lawan Bangsa Yahudi yang
mengadakan perjanjian tersebut. Pihak yang melakukan pelanggaran ini berdalih
karena tidak terikat kepada perjanjian yang dibuat oleh teman mereka bangsa
Yahudi itu.
Ayat ini merupakan berita ghaib kepada Nabi Muhammad dan kaum muslimin,
bahwa mayoritas Bangsa Yahudi sungguh tidak beriman kepada Nabi Shallallahu
�Alaihi wa Sallam, baik semasa Nabi masih hidup maupun sampai hari kiamat.
Berita semacam ini merupakan bukti Al-qur'an sebagai mukjizat bagi Nabi
Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
Ayat inipun menerangkan dua macam sifat bangsa Yahudi yang pokok. Pertama,
mereka sama sekali tidak dapat dipercaya dalam urusan apapun. Karena mayoritas
mereka suka melanggar perjanjian dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja.
Kedua, mayoritas mereka tidak dapat diharapkan mau beriman kepada Islam.
Karena kesesatan dan kedurhakaan telah mendarah daging, meresap ke dalam jiwa
mereka, sehingga mereka tak pernah mampu mengangkat diri dari kehinaan dan
kesesatan. Oleh sebab itu perbuatan melanggar janji bagi mereka tidak merupakan
akhlaq tercela, bahkan sebagai perbuatan yang membanggakan.
23. BANGSA YANG PALING SUKA MENGIKUTI KHURAFAT
Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah:102)
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan di masa kerajaan Sulaiman, sedang Sulaiman tidak
menyihir, tetapi setan-setan itulah yang menyihir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua Malaikat, Harut dan Marut di Babilonia dan tidaklah mereka mengajarkan kepada
seorang pun sehingga mereka berkata, "Kami ini hanya cobaan, karena itu jangan kamu belajar sihir". Lalu
mereka belajar dari dua Malaikat itu apa yang mereka dapat menceraikan antara seseorang dengan istrinya.
Padahal mereka tidaklah dapat membahayakan kepada seorang pun dengan sihir itu, kecuali dengan izin
Allah. Dan mereka belajar sesuatu yang membahayakan mereka, dan yang tidak berguna bagi mereka. Demi,
mereka sungguh telah meyakini, bahwa siapa yang membelinya (sihir), maka baginya tidak ada bagian
sedikit pun di akhirat. Dan alangkah jeleknya perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka
mengetahui."
Khurafat ialah sesuatu yang dibuat-buat atau dongeng-dongeng yang tidak ada dasar
pembuktian kebenarannya. Termasuk di dalam pengertian khurafat ialah sihir. Sihir
oleh orang-orang Yahudi dianggap sebagai ilmu yang diwariskan oleh Nabi Sulaiman
kepada Ummat manusia. Hal ini disangkal oleh Allah dalam ayat ini.
Segolongan pendeta Yahudi dengan sikap pura-pura bodoh terhadap ajaran-ajaran
Taurat dengan sengaja melemparkan Kitab suci Taurat, kemudian mereka mengikuti
dan mempraktekkan sihir yang diterimanya dari setan-setan pada zaman Sulaiman
bin Dawud.
Bangsa Yahudi beranggapan bahwa Nabi Sulaimanlah orang pertama yang
mempunyai koleksi buku-buku sihir, kemudian menanam buku-buku tersebut di
bawah singgasana kerajaannya. Kemudian dari tempat inilah Bangsa Yahudi
menukil dan menyebarkan ilmu sihir. Cerita semacam ini jelas merupakan
kebohongan yang dengan sengaja dilontarkan oleh Bangsa Yahudi atas nama Nabi
Sulaiman.
Sihir adalah suatu upaya untuk menipu dan mengelabui mata manusia. Para ahli
sejarah meriwayatkan bahwa ahli-ahli sihir Fir'aun menggunakan air raksa untuk
merubah tali-tali, tongkat-tongkat bergerak laksana ular yang sedang berjalan
sehingga mata orang awam terpedayakan dan mempercayainya apa yang dilihatnya
benar-benar ular. Dari sinilah sebenarnya pangkal tolak sihir dapat memukau
manusia. Sihir dengan bentuk dan kerjanya semacam ini dapat mempunyai
pengaruh untuk menanamkan angan-angan pada diri manusia, sehingga yang
bersangkutan dapat dikendalikan perasaan dan pikirannya.
Bangsa Yahudi dengan keyakinannya yang sesat, bahwa Nabi Sulaiman sebagai guru
sihir telah menjadikan sihir sebagai alat untuk melakukan ke rusakan di tengah
masyarakat. Mereka menggunakan sihir untuk menimbulkan pertengkaran dan
perceraian antara suami istri. Bahkan mereka mempunyai buku petunjuk untuk
menimbulkan rasa kebencian antara suami istri.
Ayat ini dengan tegas menyebutkan bahwa salah satu dari jenis sihir yang oleh orang
Yahudi dipandang sebagai alat ampuh untuk menciptakan malapetaka,
sesungguhnya adalah anggapan yang tidak benar. Sebab seseorang memperoleh
malapetaka hanyalah karena kehendak Allah. Allah telah menetapkan undang-
undang sebab akibat (prima causa) yang tidak dapat dilanggar ataupun dihapuskan
oleh kemauan manusia sendiri, sekalipun dengan cara-cara sihir. Bangsa Yahudi
dengan kepercayaannya kepada sihir yang bisa dijadikan alat menimbulkan
penderitaan dan kesusahan kepada manusia telah menjadi sasaran kebencian
ummat manusia. Sebab orang yang senang menimbulkan penderitaan orang lain
sudah tentu dijauhi oleh masyarakat. Pengalaman kita menyaksikan bahwa orang-
orang yang melakukan pekerjaan sihir mengalami hidup kefakiran dan kehinaan.
Taurat telah melarang Bangsa Yahudi mempelajari sihir. Hukuman yang dijatuhkan
kepada orang-orang yang mengikuti bisikan setan dan dukun sama dengan
hukuman bagi penyembah berhala dan patung.
Perbuatan Bangsa Yahudi mengikuti ajaran-ajaran sihir menunjukkan bahwa
mereka tidak beriman kepada Kitab Taurat. Karena Taurat telah melarangnya.
Begitu pula Nabi Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam sebagai Nabi yang telah
dijanjikan dalam Kitab Taurat juga telah melarang sihir dan mengajak mengikuti
tuntunan wahyu. Namun, Bangsa Yahudi bahkan mengingkari ajaran wahyu dan
lebih patuh mengikuti para pendeta mereka yang mengajarkan khurafat dan sihir.
24. BANGSA YANG PALING DENGKI TERHADAP NABI MUHAMMAD
DAN UMMATNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:105)
"Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya suatu
kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan rakhmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan Allah adalah pemilik karunia yang benar!
Yang dimaksud dengan orang-orang kafir di sini ialah Bangsa Yahudi. Mereka
dikatakan kafir sebab tidak mempunyai sikap sopan santun kepada Nabi Shallallahu
�Alaihi wa Sallam. Salah satu dari ketidaksopanan Bangsa Yahudi kepada Nabi
Shallallahu �Alaihi wa Sallam ialah mengatakan Nabi sebagai orang jahat, padahal
beliau seorang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi rasul dan diberi wahyu pula.
Keberanian Bangsa Yahudi mengucapkan kata-kata yang tidak sopan seperti
tersebut di atas kepada Nabi adalah sebagai sikap kekafiran.
Golongan ahli kitab bersikap dengki kepada Nabi, karena tidak ingin Nabi dan
ummatnya mendapat karunia Allah. Karunia Allah yang terbesar ialah Kitab suci Al-
Qur'an yang merupakan hidayah agung bagi kaum muslimin. Dengan Al-Qur'an
Allah menghimpun dan menyatukan kamu sekalian dalam satu ummat, meluruskan
jalan pikiran kamu, membebaskan kamu dari kesesatan penyembahan berhala dan
meluruskan jiwa kamu untuk berjalan pada garis-garis fitrah.
Bangsa Yahudi dan kaum penyembah berhala dengki kepada kamu, ketika mereka
menyaksikan Al-Qur'an turun berangsur-angsur kepada kamu, sehingga kamu
terpimpin pada jalan yang benar dan tumbuh menjadi ummat yang kuat, ummat
yang mampu menyebarluaskan da'wah, menegakkan prinsip-prinsip kebenaran dan
keadilan. Padahal mereka menginginkan agar kamu mengalami kebinasaan, baik
dalam urusan dunia maupun agama, karena mereka tidak menghendaki tegaknya
kebenaran yang kamu bawa.
Kedengkian Bangsa Yahudi kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dan
ummatnya pada hakekatnya menentang dan marah kepada Allah yang memberikan
rahmat tersebut kepada mereka. Menjadikan penerima rahmat sebagai sasaran
kedengkian berarti marah kepada pemberi rahmat itu sendiri. Allah menasihatkan
kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dan ummatnya agar tidak merasa
khawatir menghadapi kedengkian Bangsa Yahudi dan kaum penyembah berhala
karena kedengkian mereka tidak dapat menutup pintu rahmat Allah. Allah tidaklah
terpengaruh oleh kedengkian manusia. Dia menentukan rahmat-Nya kepada siapa
saja dan kapan saja sesuai dengan kehendakNya. Dialah pemilik tunggal dari
karunia yang berbentuk apa pun. Setiap hamba-Nya menerima karunia-Nya. Karena
itu tidak patut seseorang dengki melihat orang lain memperoleh kebaikan dari sisi
Tuhan-Nya.
Bangsa Yahudi karena tertipu oleh kepercayaan palsunya, yaitu menganggap diri
sebagai putra Tuhan dan sebagai bangsa pilihan, maka mereka merasa marah dan
dengki kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dan ummatnya yang mendapatkan
rahmat melimpah dari Allah. Selama Al-Qur'an menjadi pegangan kaum Muslimin,
maka Bangsa Yahudi akan terus berupaya keras merencanakan segala bentuk
penghancuran ummat Islam. Karena dengan Al-Qur'an inilah bangsa Yahudi merasa
ditelanjangi segala cacat celanya dan sekaligus menjadi dasar bagi ummat Islam
membangun dirinya menjadi ummat yang kokoh dan bersih. Maka tidak heran kalau
Bangsa Yahudi terus menerus mengacaukan pengertian-pengertian Al-Qur'an dan
melakukan tipu daya kepada ummat Islam agar tidak menjadikan Al-Qur'an sebagai
prinsip hidup yang mutlak.
25. BANGSA YANG PALING KERAS BERUPAYA MENGKAFIRKAN
UMMAT ISLAM
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah :109-110)
"Kebanyakan ahli Kitab ingin sekali kalau dapat mengembalikan kamu menjadi kafir sesudah kamu
beriman, karena rasa dengki pada diri mereka sesudah nyata kebenaran pada mereka. Maka maafkan dan
biarkanlah sehingga Allah datangkan perintah-Nya. Sungguh Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu!
"Dan dirikanlah shalat serta berikanlah zakat. Dan apa yang kamu lakukan untuk dirimu berupa kebaikan,
maka kamu akan dapati dia di sisi Allah. Sungguh Allah Maha Melihat apa saja yang kamu lakukan."
Kebanyakan Pendeta Yahudi tetap secara licik berusaha menjadikan kaum muslimin
ragu-ragu kepada agamanya. Siasat yang mereka lakukan ialah dengan jalan
menyuruh sesama orang Yahudi untuk menyatukan beriman kepada Islam di pagi
hari, tetapi sore harinya kembali kafir. Tujuan siasat ini ialah melemahkan iman
kaum muslimin dan menimbulkan kebingungan, sehingga akhirnya mereka keluar
dari Islam.
Kaum Yahudi maupun Nasrani secara sistematis berusaha memalingkan kaum
muslimin darl ajaran Tauhid dan keimanan kepada Nabi Muhammad, semata-mata
karena rasa dengki kepada Islam. Seandainya mereka mau memberikan nasihat
kepada orang Islam, maka hal itu bukan tumbuh dari hati yang bersih, tetapi dari
jiwa yang jahat dan rasa fanatik kepada kebatilan.
Maka dalam menghadapi upaya licik bangsa Yahudi mengkafirkan ummat Islam ini,
Allah menyuruh kita bersikap tidak memperdulikan segala celaan dan caci mereka,
bahkan bersikap memberi ma'af sampai kelak Allah memberikan perintah untuk
membinasakan mereka.
Dalam sejarah Nabi dan sahabatnya telah terjadi apa yang dinamakan perintah atau
ketetapan Allah terhadap bangsa Yahudi ini, Yahudi Bani Quraidzah telah menerima
hukum pembunuhan massal setelah terjadi perang Ahzab, karena khianat kepada
perjanjian mereka dengan Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Begitu juga Yahudi
Bani Nadzir diusir dari kota Madinah, karena khianat dan membatalkan perjanjian
secara sepihak dengan Nabi, dimana mereka membantu kaum musyrikin Quraysyi
menyerbu kota Madinah.
Perintah memberi ma'af dan menunggu keputusan Allah ini menunjukkan bahwa
Allah memerintahkan kaum muslimin waspada terhadap tipu daya Yahudi dan
Nasrani yang berjumlah besar itu tetapi sesat, sedangkan kaum muslimin walaupun
seclikit namun berpotensi lebih kuat, karena membela kebenaran.
Kemudian Allah memerintahkan kaum muslimin untuk mendirikan shalat dan
mengeluarkan zakat. Apa sebab kedua ibadah ini dijadikan sebagai penangkal
menghadapi tipu daya bangsa Yahudi dalam mengkafirkan Islam?
Karena shalat memperkokoh sendi iman, meninggikan kemauan dan mengangkat
jiwa lantaran berdialog dengan Allah, menyatukan hati sesama orang mukmin ketika
shalat jama'ah saling kenal mengenal dalam masjid, yang dengan begini iman jadi
hidup, kepercayaan kepada Allah menjadi kuat dan jiwapun bersih dari perbuatan-
perbuatan kotor baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan lebih dapat
menembus kepada kebenaran, sehingga menjadilah orang-orang yang patut
menang.
Adapun zakat, karena ia dapat menguatkan hubungan antara golongan kaya dan
miskin, sehingga terwujud kesatuan ummat dan menjadi laksana satu tubuh, jika
satu anggota menderita, maka seluruhnya ikut merasa demam dan tidak bisa tidur.
Sudah menjadi kelaziman Al-Qur'an mengiringkan zakat dan shalat, karena shalat
mengandung perbaikan individu, sedangkan zakat mengandung perbaikan sosial,
lantaran harta adalah saudara kandung jiwa. Barang siapa memberikan hartanya
karena mencari keridhaan Allah, maka ringan hatinya untuk menyerahkan jiwanya
di jalan Allah, guna membela agama-Nya dan meninggikan firman-Nya.
Sesudah Allah jelaskan bahwa shalat dan zakat merupakan sebagian jalan mencapai
kemenangan di dunia, maka diiringi dengan penjelasan bahwa kedua perbuatan
tersebut juga merupakan sebagian jalan mencapai kebahagiaan di akherat.
26. BANGSA YANG TIDAK MENGAKUI SAMA SEKALI AGAMA
NASRANI
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah :1 13)
"Dan orang-orang Yahudi berkata, "Orang-orang Nasrani itu tidak punya pegangan suatu apapun, dan
orang Nasrani berkata, "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai pegangan apapun padahal mereka membaca
A1-Kitab". Begitu pula orang-orang yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka
Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan."
Menurut riwayat, telah datang kepada Nabi delegasi dari suku Najran yang
beragama Nasrani. Delegasi ini bertemu dengan kaum Yahudi Madinah, kemudian
sempat timbul perdebatan di antara mereka. Isi perdebatan itu antara lain ialah
kaum Yahudi mengatakan bahwa agama Nasrani tidak mempunyai asal usul yang
benar. Sebaliknya kaum Nassrani mengatakan bahwa agama Yahudi tidak punya
asal usul yang benar juga.
Anggapan Bangsa Yahudi bahwa agama Nasrani itu tidak benar menyebabkan
mereka mengingkari kenabian Isa yang datang sebagai penyempurna syari�at Musa.
Sebaliknya kaum Nasrani karma beranggapan agama Yahudi tidak ada asal usul,
maka mereka mengingkari kenabian Musa, padahal Isa pelanjut syari'at Musa.
Perdebatan kaum Yahudi dan kaum Nasrani ini sungguh-sungguh aneh. Karena
mereka sama-sama berpegang pada Kitab suci, yang isinya saling melengkapi satu
dengan lainnya. Kitab Taurat merupakan induk dari Injil, yang juga menjadi
pegangan kaum Nasrani. Sedangkan Kitab Injil pelengkap dari Kitab Taurat, yang
isinya merupakan rincian lebih lanjut dari Kitab Taurat. Di dalam Taurat Nabi Musa
telah memberikan kabar gembira akan datangnya Nabi Isa kepada Bangsa Yahudi,
sedangkan Nabi Isa mengaaskan bahwa dirinya tidak membawa syari'at baru, tetapi
melanjutkan misi Nabi Musa. Dengan demikian perbuatan kaum Yahudi dan
Nasrani ternyata berlawanan dengan Kitab suci mereka masing-masing.
Ucapan kaum Yahudi kepada ummat Nasrani den sebaliknya sama nilainya dengan
ucapan para penyembah berhala yang saling menuduh bahwa orang lain sama sekali
tidak benar. Mereka sating menuduh seperti ini karena memang tidak mempunyai
pegangan iman den pedoman amal shaleh yang otentik. Akibatnya mereka berpecah-
belah den saling berbeda dasar-dasar ajarannya satu dengan yang lain. Tetapi
dengan secara fanatik yang didorong oleh hawa nafsu semata-mata mereka saling
berkeras kepada menuduh yang lain sama sekali tidak benar.
Maka ucapan orang Yahudi dan Nasrani tersebut di atas hanya warisan dari para
penyembah berhala sebelumnya. Oleh karena itu perselisihan Yahudi dan Nasrani
ini akan berlanjut sampai hari Kiamat, sampai saat Allah menegakkan pengadilan di
akherat.
27. BANGSA PERTAMA YANG MENYATAKAN ALLAH BERPUTRA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:116)
"Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, "Allah mengambil anak". Maha suci Dia. Bahkan milik-Nyalah
apa yang ada di langit dan di bumi. Semuanya tunduk kepada-Nya."
Bangsa Yahudi boleh dikatakan bangsa yang pertama memperoleh Kitab suci Taurat
melalui Nabi Musa as. Tetapi bangsa Yahudi ternyata berkeyakinan bahwa Uzair
adalah anak Allah. Kepercayaan semacam ini adalah kepercayaan yang tumbuh di
kalangan penyembah berhala. Mereka berkeyakinan bahwa malaikat adalah putri
Tuhan. Dengan demikian tidak ada bedanya antara kaum musyrikin yang tidak
menerima kitab suci dengan Bangsa Yahudi yang telah menerima Kitab suci Taurat.
Sebab ternyata kepercayaan yang terlarang, yaitu Allah punya anak, terus diikuti
oleh Bangsa Yahudi walaupun bertentangan dengan Taurat.
Allah Maha suci dari keyakinan sesat ini. Anak adakalanya berasal dari langit atau
dari bumi, padahal Allah sedikit pun tidak sama dengan langit maupun bumi. Anak
muncul sebab dorongan untuk memperoleh pembantu atau teman penolong dalam
kehidupan atau menjadi generasi penerus di hari kemudian. Padahal Allah sama
sekali tidak membutuhkan yang demikian itu.
Allah menegaskan bahwa langit dan bumi adalah milik-Nya. Dialah penciptanya.
Dengan demikian tidak patut punya keyakinan bahwa Allah bernasab atau punya
anak.
28. BANGSA YANG MEMBENCI KEBEBASAN BERAGAMA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:120)
"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah, "Sungguh petunjuk Allah itulah sebenar-benar petunjuk." Dan jika kamu mengikuti hawa nafsu
mereka sesudah datang ilmu kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolong bagimu.��
Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam selama ini besar sekali harapannya kepada
ummat Yahudi dan Nasrani untuk beriman kepada Islam. Karena prinsip-prinsip
yang dibawa oleh Nabi dengan ajaran para Nabi sebelumnya adalah sama. Semua
Nabi mengajarkan Tauhid kepada Allah, meluruskan segala perbuatan yang
menyalahi fitrah dan membatalkan segala macam doktrin agama yang keliru, karena
pengaruh-pengaruh tradisi.
Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam sangat prihatin menyaksikan keingkaran ummat
Yahudi dan Nasrani terhadap dakwah Islam padahal jauh sebelumnya mereka
menantikan kedatangan Nabi akhir zaman, Nabi yang dijanjikan dalam Taurat dan
Injil.
Akan tetapi keprihatinan Nabi ini mendapatkan teguran dari Allah bahwa tidak
perlu Nabi menaruh harapan terhadap Bangsa Yahudi dan ummat Kristen untuk
menjadi ummat Islam. Karena bagi orang Yahudi dan Nasrani punya keyakinan
hanya agama merekalah satu-satunya yang benar. Karena mereka menjadikan
agama sebagai monopoli kebangsaan atau menganggap mereka sebagai kekasih-
kekasih Tuhan sehingga hanya mereka sajalah yang diberi petunjuk kebenaran oleh
Tuhan. Karena keyakinan yang membabi-buta seperti ini, maka mustahil orang
Yahudi maupun Nasrani mau mendengarkan dakwah Islam dengan hati jernih dan
pikiran yang lurus.
Anggapan kaum Yahudi dan Nasrani bahwa merekalah satu-satunya golongan
manusia yang diberi petunjuk oleh Tuhan ke jalan kebenaran dibantah dan
disanggah oleh Allah sendiri. Bahwa petunjuk kebenaran hanyalah Allah turunkan
kepada para Nabi-Nya tidak berdasarkan kebangsaan tertentu atau keturunan
tertentu dan bukan pula menurut hawa nafsu dan selera manusia sendiri
sebagaimana anggapan kaum Yahudi dan Nasrani itu. Jika benar bahwa kaum
Yahudi dan Nasrani sebagai ummat yang terpimpin di jalan kebenaran, mengapa
Kitab suci mereka satu dengan yang lain berbeda, banyak perubahan dan pemalsuan
sehingga sulit ditentukan keasliannya. Selain itu mereka berpecah-belah menjadi
puluhan sekte, sehingga satu sama lain mengkafirkan dan mengaku dirinyalah yang
benar. Dengan demikian kaum Yahudi maupun Nasrani mengalami kebingungan
dan kekacauan, baik dalam bidang aqidah maupun bidang ibadah dan syari'ah.
Dengan adanya kekacauan semacam ini, maka Nabi diperingatkan oleh Allah agar
tidak tergoda oleh keingkaran dan penolakan mereka terhadap dakwah Islam. Kaum
Yahudi dan Nasrani punya prinsip, bahwa mereka hanya mau mengikuti Nabi
Shallallahu �Alaihi wa Sallam dengan syarat Nabi mau mengikuti ajaran-ajaran
agama yang ada pada mereka. Oleh sebab itu Allah pun mengancam kepada Nabi
dan ummatnya agar jangan mengikuti godaan dan rayuan mereka, karena mereka
adalah orang-orang yang gemar memalsukan kebenaran, membuat ajaran-ajaran
yang sesat dan membelokkan ke arah nafsu mereka yang disesuaikan dengan
keadaan dan zaman, maka Allah akan menurunkan azab kepada Nabi dan
ummatnya. Allah tidak akan mau menolong Nabi dan ummatnya, bila mereka ini
mengikuti kehendak dan kemauan kaum Yahudi maupun Nasrani.
Ancaman keras di dalam ayat ini yang pada dhahirnya ditujukan pada Nabi pada
hakekatnya adalah ditujukan pada ummat Islam. Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam
dijadikan sebagai obyek titah pada ayat ini adalah untuk memberi pelajaran kepada
kaum muslimin, walaupun sesungguhnya yang dimaksud adalah ummat Islam itu
sendiri. Figur Nabi dijadikan obyek titah adalah untuk memperingatkan kaum
muslimin betapa besar kesalahan mereka kalau mengharapkan toleransi dari kaum
Yahudi dan Nasrani terhadap Islam, karena mereka telah membabi-buta
berkeyakinan bahwa selain agama mereka adalah sesat, sehingga bagaimanapun
kondisi dan situasi serta masa kapan pun kaum Yahudi dan Nasrani akan tetap
memusuhi Islam sebagai suatu agama yang mereka pandang sesat. Maka seseorang
yang beragama Islam hanya mungkin dijadikan teman oleh orang Yahudi atau
Nasrani, kalau orang ini dinilai lemah agamanya atau tidak begitu teguh berpegang
kepada Islam. Dengan kata lain, orang yang mengaku Islam, tetapi mengabaikan
ajaran-ajaran Islam, maka orang seperti inilah yang dijadikan teman baik oleh kaum
Yahudi dan Nasrani. Sebaliknya seorang Muslim yang teguh dengan agamanya akan
dijadikan sasaran kecaman oleh kaum Yahudi atau Nasrani.
29. BANGSA YANG MEMBENCI AGAMA IBRAHIM
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah : 130-133)
"Dan tidak ada yang membenci agama Ibrahim kecuali orang-orang yang menghinakan dirinya sendiri dan
sungguh Kami telah pilih dia di dunia ini. Dan sungguh dia di akherat benar-benar tergolong orang-orang
yang shaleh." 130)
"Adakah kamu menyaksikan di kala datang tanda maut kepada Ya'qub, ketika ia berkata kepada anak-
anaknya, "Apakah yang akan kamu sembah sesudahku?" Mereka berkata, "Kami akan menyembah Tuhanmu
dan Tuhan leluhurmu Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yaitu Tuhan Esa dan kami hanya berserah diri kepada-Nya'
133)
Diriwayatkan bahwa ayat ini turun disebabkan Abdullah bin Salam mengajak dua
orang anak saudaranya, Salamah dan Muhajir untuk masuk Islam: katanya, "Kamu
berdua telah mengetahui bahwa Allah berfirman dalam Taurat, 'Sungguh Aku akan
bangkitkan seorang Nabi dari keturunan Ismail bernama Ahmad, barangsiapa
beriman kepadanya, maka ia telah mendapatkan petunjuk. Dan barangsiapa tidak
beriman kepadanya, maka ia telah terkutuk " Lalu Salamah masuk Islam, tetapi
Muhajir tidak mau.
Bangsa Yahudi dengan bangga mengakui bahwa Nabi Ibrahim adalah nenek moyang
mereka. Nabi Ibrahim adalah bapak segala Nabi bani Israil yang mengajak kepada
tauhid dan kepada Islam. Akan tetapi ternyata bangsa Yahudi kemudian menjadi
penyembah berhala dan berkeyakinan bahwa Tuhan punya anak. Jelas keyakinan
serupa ini menyalahi ajaran Nabi Ibrahim dan para Nabi bani Israil.
Ketika Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam mengajak mereka kembali kepada tauhid
dan menerima dakwah Islam ternyata mereka ingkar dan mengaku mengikuti
ajaran-ajaran yang mereka warisi dari Nabi Ibrahim. Dengan demikian nyata sekali
bahwa bangsa Yahudi betul-betul manusia kepala batu, karena membenci dakwah
Nabi yang mengajak kepada kemurnian tauhid sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim
sendiri.
Ibrahim dibesarkan dalam masyarakat penyembahan berhala dan bintang, namun
Allah memberinya hidayah sehingga ia tetap berjalan pada jalan kebenaran. Dengan
hidayah itu dia dapat mengerti bahwa alam semesta ini diatur dan dikendalikan oleh
Tuhan Maha Pengatur lagi Maha Esa, tempat kembali seluruh makhluk. Dia
berjuang di tengah masyarakatnya untuk memberantas penyembahan berhala
dengan argumentasi yang rasional dan menyanggah kepercayaan Tuhan punya anak
seperti tersebut dalam Al -Qur'an surat keenam ayat 80.
Tetapi kaum Yahudi dan kaum Nasrani yang mengaku dirinya sebagai pewaris
agama Ibrahim ternyata menjadi penyembah berhala dan melanggar wasiat Nabi
Ibrahim untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan menyekutukan Allah dengan
makhluk-Nya. Maka kepada orang Yahudi diminta bukti sejarah adakah mereka
dahulu benar-benar menyaksikan wasiat Nabi Ibrahim kepada anak cucunya yang
membolehkan penyembahan berhala dan menyekutukan Allah? Dengan demikian
kalau sekarang mereka menentang dakwah Nabi Muhammad untuk kembali ke
ajaran tauhid dan menerima Islam, maka jelaslah pada hakekatnya mereka
membenci agama Nabi Ibrahim itu sendiri. Maka pengakuan mereka, bahwa mereka
adalah pewaris agama Nabi Ibrahim dan nabi-nabi bani Israil dahulu adalah semata-
mata pengakuan dusta. Bukti dari kedustaan mereka adalah penolakan mereka
terhadap dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
Ayat-ayat di atas pada hakekatnya menunjukkan bahwa agama yang dibawa para
Nabi adalah satu. Karena saripati dari ajaran semua Nabi adalah prinsip tauhid dan
jiwa pasrah kepada Allah serta tunduk kepada para Nabi.
Al-Qur'an sebagai mata rantai dari Kitab-kitab samawi sebelumnya mendorong
kepada ummat manusia untuk bersatu dalam agama yang mempunyai prinsip:
a. Bertauhid dan anti syirik.
b. Pasrah dan taat kepada Allah dalam setiap gerak-geriknya.
Maka orang yang tidak memenuhi prinsip-prinsip di atas berarti bukan pengikut
Nabi Ibrahim, sehingga berarti ia bukan orang yang beragama dengan agama Allah.
Dewasa ini orang menyebutkan kata "Islam" untuk menggelari segolongan manusia
yang punya ciri-ciri keagamaan dan tradisi yang berbeda dari golongan manusia
lainnya, yang juga digelari dengan berbagai gelar keagamaan lain, padahal sebagian
golongan yang digelari sebutan "Islam" itu tidak berserah diri dan tidak ikhlas
kepada Allah di dalam tingkah laku perbuatannya bahkan ada yang melakukan
perbuatan-perbuatan bid'ah, atau fasik dengan mempertuhankan hawa nafsunya.
Islam yang diserukan oleh Al-Qur'an itulah Islam yang diseru oleh Nabi Shallallahu
�Alaihi wa Sallam, bukan Islam yang dewasa ini sudah menjadi sebutan populer itu.
Jadi Islam dalam pengertian yang ada dalam ayat ini itulah yang menjadi agama
Nabi Ibrahim, tetapi ternyata kaum Yahudi dan Nasrani membencinya.
30. BANGSA YANG PALING RASIALIS DAN APOLOGETIK
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah : 135)
"Dan mereka berkata, "Jadikanlah kamu orang Yahudi atau orang Nasrani, niscaya kamu mendapat
petunjuk. Katakanlah, "Tidak, melainkan kami mengikuti agama Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia
tergolong orang-orang musyrik."
Kaum Yahudi menjadikan agama sebagai identitas ras (kebangsaan) dan
dijadikannya pula sebagai dalih yang dipertahankan secara membabi buta, bahwa
Yahudi adalah satu-satunya kebenaran yang diridhai oleh Tuhan.
Akan tetapi Bangsa Yahudi berkeyakinan bahwa mereka menjadi pengikut Nabi
Ibrahim. Sementara itu Ibrahim jelas bukan bagian dari Yahudi maupun bagian dari
Nasrani. Sebab ajaran yang dijalankan oleh Bangsa Yahudi dan kaum Nasrani
bertentangan dengan ajaran Nabi Ibrahim.
Kaum Yahudi dan Nasrani secara historis menyadari bahwa mereka telah sesat dari
ajaran-ajaran Nabi Ibrahim. Maka untuk membuat dalih agar dapat membohongi
manusia, lalu mereka menciptakan keyakinan palsu berupa semboyan "Jadilah
pengikut Yahudi, niscaya engkau akan menjadi orang yang mendapat petunjuk
kebenaran". Semboyan ini pun dikumandangkan pula oleh kaum Nasrani. Dengan
semboyan seperti ini mereka merasa puas dapat mengklaim kebenaran yang mereka
anggap sebagai milik mutlak mereka.
Terhadap kebohongan yang dikumandangkan oleh ummat Yahudi dan Nasrani ini,
maka Al-Quran kemudian mengajukan pertanyaan "Apakah Nabi Ibrahim yang lahir
jauh sebelum adanya agama Yahudi dan Nasrani itu orang yang tidak benar, padahal
kamu wahai Yahudi dan Nasrani mengaku sebagai pewaris dari agama Ibrahim?".
Jelasnya, kamu wahai Yahudi dan Nasrani harus dapat membuktikan kebenaran
historis bahwa Ibrahim pun punya kepercayaan Tuhan berputra dan membolehkan
penyembahan berhala, sebagaimana kini kamu lakukan.
Dengan sanggahan bersifat historis yang telah dikemukakan oleh Al-Qur'an pada
ayat di atas kini membuktikan bahwa sebenarnya Bangsa Yahudi merupakan
golongan manusia yang paling rasialis. Karena cintanya yang membabi buta kepada
kebangsaan (paham Nasionalisme), maka mereka mengklaim Nabi Ibrahim pun
sebagai orang Yahudi. Padahal beliau lahir jauh sebelum adanya Bangsa Yahudi.
Begitu juga Bangsa Yahudi merupakan golongan manusia yang paling suka benar
sendiri, sehingga berani mengklaim bahwa agama Yahudi adalah agama Nabi
Ibrahim juga.
Padahal Nabi Ibrahim tidak menganggap Uzair sebagai putra Allah atau pernah
menyembah patung anak sapi, sedangkan Bangsa Yahudi berkeyakinan bahwa Uzair
putra Allah dan pernah menyembah patung anak sapi. Agama Ibrahim adalah agama
yang bersih dari syirik, tauhidnya murni dan benar-benar agama yang lurus. Dan
orang yang melanjutkan mata rantai agama Ibrahim adalah Nabi Muhammad
Shallallahu �Alaihi wa Sallam dan orang-orang yang beriman kepadanya.
31. BANGSA YANG TIDAK MALU BERSIKAP SOK TAHU
Allah berfirman " (Al-Baqarah : 139-140)
"Katakanlah, "Apakah kamu mendebat kami tentang Allah, padahal Dia-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu.
Dan bagi kami amal usaha kami dan bagi kamu amal usaha kamu. Dan hanya kepada-Nyalah kami
mengikhlaskan diri! 139)
Atau kamu mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub dan anak keturunannya adalah orang-orang
Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, "Apakah kamu yang lebih tahu ataukah Allah? Dan siapakah yang lebih
dzalim dari orang-orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya? Dan Allah sedikit
pun tidak lalai terhadap yang kamu perbuat."
Diriwayatkan, bahwa sebab turun ayat ini ialah karena kaum Yahudi dan Nasrani
berkata, "Seluruh manusia wajib mengikuti agama kami. Karena para Nabi dulu dari
bangsa kami dan syariat pun turun kepada kami. Belum pernah dikenal Nabi-Nabi
dan agama pada Bangsa Arab," Lalu Allah membantah mereka ini dengan
keterangan sebagai berikut:
Apakah kamu mendakwakan bahwa agama yang benar adalah agama Yahudi dan
Nasrani? Dan kamu berkata pula, "Tidak akan dapat masuk syurga selain orang yang
beragama Yahudi dan Nasrani." Dan di waktu lain kamu berkata, "Jadilah orang
Yahudi atau Nasrani supaya kamu memperoleh petunjuk" Dari manakah datangnya
kedekatan Allah kepada kamu yang mengecualikan kami itu? Padahal Allah itu
Tuhan kami dan Tuhan kamu dan Tuhan seru sekalian alam.
Dialah Pencipta dan kamu ini semua adalah ciptaan-Nya. Manusia hanya jadi lebih
dari sesamanya karena amal usahanya. Hasil perbuatannya kembali kepadanya,
yang baik maupun yang buruk. Dan demikian pula perbuatanmu kembali kepada
dirimu sendiri. Kami mengikhlaskan amal kami kepada-Nya dan kami tiada mencari
selain keridhaan-Nya. Sedangkan kamu menggantungkan harapan kepada leluhur-
leluhur yang shaleh dan kamu menyangka mereka nanti bisa menjadi pembelamu di
sisi Tuhanmu, padahal perbuatan-perbuatanmu menyeleweng dari jalan hidup
mereka. Sebab mereka dulu bertaqarrub hanya dengan amal shaleh dan iman yang
benar. Karena itu jadikanlah mereka itu sebagai petunjuk jalan bagimu dan ikutilah
jejak langkah mereka, niscaya kamu dapat memperoleh kemenangan dan
kebahagiaan.
Selanjutnya Allah bertanya kepada mereka, "Apakah kamu mengaku menjadi orang
istimewa yang dekat kepada Allah lebih dari kami, kaum muslimin, itu suatu
pengakuan yang berdasar firman Allah, Tuhan kami dan Tuhan kamu, ataukah
kamu mengaku mendapat keistimewaan itu semata-mata karena menjadi orang
Yahudi atau Nasrani, dan Nabi-Nabi dahulu juga beragama Yahudi dan Nasrani?"
Kalau pengakuan itu semata-mata berdasarkan kamu sebagai orang Yahudi dan
Nasrani, maka pengakuanmu itu penuh dusta. Sebab nama Yahudi timbul sesudah
meninggalnya Nabi Musa. Jadi apa dasarnya kamu beranggapan bahwa para Nabi
Bani Israil sampai kepada Nabi Ibrahim adalah beragama Yahudi dan Nasrani,
padahal menurut logika dan sejarah pengakuan itu bohong belaka.?
Oleh sebab Allah berfirman kepada mereka, "Apakah kamu yang lebih tahu tentang
agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan para Nabi Bani Israil ataukah Allah?"
Dengan demikian terbukti bahwa Bangsa Yahudi tidak malu bersikap sok tahu
tentang sejarah Nabi Ibrahim dan pada Nabi Bani Israil, dimana Nabi-Nabi tersebut
mendapatkan kitab suci dari Allah yang isinya bertentangan jauh dengan praktek
kehidupan kaum Yahudi.
Fakta sejarah yang membuktikan kebodohan Bangsa Yahudi terhadap sejarah para
Nabi Bani Israil, terutama Nabi Ibrahim sebagai nenek moyang mereka, tetapi
Bangsa Yahudi tetap bersikeras bahwa Nabi Ibrahim dan para Nabi Bani Israil
sebagai pengikut agama Yahudi, jelas membuktikan bahwa bangsa Yahudi tidak
malu memalsukan sejarah dan tidak punya malu menjadi golongan manusia sok
tahu. Maka mental sok tahu adalah menjadi bagian mental bangsa Yahudi. Karena
itu apapun yang ditulis atau dikatakan oleh orang Yahudi janganlah kita
mempercayai kebenarannya, sebelum kita dapat membuktikan sendiri.
32. BANGSA YANG MENGANGGAP DIRINYA PALING PANDAI
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah : 142)
"Orang-orang bodoh di antara manusia akan berkata, "Apa yang memalingkan mereka dari kiblat yang
dahulu mereka menghadapnya? Katakanlah, "Milik Allah timur dan barat" Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus�
Ketika Nabi pindah ke Madinah, selama masa 16 bulan, kiblat umat Islam adalah
Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis. Masjidil Aqsha adalah kiblat para Nabi Bani Israil.
Bahkan orang Yahudi beranggapan Nabi yang benar-benar menjadi utusan Allah
kiblatnya adalah Masjidil Aqsha.
Akan tetapi Nabi memohon kepada Allah agar dibolehkan menjadikan Masjidil
Haram sebagal kiblatnya. Karena ke tempat inilah Nabi Ibrahim berkiblat.
Permohonan Nabi ini dikabulkan oleh Allah, sehingga menjadilah Ka'bah sebagai
kiblat bagi Rasulullah dan ummat Islam untuk selama-lamanya. Perpindahan kiblat
yang dilakukan Rasulullah ini mendapat celaan dan kritik dari kaum munafiq,
Yahudi dan musyrik bangsa Arab. Mereka dengan heran berkata, "Apakah motif
yang mendorong kaum muslimin berpindah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil
Haram, padahal para Nabi dan Rasul dahulu berkiblat padanya?"
Pertanyaan dan cernoohan mereka ini, kemudian Allah perintahkan kepada Rasul-
Nya untuk menjawab. "Segala arah adalah milik Allah". Karena itu hakekat lapangan
yang ada di Baitul Maqdis tidak lebih baik dari hakekat batu-batu yang lain. Yang
tidak ada manfaatnya seperti juga yang lainnya. Begltu juga Ka'bah dan Baitul
Haram. Allah jadikan dia sebagai kiblat bagi manusia hanya untuk menyatukan
mereka dalam ibadah. Tetapi orang-orang yang akalnya rusak menyangka bahwa
kiblat itu merupakan pokok agama dengan melihat batu atau bangunan itu sendiri.
Bahkan hal ini membuat Yahudi sampai berkata, kepada Rasulullah Shallallahu
�Alaihi wa Sallam, "Kembalilah kepada kiblat kami, nanti kami akan ikut dan iman
kepadamu".
Maksud omongan mereka ini hanyalah sebagai ujian pada Nabi Shallallahu �Alaihi
wa Sallam dan hinaan kepada agamanya. Menghadap atau tidak menghadap kiblat
itu adalah perbuatan bukan tanpa dasar, sehingga mereka juga berani berkata,
"Sebenarnya dulu Muhammad benci menghadap kiblat leluhurnya, kemudian
sekarang kembali lagi dan nanti kembali pula pada agama mereka".
Ucapan kaum Yahudi ini membuktikan bahwa mereka adalah golongan materialis,
yaitu golongan manusia yang hanya semata-mata memperhatikan hal-hal yang
formal dan bersifat materi. Namun Allah menghendaki kaum muslimin sebagai
golongan manusia yang bersikap tengah-tengah, yaitu yang menjadikan hal-hal
kebenaran semata-mata sebagai alat yang mempermudah memahami sesuatu.
Karena itu menjadikan Masjidil Haram sebagai kiblat hanyalah semata-mata bersifat
alat untuk menyatukan arah segenap kaum muslimin di dalam mengerjakan shalat.
Allah menegaskan bahwa kaum muslimin dijadikan saksi di atas segenap umat
manusia. Maksudnya ialah agar kaum muslimin menjadi ummat yang mempelopori
tegaknya kebenaran di tengah-tengah ummat yang lain dan menjadi manusia yang
ideal sehingga dapat memberikan contoh dan memegang amanat dengan baik.
Manusia yang menunaikan amanat dengan baik ialah orang yang dapat menjalankan
kewajiban kepada Tuhannya, baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah, kepada
keluarga dan seluruh ummat manusia.
Akan tetapi Bangsa Yahudi karena kebenciannya kepada kaum muslimin sewaktu
berpindah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, lalu mereka menganggap
kaum muslimin sebagai ummat yang bodoh. Jadi penilaian kaum Yahudi terhadap
kaum muslimin ini semata-mata karena mereka tidak sependapat dengan
perpindahan kiblat tersebut.
Padahal perpindahan kiblat yang Allah perintahkan kepada kaum muslimin di
Madinah itu semata-mata untuk membuktikan dan menguji siapakah yang beriman
teguh dan siapakah yang lemah. Di sini ujian iman yang menjadi tujuan pokok dan
bukannya perpindahan kiblat itu sendiri. Ringkasnya, Allah menguji orang-orang
beriman dengan cara yang dapat membuktikan siapa yang sejati dan siapa yang
ragu. Sehingga orang yang telah mengerti rahasia dan hikmah agama, akan tetap
teguh, tetapi bagi orang-orang yang beragama karena tradisi, tanpa pengertian akan
menjadi bimbang dan ragu.
33. BANGSA YANG HANYA MENURUTI KEMAUANNYA SENDIRI
Allah berfirman : (Al-Baqarah : 145)
"Dan sungguh jika kamu bawakan bukti kepada orang-orang yang diberi kitab mereka tidak akan mengikuti
kiblatmu, dan kamu tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian mereka pun tidak akan mengikuti
kiblat sebagian yang lainnya. Dan sungguh kalau kamu mengikuti keinginan mereka sesudah datang
kepadamu pengetahuan, sungguh kamu kalau begitu tergolong orang-orang yang dzalim"
Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa kaum Yahudi tetap mengingkari kebenaran
perintah berpindah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Mereka
mengingkari kebenaran ini semata-mata melihat tradisi yang berlaku pada Bangsa
Yahudi selama ini. Dengan dasar tradisi ini mereka mencoba untuk mematahkan
argumentasi berupa wahyu yang dibawa oleh Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
Untuk meneguhkan sikap Nabi dan kaum musslimin, maka Allah menjelaskan sikap
Bangsa Yahudi yang keras kepala di dalam mengingkari kebenaran. Oleh karena itu
Allah menjelaskan bahwa sekalipun Nabi dan kaum muslimin membeberkan semua
keterangan dan argumennya kepada kaum Yahudi, mereka tetap tidak akan mau
mengikutinya. Bahkan di antara kaum Yahudi dan Nasrani sendiri saling berselisih
soal kiblat.
Ummat Yahudi tetap pada kiblat mereka, tidak mau menghadap ke timur dan
ummat Nasrani pun tetap pada kiblat mereka, tidak mau menghadap ke barat.
Berhubung masing-masing golongan berpegang kepada tuntunannya sendiri, tidak
peduli benar atau batil, tidak mau lagi melihat pada hujjah dan keterangan. Karena
taklid telah membutakan hatinya, sehingga tidak mau mencari apa faedah yang
terkandung di dalamnya dan tidak mau pula untuk membandingkan dengan yang
lain, guna mengikuti mana perkara yang baik dan lebih besar faedahnya.
Ayat tersebut bermaksud bahwa tidak patut seorang mukmin berpikir mengikuti
kemauan suatu kaum, karena ingin menyenangkan hati mereka, karena kebenaran
punya kebenaran sendiri. Maka barang siapa menyimpang daripadanya dan
mengikuti golongan penganut hawa nafsu demi mendapatkan keuntungan atau
menghindari kerugian materi, maka ia telah dzalim terhadap dirinya sendiri dan
terhadap orang-orang yang menempuh jalan sesat ini.
Jika ancaman ini ditujukan kepada orang yang paling tinggi derajatnya di sisi
Tuhannya, kalau ia berani mengikuti hawa nafsunya, demi mendapat simpati orang
banyak dengan mengikuti perbuatan batil mereka, maka bagaimanakah perkiraan
saudara, kalau orang lain yang mengikuti kemauan orang banyak dan hawa nafsunya
yang melanggar agama Allah? Karena itu hendaknya orang-orang mukmin mengerti
bahwa mengikuti hawa nafsu manusia sekalipun maksudnya baik adalah perbuatan
dzalim yang besar, yang tidak ada bandingannya dengan yang lain, sekalipun
diandaikan yang melakukan itu seseorang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah
(Nabi dan Rasul), maka tetap Allah catat sebagai kedzaliman.
Karena itu, bagaimana jadinya terhadap orang yang bukan tergolong dekat
kedudukannya dengan Tuhannya?
Tidak bimbang lagi, bahwa seorang mukmin wajib mendengarkan ancaman ini dan
yang seumpamanya agar berpikir panjang dan memperhatikan keadaan kaum
muslimin dewasa ini dan bagaimana dengan keadaan para ulama yang mengikuti
kemauan masyarakat dalam perbuatan bid'ah dan kesesatan, padahal mereka tahu
kalau perbuatan-perbuatan itu jauh dari ajaran agama. Mereka tidak merasa takut
kepada larangan Allah, ancaman-Nya yang keras dan tegah-tegahan-Nya yang
menjadikan gunung-gunung tunduk ketakutan.
Dan yang sangat mengherankan lagi ialah mereka tunduk kepada hawa nafsu para
raja dan penguasa, sehingga mereka berani menyusun macam-macam helah dan
fatwa demi memenuhi keinginan raja-raja dan penguasa tersebut. Dan dengan
fatwa-fatwa itu mereka dapat memenuhi dan mengikuti hawa nafsu mereka.
34. BANGSA YANG PALING MENGENAL CIRI NABI MUHAMMAD TAPI
MENGINGKARINYA
Allah berfirman : (Al-Baqarah : 146)
"Orang-orang yang telah Kami beri Al-Kitab mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-
anak mereka sendiri. Dan sungguh segolongan di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal
mereka mengetahui."
Dalam ayat ini seolah-olah Allah berfirman, "Mereka. itu mengenal Muhammad
dengan sungguh-sungguh, karena mereka telah memperoleh penjelasan dari kitab-
kitab suci mereka". Di dalam kitab-kitab suci ini secara terperinci dijelaskan segala
sifat dan tabiat Nabi yang akan datang, sehingga mereka mengenal ciri-ciri Nabi
Muhammad seperti mereka mengenal ciri-ciri anak mereka, sehingga tidak satu pun
ciri anak-anaknya itu yang luput dari perhatiannya.
Abdullah bin Salam, seorang Pendeta Yahudi yang kemudian masuk Islam sampai
berkata, "Aku lebih banyak mengenalnya (Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam)
daripada mengenal anakku sendiri". Lalu Umar bertanya, "Mengapa". Dia
menjawab, "Karena aku tidak ragu-ragu lagi bahwa Muhammad seorang Nabi.
Adapun anakku boleh jadi ibunya menyeleweng". Lalu Umar mencium kepalanya.
Demikianlah pengakuan salah seorang Pendeta Yahudi yang mendapat hidayah
Allah. Juga sama dengan pengakuan Tamim Ad Daar, seorang bekas Pendeta
Nasrani.
Walaupun kaum Yahudi mendapatkan fakta-fakta sifat Nabi Muhammad itu ada di
dalam kitab-kitab suci mereka, namun golongan dari kaum Pendeta mereka
mengingkari dan merahasiakan fakta kebenaran tersebut. Hanya sedikit dari
golongan Pendeta Yahudi yang dengan jujur mengakui kebenaran dan beriman
kepada Nabi Muhammad. Sedangkan mayoritas mereka tetap ingkar kepada Nabi,
karena sikap taklid dan kebodohan para pemimpin mereka.
Karena itu pada ayat 147 QS. Al-Baqarah Allah memperingatkan kaum muslimin
agar jangan mengikuti kata-kata kaum Yahudi dan Nasrani, karena mereka selalu
mengingkari kebenaran Ilahi. Kaum Yahudi dan Nasrani lebih dikuasai oleh sikap
fanatik dan sentimen golongan, sehingga selalu apriori terhadap segala argumen dan
keterangan yang datang dari orang lain.
35. BANGSA YANG DIKUTUK ALLAH KARENA MERAHASIAKAN
KEBENARAN
Allah berfirman : (Al-Baqarah : 159)
"Sungguh orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa bukti-bukti kebenaran dan
petunjuk sesudah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itulah orang yang
dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh orang-orang yang melaknat."
Ayat ini menjelaskan bahwa ahli kitab, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani telah
merahasiakan hal-ihwal agama Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu �Alaihi wa
Sallam yang telah tertulis dalam Taurat dan Injil. Di dalam kedua Kitab suci ini
dijelaskan bahwa ahli kitab yang merahasiakan kebenaran yang menerangkan ciri
dan sifat Nabi Muhammad adalah orang-orang yang berhak mendapatkan laknat
dari Allah. Disamping itu iapun mendapatkan kutukan dari para malaikat dan
segenap manusia. Lebih jauh Al-Qur�an menjelaskan mengenai sebab-sebab kaum
Yahudi mendapat laknat Allah sebagaimana tercantum dalam surat Al-Maidah ayat
77-82. Garis besar isinya adalah sebagai berikut:
a. membuat aturan agama secara berlebih-lebihan;
b. mengikuti dorongan berbuat sesat;
c. gemar berbuat dosa;
d. tidak mau menegur temannya yang berbuat dosa;
e. menjadikan orang-orang yang kafir kepada Allah sebagai pimpinan dan
anutannya;
f. mayoritas masyarakat Yahudi bermental rusak;
g. sangat antipati terhadap Islam.
Akibat perbuatan-perbuatan seperti di atas, maka seluruh kaum Yahudi mendapat
laknat dari Allah. (saya kira tidak semuanya lho, mas)
Pada hakekatnya ayat di atas adalah merupakan ketentuan umum yang mencakup
semua ummat manusia, yaitu setiap orang yang merahasiakan ke benaran kepada
orang lain atau menyembunyikan ilmu yang diketahuinya akan mendapat laknat
Allah.
Ayat inipun memberikan pelajaran, bahwa orang yang melihat seseorang atau
masyarakat melanggar ketentuan-ketentuan Allah di depan matanya, atau melihat
seseorang dengan terang-terangan merusak agama atau menyebarluaskan bid'ah,
perbuatan-perbuatan sesat, tetapi ia berdiam diri dan tidak berjuang untuk
melawannya, dengan lisan ataupun tulisan, maka orang seperti ini juga
mendapatkan laknat Allah. Ringkasnya setiap orang beriman yang membiarkan
merajalelanya kemungkaran, akan mendapat laknat Allah sebagaimana dialami oleh
kaum Yahudi.
36. BANGSA YANG PALING FANATIK TERHADAP TRADISI DAN
LELUHURNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah : 170)
"Dan bila kepada mereka dikatakan, "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah". Mereka menjawab, "Tidak,
tetapi kami mengikuti apa yang kami dapatkan dari leluhur kami". Apakah mereka akan mengikuti juga
sekalipun leluhur mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun dan tidak mendapat petunjuk?"
Sebagaimana tersebut dalam peristiwa perpindahan kiblat, yang tercantum pada QS.
Al Baqarah 192, bahwa kaum Yahudi mengingkari kebenaran perintah Allah untuk
berpindah kiblat ke Ka'bah. Penolakan mereka ini semata-mata beralasan kepada
tradisi leluhur mereka.
Kemudian di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa, golongan musyrik, termasuk
kaum Yahudi ini apabila menerima ajakan untuk mengikuti wahyu-wahyu Ilahi,
mereka selalu menolak. Alasannya ialah, bahwa mereka tetap mengikuti langkah-
langkah nenek moyang dan tradisi leluhur. Mereka selalu bersikap membeo dan
taklid. Kata-kata populer yang selalu mereka jadikan pegangan; "Kami selama ini
hanya mengenal ajaran yang diwariskan para leluhur dan para pemimpin kami yang
terpandang."
Ungkapan-ungkapan dan kata-kata semacam ini selalu kita dapatkan pada
segolongan manusia yang menolak seruan-seruan untuk berpegang kepada firman
Allah dan sabda Rasul-Nya.
Dalam ayat ini diberikan peringatan kepada bangsa Yahudi dan golongan manusia
sejenisnya, yaitu apakah mereka patut mengikuti tradisi leluhur di dalam segala
bidang, sekalipun mereka dahulu sesat aqidah dan ibadahnya? Patutkah mereka
menolak dalil yang masuk akal dan ibadahnya? Patutkah mereka menolak dalil yang
masuk akal dan firman-firman Tuhan yang menerangkan masalah aqidah dan
ibadah?
Kepada golongan musyrik dan bangsa Yahudi yang bersikap fanatik terhadap
warisan leluhur dikatakan sebagai perbuatan mengikuti langkah setan. Padahal
sebenarnya yang mereka ikuti adalah tingkah laku para pemimpin mereka yang
menganjurkan pelestarian warisan leluhur dan tradisi nenek moyang. Ini berarti
bahwa taklid kepada peninggalan leluhur adalah merupakan perbuatan setan itu
sendiri. Dengan demikian bangsa Yahudi yang fanatik terhadap tradisi dan
leluhurnya adalah pengikut-pengikut setan.
37. BANGSA YANG MENGANGGAP DAGANG DAN RIBA SAMA SAJA
Allah berfirman : (QS. Al Baqarah : 275)
"Orang-orang yang memakan riba, mereka tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang-orang
yang gila kesurupan setan. Demikian itu karena mereka telah berkata, "Berdagang itu sesungguhnya sama de-
ngan riba". Padahal Allah menghalalkan berdagang dan menghalalkan riba. Maka barangsiapa mau berhenti
setelah datangnya nasihat ini dari Tuhannya kepadanya, maka baginyalah apa yang sudah lalu dan
perkaranya terserah kepada Allah. Tetapi barangsiapa yang mengulang kembali, maka merekalah penghuni
neraka. Mereka akan kekal di dalamnya.
Bangsa Yahudi menghalalkan riba, karena beranggapan bahwa keuntungan dengan
berjual-beli dan keuntungan membungakan uang sama saja. Mereka beranggapan,
kalau menjual barang dengan harga Rp. 10,-- kontan, kemudian kalau dengan kredit
Rp. 15,-- atau Rp. 20,-- dibolehkan, maka sebenarnya meminjamkan uang dengan
bungapun juga dibolehkan. Menurut mereka selisih bunga dalam kredit sesuatu
barang adalah karena pengunduran waktu. Jika pengunduran waktu semacam ini
boleh dijadikan alasan untuk menaikkan harga barang, maka mengapa
meminjamkan uang dengan bunga tidak boleh?
Pendirian mereka semacam ini sebenarnya adalah berdasarkan pikiran analogis
yang salah. Kesalahannya ialah bahwa di dalam pembungaan uang secara otomatis
merugikan satu pihak. Sedangkan dalam jual-beli (berdagang) pembeli dan penjual
sama-sama menghadapi barangnya yang nyata, baik manfaat yang dapat dirasakan
seketika itu ataupun pemikiran untuk selama-lamanya.
Misalnya orang yang membeli gandum, maka ia membeli untuk dimakan atau
diperdagangkan lagi, dan bukan untuk dibuang ke tanah. Dan harga barang yang
dibeli hanyalah dilakukan antara pembeli dan penjual berdasarkan kemauan bebas
dan dengan kerelaan. Adapun riba berarti memberikan beberapa rupiah kepada
peminjam, kemudian mengambilnya kembali berlipat ganda pada waktu yang lain.
Apa yang diambilnya dari peminjam lebih dari pokok pinjaman bukanlah sebagai
penukaran atau imbalan dari nilai barang atau kerja, tidak diambil atas dasar
kerelaan dan kemauan bebas, tetapi dengan paksa dan kebencian.
Jual beli sebagai sarana untuk mendapatkan sesuatu yang akan dimiliki dilakukan
oleh seseorang dengan pilihan dan kemauan bebas serta adanya kemerdekaan
tawar-menawar. Dengan demikian dalam jual beli tidak ada sifat pemaksaan
sepihak. Sebab jual beli yang dilakukan dengan cara paksaan adalah tidak syah. Hal
ini jauh berbeda dengan riba. Selain tidak ada kemerdekaan dan kebebasan pilihan
pada pihak yang harus membayar bunga, pada pihak pemberi pinjaman tidak
mengalami resiko bila terjadi sesuatu yang merugikan. Bahkan pemberi pinjaman
selalu bertambah keuntungannya sedangkan peminjam bertambah berat
menanggung bunga uang.
Memperhatikan cara berpikir bangsa Yahudi yang menganggap dagang dan riba
sama saja menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakter lintah darat dan
pemeras serta jauh dari perasaan belas kasihan kepada orang yang lemah. Maka
dunia perdagangan bila dikuasai oleh bangsa Yahudi niscaya akan menimbulkan
malapetaka bagi urnmat manusia seluruh dunia. Bukti yang konkret pada zaman
modern ini ialah bencana yang menimpa negara-negara berkembang akibat yang
dililit hutang akibat pinjaman yang berbunga dari Bank-Bank milik Yahudi di
Amerika dan di Eropa Barat.
38. BANGSA YANG MENJADIKAN AGAMA SEBAGAI ALAT
KEBOHONGAN
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 23-24)
"Tidakkah Engkau melihat orang-orang yang telah diberi bagian dari Kitab suci, mereka diajak kepada
kitab Allah untuk memisahkan di antara mereka, kemudian segolongan mereka berpaling seraya mereka
mengingkari." 23)
Demikian itu, karena mereka telah berkata, "Tidaklah api neraka akan menyentuh kami kecuali beberapa
hari tertentu. Dan mereka telah terpedaya dalam agama mereka karena dusta yang mereka adakan."24)
Bangsa Yahudi sering berhakim kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dengan
niat untuk memalukan keputusan-keputusan yang ditetapkan beliau kepada mereka.
Tetapi kalau putusan itu di luar yang mereka inginkan, lalu mereka menolaknya dan
pergi meninggalkan Nabi. Pernah sekelompok orang Yahudi terkemuka berbuat
zina. Kemudian mereka datang kepada Nabi untuk minta pengadilan. Lalu Nabi
menetapkan hukumannya sesuai dengan kitab suci mereka. Namun ternyata
menolak, sebab motif mereka datang kepada Nabi adalah untuk mendapatkan
hukuman yang lebih ringan daripada yang ada di dalam kitab suci mereka.
Sekelompok pemuka Yahudi yang selama ini mengaku berpegang teguh pada kitab
suci mereka, sehingga menolak kehadiran Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dan
mengingkari kitab suci Al Qur'an, ternyata pada saat menerima keputusan hukum
sebagaimana bunyi ketentuan kitab suci mereka sendiri juga mereka tolak. Mereka
sebenarnya selalu ragu-ragu terhadap agama mereka sendiri, akan tetapi pada saat
mereka mengingkari kerasulan Muhammad dan Kitab Al-Qur'an, mereka jadikan
kitab suci mereka sebagai kedok untuk membenarkan kekufuran mereka itu.
Sebagian dari kaum Yahudi mempunyai keyakinan, walaupun mereka berbuat dosa
apapun, namun hanyalah sementara saja mengalami siksa neraka di akhirat.
Anggapan yang menganggap ringan adanya siksa neraka dan memandang kecil
terhadap ancaman atas dosa-dosa yang mereka lakukan karena merasa punya
hubungan darah dengan para Nabi mereka. Jadi mereka berani berbohong atas
nama agama, yaitu sebagai keluarga dari para Nabi mendapatkan suatu perlakuan
istimewa di sisi Allah.
Orang-orang yang menganggap kecil ancaman Allah, karena beranggapan tidak akan
turun ancaman itu kepada orang yang semestinya dikenai hukuman, akan
mengakibatkan orang seperti itu menyepelekkan perintah-perintah dan larangan-
larangan Allah. Sebab itu ia tanpa peduli melanggar kehormatan agama,
menganggap remeh pemenuhan kewajiban. Demikianlah keadaan semua ummat
ketika mereka berani durhaka kepada agamanya dan tidak memperdulikan
perbuatan-perbuatan dosa. Hal ini telah terjadi pada bangsa Yahudi dan ummat
Nasrani kemudian ummat Islam. Karena kebanyakan ummat Islam dewasa ini
punya anggapan bahwa seorang muslim sekalipun berbuat dosa-dosa besar dan keji,
mungkin ia akan mendapat syafaat atau selamat dengan membayar kafarat atau
mungkin akan dimaafkan dan diampuni oleh Allah, karena karunia dan kebaikan
Allah. Dan jika dosanya itu akan menerima siksa, maka siksanya sebentar.
Kemudian keluar dari neraka masuk syurga. Sedangkan orang-orang yang beragama
lain akan kekal di dalam neraka, sekalipun mereka berbuat baik atau berbuat dosa.
Bangsa Yahudi yang terlanjur punya doktrin sebagai kekasih Tuhan dan manusia
pilihan dengan sangat berani mengadakan kebohongan-kebohongan yang
diatasnamakan ajaran agama. Doktrin-doktrin mereka yang mereka pandang
sebagai ajaran agama adalah sebagai berikut:
a. merasa menjadi anak Tuhan dan kekasihnya;
b. manusia yang mendapat perlakuan istimewa di sisi Allah karena nenek
moyangnya banyak yang menjadi Nabi;
c. bahwa Allah berjanji kepada mereka untuk tidak menyiksa keturunan Nabi
Ya'qub kecuali hanya sebentar saja.
Semua doktrin ini tidak satu pun dapat mereka buktikan sebagai ketentuan yang
tercantum di dalam kitab suci mereka. Sebab itu mereka kemudian berusaha untuk
memasukkan hal-hal tersebut ke dalam keyakinan mereka dalam dongeng-dongeng.
Oleh karena itu kalau kita tuntut supaya mereka menunjukkan adanya firman Tuhan
di dalam kitab suci mereka mengenai hal-hal tersebut, muncullah kebohongan-
kebohongan mereka. Soal siksa misalnya adalah suatu masalah yang tidak dapat
ditetapkan berdasarkan akal manusia. Karena soal ini bersifat ghaib. Dengan
demikian mereka harus dapat menunjukkan adanya wahyu dari Allah yang
menyatakan bahwa siksa neraka bagi bangsa Yahudi hanyalah beberapa hari saja.
Karena wahyu semacam ini tidak ada, jelaslah bahwa doktrin-doktrin agama yang
mereka percayai di atas adalah suatu kebohongan.
39. BANGSA YANG TERLARANG BAGI KAUM MUKMININ UNTUK
BERSETIA KAWAN
Allah berfirman: (QS. Ali -Imran : 28)
"Dan janganlah orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai teman-teman lebih dari orang-
orang beriman. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka tidaklah ada (perlindungan) dari Allah sedikit
pun. Kecuali karena kamu takut betul-betul (gangguan) dari mereka. Dan Allah mengancam kamu dengan
diri-Nya dan kepada Allah tempat kembali."
Ahli-ahli sejarah telah meriwayatkan bahwa sebagian orang yang tadinya masuk
Islam terkecoh oleh kegagalan dan kekuatan orang-orang kafir ke mudian mereka
meninggalkan Islam dan memihak mereka. Soal seperti ini tidaklah aneh. Bahkan
sesuatu yang sudah menjacli tabiat manusia.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata, "Adalah Hajjaj bin Amr dan Ibnu
Abil Huqaiqu dan Qais Ibnu Zaid, semuanya orang Yahudi berteman karib dengan
beberapa orang Anshar. Mereka ini suka mengganggu agama orang-orang Anshar
itu. Lalu Rifaah bin Mundair ini berkata, "Jauhilah orang-orang Yahudi itu. Tetapi
beberapa orang Anshar enggan, bahkan tetap berteman karib dengan mereka,
orang-orang Yahudi itu." Lalu turunlah ayat ini.
Ayat di atas maksudnya, janganlah orang-orang beriman memuliakan orang-orang
kafir, lalu menyampaikan rahasia-rahasia tertentu dalam soal-soal agama kepada,
mereka dan mendahulukan kepentingan mereka daripada kaum mukminin. Karena
perbuatan seperti ini berarti mengutamakan mereka dan menyokong kekafiran,
serta mengabaikan keimanan.
Ringkasnya, orang-orang mukminin dilarang mcnjadikan orang-orang kafir sebagai
teman dekat atau pimpinan, karena hubungan keluarga atau persahabatan jahiliyah
atau karena tetangga atau hubungan pergaulan lain-lainnya. Tetapi seharusnya
orang-orang mukmin memperhatikan apa yang menjadi perintah Islam seperti
mencintai dan membenci semata-mata haruslah berdasarkan pertimbangan agama.
Berdasarkan pertimbangan inilah maka memilih teman dekat sesama orang beriman
lebih menjadikan baik kepentingan agama mereka daripada berteman karib dengan
orang-orang kafir.
Tetapi jika hubungan teman karib dan kawan perjanjian itu untuk kepentingan
bersama kaum muslimin, maka tidak ada salahnya. Sebab Nabi Shallallahu �Alaihi
wa Sallam pernah mengadakan perjanjian persahabatan dengan suku Khuza'ah yang
masih musyrik. Begitu pula tidak salah seorang muslim percaya dan berhubungan
baik dengan orang-orang bukan Islam dalam urusan keduniaan.
Akan tetapi bila dalam keadaan tertentu yang mengharuskan kaum mukminin untuk
mengambil golongan kafir sebagai teman kerja sama, maka hal ini dibolehkan.
Jika menjadikan mereka sebagai teman itu dibolehkan, karena adanya bahaya, maka
adalah lebih utama membolehkan mengambil mereka sebagai teman dekat di dalam
urusan yang menguntungkan ummat Islam. Jadi tidak ada salahnya suatu negara
Islam, bila mengadakan perjanjian persahabatan dengan negara non-Islam bila
membawa keuntungan yang lebih baik, mungkin untuk menolak bahaya atau
memperoleh keuntungan. Tetapi tidak boleh mengadakan perjanjian persahabatan
di dalam sesuatu hal yang merugikan ummat Islam. Kebolehan ini tidak hanya
terbatas ketika keadaan lemah, tetapi berlaku pada segala waktu.
40. BANGSA YANG PERTAMA-TAMA MERENCANAKAN
PEMBUNUHAN ISA AS
Allah berfirman : (QS. Ali Imran : 52-54)
"Maka tatkala Isa merasakan kekufuran mereka, lalu ia berkata, "Siapakah menjadi pembelaku di jalan
Allah?" Lalu orang-orang Hawari berkata, "Kami adalah penolong-penolong Allah. Kami beriman kepada
Allah. Dan saksikanlah, bahwa kami sungguh-sungguh orang-orang yang berserah diri." 52)
"Wahai Tuhan kami, kami beriman kepada yang Engkau turunkan. Dan kami mengikuti Rasul. Maka
catatlah kami bersama orang-orang yang menyaksikan! 53)
"Dan mereka memperdayakan, tetapi Allah juga memperdayakan. Dan Allah sebaik-baik (pembalas) orang-
orang yang memperdayakan." 54)
Tatkala Islam mengetahui bangsa Yahudi tetap bersikap kafir, bermaksud
menganiayanya, dan memang orang-orang Yahudi sering kali menganiaya beliau,
mengejek dan mencemoohkannya. Kepada Isa mereka berkata, "Cobalah engkau
terangkan si fulan tadi malam makan apa atau ia menyimpan apa di rumahnya
besok pagi?" Bila pertanyaan ini dijawab oleh Nabi Isa dengan tepat, mereka pun
tetap mengejeknya. Lebih daripada itu bangsa Yahudi bermaksud membunuh
beliau. Karena itu beliau lalu menjadi takut dan bersembunyi, sehingga beliau dan
ibunya pergi mengembara meninggalkan kampung halamannya.
Di saat Nabi Isa dalam pengejaran bangsa Yahudi ini, ia kemudian berkata kepada
para sahabatnya, "Siapakah yang bersedia menyerahkan jiwanya karena Allah untuk
membela diriku mengikuti jejakku meninggalkan jejak masyarakat yang tidak baik
kemudian mau membela para Rasul Allah? Seruan Nabi Isa ini mendapat jawaban
dari murid-muridnya yang dinamakan kaum Hawari. Para sahabat beliau ini
berkata, "Kamilah penolong agama Allah, pejuang yang rela berkorban
memperkokoh dakwahmu, sahabatnya yang setia mengikuti ajaranmu dan
meninggalkan sikap membeo kepada para leluhur.
Kaum Yahudi berupaya dengan segenap tenaga dan mengatur segala tipu daya untuk
dapat mernbunuh Nabi Isa. Karena itu mereka menugaskan seseorang untuk
membunuh dan merayu Nabi Isa agar beliau mau datang ke suatu tempat yang
mereka katakan sebagai tempat perlindungan, sehingga di tempat itu Nabi Isa dapat
dibunuh. Tetapi tipu daya mereka ini gagal. Sebab di saat mereka datang
menggerebek tempat persembunyian Nabi Isa dengan tiba-tiba Nabi Isa diangkat
oleh Allah ke langit, lalu dimunculkan seorang dengan wajah mirip Nabi Isa,
sehingga orang inilah yang kemudian mereka bunuh.
Bangsa Yahudi bukan hanya menjadi orang pertama yang berusaha untuk
melenyapkan Nabi Isa dari permukaan bumi, tetapi juga mereka merupakan bangsa
yang pertama membunuh Nabi-Nabi sebelumnya.
41. BANGSA YANG PALING SENANG MEMBUAT SIASAT KERAGU-
RAGUAN
Allah berfirman (QS. Ali-Imran : 72 - 73)
"Segolongan (lain) dari ahli kitab berkata (kepada sesamanya), "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu beriman
kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman pada permulaan siang dan ingkarilah ia pada
akhirnya, supaya mereka (orang-orang mukmin) kembali (kepada keingkaran)". "Dan janganlah kamu
percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamanya. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk (yang
harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah) kamu percaya bahwa akan diberikan kepada seseorang
seperti apa yang diberikan kepadamu, dan bahwa mereka akan menyalahkan hujjahmu di sisimu".
Katakanlah, "sesungguhnya karunia di tangan Allah, Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa saja
yang dikehendakiNya dan Allah Maha luas pemberian-Nya dan Maha Mengetahui 73).
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari lbnu Abbas, katanya, "Abdullah bin Shaib dan Adi bin
Zain serta Haris bin Auf saling berkata satu sama lain, "Marilah di waktu pagi kita
beriman kepada ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan sahabat-
sahabatnya, tetapi di waktu sore kita kembali kafir, supaya mereka bingung terhadap
agama mereka, mudah-mudahan mereka akan berbuat seperti yang kita perbuat
sehingga mereka dapat kembali menjadi kafir:' Lalu Allah menurunkan ayat
mengenai perangai mereka itu, ayat 72 ini.
Sasaran golongan ini ialah merusak manusia, sehingga mereka (sahabat Nabi
Shallallahu �Alaihi wa Sallam) berkata, "Sekiranya mereka hendak melihat
kebathilan Islam, tentu mereka tidak akan keluar sesudah menjadi orang Islam.
Karena tidak masuk akal seseorang yang telah mengetahui kebenaran lalu
meninggalkan kebenaran tanpa sebab. Lebih-lebih lagi mereka sampai
mengeluarkan pernyataan bahkan berani berbuat yang demikian".
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, katanya, "Orang-orang Yahudi shalat shubuh
bersama Nabi, tetapi sore hari mereka kafir karena ingin berbuat tipu daya, supaya
manusia bisa melihat, bahwa mereka telah mengetahui kesesatan agama Islam
setelah mereka mengikutinya."
Tidak aneh bila segolongan di antara mereka menggunakan tipu daya seperti itu,
karena mereka tahu, salah satu tanda kebenaran ialah orang yang sudah
mengetahuinya tidak mau melepaskannya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh
pernyataan Heraclius, raja Romawi kepada Abu Sufyan pada waktu ia masih kafir,
ketika ia bertanya tentang hal-ihwal Nabi Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam
pada waktu beliau berseru kepada agama Islam. "Adakah orang yang keluar dari
agama itu setelah ia memasukinya ?" Jawab Abu Sufyan, "Tidak ada".
Allah telah memperingatkan Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam akan tipu daya
mereka, memberitahukan rahasia mereka, supaya tipu daya itu tidak mempengaruhi
hati orang-orang mukmin yang lemah. Dan perbuatan mereka yang keji itu belum
pernah ada orang lain yang melakukan sebelumnya, sehingga peringatan itu menjadi
penangkal bagi mereka.
Ayat tersebut di atas berisikan berita ghaib yang merupakan mukjizat kepada Nabi
Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
Sikap kaum Yahudi terhadap kebenaran sangat rasialis sekali. Para pemimpin
Yahudi memerintahkan kepada masyarakatnya. "Janganlah kamu percaya kepada
siapapun kecuali orang-orang yang seagama dengan kamu". Pernyataan seperti ini
menunjukkan adanya keyakinan mereka bahwa orang yang bisa menjadi Nabi atau
Rasul Allah dari kalangan bangsa Yahudi. Bahkan mereka bersikap berlebih-lebihan
dan menghinakan golongan-golongan lain. Mereka berkeyakinan hanya yang keluar
dari merekalah yang baik, sedang yang keluar dari golongan lain pasti buruk.
Ringkas kata, janganlah kamu beriman secara formal itu, yang di waktu siang datang
kepadamu menyatakan kepadamu menyatakan beriman. Tetapi berimanlah seperti
orang yang mengikuti agama kamu sejak awal mulanya. Mereka yang beriman
secara formal yaitu sebagian orang Yahudi yang masuk Islam dengan tujuan untuk
keluar kembali. Mereka bersuka cita dan penuh semangat keluar dari Islam. Dan
sebaliknya penuh kemarahan dan kebencian terhadap keislaman mereka dahulu.
Dari ayat di atas dengan jelas dilukiskan betapa hebatnya kaum Yahudi
menggunakan siasat rasa ragu-ragu terhadap kebenaran Islam, sehingga dapat
mengelabuhi mata ummat manusia untuk melihat kebenaran Islam. Karena itu
adanya tehnik menimbulkan keraguan terhadap kebenaran Islam yang digunakan
oleh sarjana Barat (kaum Orientalis) ataupun musuh-musuh Islam lainnya,
seluruhnya bersumber dari cara-cara bangsa Yahudi ini.
42. BANGSA YANG SUKA MENGINGKARI AMANAH ORANG
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 75)
"Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak,
dikembalikannya kepadamu, dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya
harta yang sedikit, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian
itu karena mereka mengatakan, "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang Arab". Mereka berdusta
atas nama Allah, padahal mereka mengetahui."
Segolongan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) berusaha memperdayakan ummat
Islam, agar mereka keluar dari agama Islam. Dan segolongan lagi berani
menghalalkan memakan harta orang Islam dan orang lain secara bathil, karena
beranggapan perbuatan tersebut tidak dilarang oleh agama mereka, kecuali kalau
dilakukan secara khianat terhadap sesama Bani Israil.
Ringkasnya, Ahli Kitab ini terbagi 2 golongan:
a. Yang bersikap amanat terhadap harta yang banyak maupun sedikit. Contohnya,
Abdullah bin Salam. la pernah dititipi seorang Quraisy sebanyak 1.200 uqiyah emas,
dan ia jaga dengan baik amanah ini.
b. Yang khianat terhadap amanat. la mengingkari titipan orang kepadanya walaupun
jumlahnya sedikit. Dan dia tidak mau menunaikan amanah kepadamu, kecuali kalau
kamu terus menerus menuntutnya atau memperkarakannya ke pengadilan.
Termasuk dalam golongan ini ialah Ka'ab bin Asyraf. la pernah dititipi seorang
Quraisy uang satu dinar, kemudian diingkarinya.
Lebih jauh Allah menjelaskan bahwa kaum Yahudi mempunyai anggapan sesat,
yaitu bahwa tidaklah berdosa kalau tidak bersikap amanat terhadap harta benda
orang-orang Arab dan non-Yahudi lainnya. Bagi bangsa Yahudi mengkhianati
amanat yang diberikan oleh orang-orang non Yahudi tidaklah akan menjadikan
Allah murka kepada mereka.
Anggapan sesat ini dicela oleh Allah. Menurut orang-orang Yahudi bahwa Allah
murka terhadap orang-orang non-Yahudi serta memandangnya rendah, sehingga
golongan manusia non-Yahudi tidak mempunyai hak apapun terhadap harta
kekayaan dan harta mereka tidaklah mendapat perlindungan hukum. Karena segala
cara yang dapat digunakan untuk merampas harta orang-orang non-Yahudi
dianggap tidak berdosa.
Anggapan bangsa Yahudi yang sesat semacam ini jelas merupakan suatu tipu daya,
pengelabuan dan fanatik keagamaan yang berlebihan serta penghinaan terhadap
adanya hak pemilikan pada setiap orang.
Ibnu Jarir meriwayatkan sebagai berikut: "Sekelompok ummat Islam menjual
kepada orang Yahudi beberapa barang mereka pada zaman Jahiliyah. Tatkala
mereka ini masuk Islam, mereka menebus harga barangnya, tetapi orang-orang
Yahudi menjawab, "Kami bukanlah golongan yang amanat. Dan kami tidak
berkewajiban melunasi hutang kami kepadamu. Karena kamu telah meninggalkan
agama yang dahulu kamu ikuti, seraya mereka mengaku bahwa mereka
mendapatkan di dalam kitab mereka ketentuan yang demikian itu.
Al-Qur'an menyatakan bahwa kaum Yahudi mengetahui secara persis betapa
dustanya anggapan mereka yang kosong ini. Karena ajaran Allah yang ada pada
kitab-Nya dan Taurat yang ada di tangan mereka tidak ada keterangan yang
membenarkan khianat terhadap orang-orang Arab dan memakan harta mereka
secara bathil. Mereka tahu dengan sebenar-benarnya ketentuan Allah. Tetapi karena
mereka tidak suka berpegang kepada kitab sucinya semata, melainkan mengikuti
pendeta-pendeta mereka dan menganggap fatwa mereka sebagai agama, padahal
mereka ini mengeluarkan fatwa agama menurut akal dan hawa nafsunya serta
memutar-balikkan ayat-ayat Kitab Suci untuk menguatkan pendapat-pendapat
mereka. Di dalam pendapat-pendap'at seperti inilah mereka menemukan suatu
pembenaran terhadap anggapan mereka itu.
Al-Qur'an menegaskan bahwa perbuatan bangsa Yahudi berkhianat terhadap
amanat orang-orang non-Yahudi tetap sebagai perbuatan dosa. Kamu (bangsa
Yahudi) tetap berkewajiban memenuhi janji-janji kamu yang telah ditentukan, dan
memenuhi semua amanat. Bila seseorang meminjamkan hartanya kepada kamu
sampai batas waktu tertentu menjual barangnya kepada kamu dengan harga jatuh
tempo pembayaran atau dititipi suatu amanat, maka wajiblah engkau memenuhi
dan menguatkan hak orang itu pada saat tiba temponya tanpa perlu ditagih atau
diajukan ke pengadilan. Hal seperti ini sesuai dengan ketentuan fitrah dan ketetapan
agama.
Ayat ini mengisyaratkan, bahwa bangsa Yahudi beranggapan, pada hakekatnya
memenuhi janji bukanlah suatu kewajiban mutlak. Bahkan mereka memperbedakan
siapa lawan perjanjiannya itu. Jika sama-sama Bani Israil, wajib dipenuhi, tetapi
kalau orang lain, tidak wajib.
43. BANGSA YANG SUKA MENGADA-ADA URUSAN AGAMA
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 78)
"Di antara mereka sungguh ada segolongan yang merubah ucapan mereka dalam membaca Al-Kitab supaya
kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka
mengatakan, "Ia dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta atas nama Allah,
sedang mereka mengetahuinya".
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa golongan ini adalah orang-orang Yahudi yang
datang kepada Ka'ab bin Asyraf, seorang tokoh yang sangat memusuhi Rasulullah,
banyak menyakiti beliau dan mengganggunya. Mereka inilah yang mengubah dan
menulis sebuah kitab dengan mengubah keterangan mengenai ciri-ciri Nabi
Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Buku yang mereka susun ini dijadikan
pegangan oleh Yahudi Bani Quraidhah, lalu mereka campur dengan kitab suci yang
ada pada mereka. Ketika mereka membaca Al-Kitab, mereka membacanya dengan
mengubah ucapannya, sehingga menimbulkan dugaan pada orang banyak bahwa
yang dibaca itu adalah Taurat.
Para pendeta Yahudi yang melakukan kutipan kata-kata berasal dari tokoh-tokoh
mereka kemudian disisipkannya di dalam rangkaian pembacaan kitab suci mereka
adalah dimaksudkan untuk mengelabui ummat Islam. Dengan cara semacam ini
diharapkan ummat Islam percaya bahwa kata-kata yang mereka baca itu adalah
berasal dari sisi Allah, padahal sebenarnya adalah buatan mereka sendiri.
Dengan demikian kata-kata yang mereka sisipkan di tengah pembaca kitab suci
mereka adalah kedustaan ciptaan mereka sendiri. Maka ayat Al-Qur'an ini mencela
keras perbuatan mereka dan sekaligus menjelaskan betapa hebatnya kekurangajaran
mereka di dalam memutarbalikkan agama mereka. Kaum Yahudi bukan hanya
melakukan kebohongan secara sembunyi-sembunyi di dalam mengada-ada urusan
agama mereka, bahkan secara berani mengatasnamakan sebagai wahyu dari Allah.
Mereka berani berbuat kurangajar semacam ini, karena punya anggapan, bahwa
dosa apapun yang mereka lakukan tentu akan diampuni oleh Allah. Sebab mereka
sebagai kekasih Allah dan bangsa pilihan.
Ayat inipun menegaskan bahwa dusta yang dilakukan oleh kaum Yahudi dengan
kedok agama Allah adalah tindakan yang sengaja, bukan karena kekeliruan.
Penyakit kaum Yahudi semacam ini juga menimpa sebagian besar ummat Islam
dewasa ini. Mereka punya anggapan sudah pasti masuk syurga, biar dosa apapun
yang mereka lakukan. Karena mereka punya keyakinan bahwa setiap orang Islam
mesti akan mendapat pertolongan Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam, asalkan
mengaku beragama Islam, walaupun tidak melaksanakan syari'at Islam, bahkan
melakukan perbuatan yang biasa dilakukan orang kafir atau munafik.
44. BANGSA YANG MENJADIKAN AGAMA SEBAGAI ALAT
MEMPERBUDAK BANGSA LAIN
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 79 - 80)
"Sama sekali tidak benar seseorang manusia yang Allah beri kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu
dia berkata kepada manusia, "Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah-penyembah Allah". Akan tetapi
(dia berkata), "Jadilah kamu ahli agama yang bertaqwa, kerena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan
selalu mempelajarinya".79) "Dan (sama sekali tidak benar baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan
para Nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekefiran di waktu kamu sudah Islam".
80)
Ibnu Ishaq dll. meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, Abu Rafiq Al-Quradli ketika
para pendeta Yahudi dan Nasrani dari Najran berkumpul di sisi Rasulullah
Shallallahu �Alaihi wa Sallam, dan Nabi mengajak mereka kepada Islam, ia berkata,
"Wahai Muhammad, apakah engkau ingin kami menyembahmu, seperti orang-orang
Nasrani menyembah Isa?" Lalu seorang lakilaki Nasrani dari Najran, berkata, "Atau
seperti tuan inginkan ?" Lalu Rasulullah menjawab, "Aku berlindung kepada Allah
dari kami menyembah selain Allah atau menyuruh manusia menyembah selain Dia.
Tidak untuk itu Allah mengutusku dan tidak untuk itu aku diperintah". Kemudian
Allah menurunkan ayat ini.
Di dalam ayat ini Allah mencela kaum Yahudi yang menyalahgunakan rahmat Allah
berupa pemberian agama sebagai alat untuk menyeru manusia agar menyembah
dirinya. Perbuatan orang Yahudi yang mengajak manusia menyembah diri mereka
sama halnya menjadikan agama sebagai alat memperbudak bangsa lain. Agama yang
Allah berikan kepada bangsa Yahudi memerintahkan kepada mereka untuk
mengajak manusia menyembah kepada Allah saja, mengajak mereka mengetahui
hukum-hukum Allah. Jadi seharusnya bangsa Yahudi menjadi contoh bagi manusia
lain dalam taat dan beribadah kepada Allah, dan menjadi guru yang mengajarkan
Kitab Allah kepada manusia. Akan tetapi yang dilakukan oleh bangsa Yahudi justru
sebaliknya. Mereka telah mengadakan suatu cara untuk berhubungan dengan Allah,
yaitu dengan mengadakan perantara antara seseorang dengan Allah misalnya
sebagai pembaca do'a. Dengan adanya lembaga perantara ini mereka telah
melanggar ketentuan hukum melakukan penyembahan kepada Allah dengan cara
yang sebersih-bersihnya. Tindakan lain yang mereka lakukan di dalam membentuk
lembaga perantara ini yaitu mereka mengangkat para wali untuk menjadi
penghubung manusia awam dengan Allah.
Ketika Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam, bangkit menghadapi kaum Yahudi
memperingatkan kepada mereka agar mereka menyembah Allah secara langsung
tanpa perantara apapun, Rasulullah menyuruh agar setiap orang tekun mempelajari
Kitab Allah dan mengamalkannya, supaya menjadi ahli agama yang bertaqwa, yang
diridhai Allah.
Al-Qur'an pun menegaskan bahwa Nabi sama sekali tidak pernah menyuruh
manusia menyembah dan bersujud kepada para Nabi ataupun para malaikat di
samping menyuruh mereka mengesakan Allah dan mentaatinya. Jika benar, seorang
Nabi berbuat begitu, maka perbuatan semacam itu menunjukkan pada kekafirannya,
hilang kenabiannya dan ketiadaan iman.
Bangsa Yahudi yang mengajarkan kepada manusia bahwa Uzair adalah putra Allah
dan kemudian mengajak menyembah kepada Uzair pada hakekat nya adalah sama
dengan mengajak manusia menyembah kemuliaan bangsa Yahudi di tengah ummat
manusia lainnya. Dengan keyakinan bahwa di tengah bangsa Yahudi lahir seorang
putra Tuhan, maka diharapkan manusia yang lain memperlakukan bangsa Yahudi
secara istimewa. Dan ini berarti melalui agama bangsa Yahudi memperbudak bangsa
lain. Karena dengan melalui jalur agama ini bangsa Yahudi dapat menetapkan
hukum dengan kehendaknya sendiri untuk diberlakukan kepada bangsa-bangsa lain
dengan tujuan mengajak mereka untuk tunduk pada kemauan bangsa Yahudi.
Barangsiapa yang memperhatikan perkumpulan-perkumpulan internasional yang
disponsori bangsa Yahudi, seperti perkumpulan Lions Club, Rotary Club, Sarjana
Ahli Perbandingan Agama, Pertukaran Pelajar dan Pemuda Internasional, Korps
Sukarelawan Perdamaian, akan mengetahui bahwa segala tata tertib yang mereka
ciptakan pada hakekatnya mengabdi pada kepentingan bangsa Yahudi.
45. BANGSA YANG INGIN MEMBUAT AGAMA LAIN SEBAGAI
TANDINGAN AGAMA ISLAM
Allah berfirman : QS. Ali-Imran : 83 - 85
"Apakah mereka mencari agama selain dari agama Allah, padahal hanyalah kepada-Nya segala yang di
langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka hati atau terpaksa dan kepada-Nya mereka dikembalikan�
83)
Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepada Ibrahim, Ismail. Ishaq, Ya'qub dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa,
Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan seorang pun di antara mereka, dan kami
berserah diri kepada-Nya."84)
'Barang siapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima (amal)
daripadanya dan dia di akherat termasuk orang-orang merugi.'85)
Kaum Yahudi dan Ahli Kitab pada umumnya meninggalkan kebenaran yang dibawa
oleh Nabi Muhammad. Padahal kebenaran yang mereka hadapi tidak dapat dibantah
sedikit pun. Mereka kemudian mencari agama selain Islam.
Salah satu dalih yang digunakan bangsa Yahudi untuk meninggalkan Islam ialah
dengan mengatakan bahwa mereka adalah pewaris agama yang di bawa oleh Nabi
Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Musa dan Isa as. Semua Nabi yang disebut bangsa
Yahudi ini adalah membawa ajaran Allah yang sama dengan yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
Bahkan Al-Qur'an mengatakan bahwa Nabi dan kaum muslim bukanlah orang yang
mengakui sebagian Rasul, tetapi kafir sebagian lainnya, sebagaimana dilakukan oleh
bangsa Yahudi dan kaum Nasrani.
Para Nabi ini dapat diibaratkan dengan para amir yang jujur lagi amanat yang diutus
oleh raja secara bergantian untuk mengurus salah satu wilayah kerajaannya,
membangun kepentingan penduduknya dan membuat undang-undang yang
bermanfaat untuk memerintah wilayah tersebut. Lalu ada kalanya seorang amir di
belakangnya mengubah sebagian undang-undang yang sama, sejalan dengan
perkembangan penduduknya dan adat-istiadat mereka, sebagaimana is saksikan
dari suasana yang hatinya kasar menjadi halus, dan yang tadinya bodoh menjadi
berilmu, yang tadinya biadab menjadi beradab. Tujuan dilakukannya, perubahan ini
ialah demi kesejahteraan mereka dan memperluas kebahagiaannya serta membawa
mereka kepada keadaan yang sejahtera.
Bangsa Yahudi dengan agamanya ternyata tidak menjadikan mereka sebagai
manusia yang dapat berjiwa pasrah dan tunduk kepada Allah. Agama Yahudi telah
menjadi suatu cara hidup yang berlawanan dengan akal sehat dan fitrah manusia.
Sebagai bukti ialah doktrin mereka, bahwa mereka menjadi kekasih Tuhan,
sedangkan manusia yang lain menjadi budak mereka, Tuhan akan mengampuni
dosa orang Yahudi, walaupun betapa besar kejahatannya, karena mereka adalah
manusia pilihan. Doktrin-doktrin semacam ini menyebabkan mereka menolak
ajaran Islam yang mengajarkan adanya persamaan derajat bagi setiap manusia dan
pertanggunganjawaban manusia atas setiap tindakannya kepa da Allah.
Agama yang tidak bisa menjadikan penganutnya berjiwa pasrah dan tunduk kepada
Allah, adalah merupakan sekedar rangkaian slogan dan tradisi yang tidak membawa
manfaat kepada ummat manusia. Bahkan akan menambah kerusakan jiwa dan
kebingungan. Jika agama telah menjadi sekumpulan slogan dan tradisi, pada saat itu
akan menjadi sumber kebencian dan permusuhan sesama manusia di dunia ini.
Bangsa Yahudi telah merasakan bahwa agama mereka hanya tinggal serangkaian
slogan dan tradisi dan penuh dengan kebingungan dan sumber kerusakan moral.
Walaupun Islam datang kepada mereka membawa ajaran yang membangkitkan
kesegaran jiwa dan memberikan cahaya terang benderang, tapi karena kebencian
mereka kepada Islam, mereka menolaknya dan berusaha menciptakan agama
tandingan. Agama tandingan yang hendak mereka sodorkan ini, mereka tawarkan
sebagai warisan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq. Maka tidaklah mengherankan
kalau sampai saat ini bangsa Yahudi dengan penuh kecongkakan membanggakan
diri sebagai pewaris agama Nabi-Nabi Bani Israil yang bersumber dari Nabi
Ibrahim. Dan pada hakekatnya pernyataan mereka ini adalah sebagai kedok untuk
menciptakan agama lain sebagai tandingan dari agama Islam.
46. BANGSA YANG KEDZALIMANNYA MEMPERSULIT HATINYA MELIHAT
KEBENARAN
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 86 - 87)
"Bagaimana Allah akan memimpin suatu kaum yang kafir sesudah beriman, padahal mereka telah mengakui
kerasulan (Muhammad) adalah benar dan telah datang bukti-bukti kepada mereka ? Allah tidak memimpin
orang-orang yang dzalim." 86)
"Kepada mereka itu balasannya adalah sungguh-sungguh laknat dari Allah, dan malaikat serta seluruh
manusia." 87)
Abdullah bin Khumaid dan lain-lain meriwayatkan dari Al-Hasan bahwa Ahli Kitab
dari kaum Yahudi dan Nasrani mengetahui sifat-sifat Muhammad Shallallahu �Alaihi
wa Sallam dalam Kitab Suci mereka dan mereka mengakui serta bersaksi bahwa
beliau adalah Rasul yang benar. Tetapi ketika Rasul ini bangkit dari luar golongan
mereka, mereka dengki kepada bangsa Arab atas kejadian ini. Karena itu mereka
mengingkarinya dan kafir kepadanya, padahal dulu mereka mengakuinya. Hal ini
disebabkan kedengkiannya kepada bangsa Arab, ketika ternyata bahwa orang yang
dibangkitkan menjadi Rasul ini bukan dari golongan mereka.
Bangsa Yahudi punya kesaksian bahwa kerasulan Muhammad adalah benar.
Sebagaimana termuat dalam berita-berita gembira dari para Nabi Bani Israil.
Mereka sangat menginginkan untuk menjadi pemimpinnya di saat Nabi yang
dijanjikan ini datang. Tetapi setelah mereka menyaksikan bahwa bukti dan tanda-
tanda kebenaran dari seorang Nabi yang dijanjikan itu adalah Muhammad yang
berasal dari bangsa Arab ini, dengan tiba-tiba mereka menjadi kafir dan
mengingkarinya.
Perbuatan orang Yahudi mengingkari bukti kebenaran yang melekat pada diri
Muhammad sebagai Nabi yang dijanjikan adalah perbuatan dzalim.Karena mereka
menyimpang dari jalan yang benar, menolak pemikiran yang rasional di dalam
menghadapi bukti-bukti kenabian yang ada pada diri Muhammad Shallallahu �Alaihi
wa Sallam.
Bangsa Yahudi dinyatakan jauh dari kemungkinan untuk mendapat hidayah dari
Allah karena mereka telah menolak sunatullah yang berlaku pada hamba-Nya. Salah
satu sunnatullah di dalam memberi hidayah kepada manusia untuk dapat
mengetahui kebenaran ialah dengan mengetengahkan dalil dan bukti-bukti,
sehingga rintangan yang menghalangi kebenaran dapat dilenyapkan. Sedangkan
bukti-bukti dan dalil-dalil yang diberikan kepada Bangsa Yahudi untuk mengenal
diri Nabi Muhammad telah diutarakan jauh sebelum beliau dilahirkan dan dibawa
oleh para Nabi Bani Israil sendiri.
Penolakan Bangsa Yahudi terhadap kerasulan Nabi Muhammad menyebabkan
memperoleh laknat Allah, para malaikat dan segenap ummat manusia. Sebab
dengan adanya manusia mengetahui kedzaliman bangsa Yahudi di dalam
memperlakukan kebenaran sehingga mereka menjadi bangsa yang penuh
kebingungan dan kerusakan mental, maka serta-merta membuat manusia lain
melaknat mereka. Adalah menjadi fitrah manusia bersikap marah terhadap orang
yang berlaku dzalim terhadap kebenaran.
Perilaku manusia semacam Bangsa Yahudi ini bagaimana mungkin dapat
memperoleh hidayah dari Allah, padahal mereka menjadi kafir terhadap hal-hal
yang tadinya telah mereka imani dan berjanji untuk mentaatinya sesuai dengan
keterangan yang disampaikan oleh para Nabi mereka di dalam Kitab-Kitab Suci
mereka. Dengan demikian penolakan bangsa Yahudi untuk beriman kepada Nabi
Muhammad dan mengikuti ajaran-ajaran yang beliau bawa adalah karena
kedzaliman mereka. Kedzaliman ini menutup hati nurani mereka untuk melihat atau
membenarkan kebenaran.
47. BANGSA YANG SUKA MENGHALANGI ORANG BERJALAN PADA
KEBENARAN
Allah berfirman : (Ali-Imran : 99)
"Katakanlah, "Hai ahli kitab, mengapa kamu membelokkan orang-orang yang telah beriman dari jalan
Allah, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan ?" Allah sekali-kali tidak lalai
terhadap perbuatan-perbuatan kamu."
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Said bin Aslam, ia berkata, "Sya'as bin Qois,
seorang Yahudi yang sangat permusuhan dan celaannya pada kaum muslimin, pada
suatu hari lewat di depan beberapa orang sahabat Nabi yang sedang duduk
bercakap-cakap, terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Kedua suku ini tampak rukun
setelah datang Islam pada mereka. Padahal di zaman Jahiliyah dahulu mereka saling
bermusuhan. Melihat hal ini Sya'as merasa gusar dan beranggapan bahwa, kalau
suku Aus dan Khazraj menjadi bersatu di negeri ini, bangsa Yahudi nantinya tidak
akan memperoleh tempat untuk berdiam. Lalu iapun menyuruh seorang pemuda
Yahudi yang berjalan bersamanya seraya diperintahkan kepadanya, "Datanglah ke
tempat mereka itu. Duduklah bersama mereka, kemudian bangkitkanlah kepada
mereka kenangan perang Ba�ats. Pemuda ini kemudian mendatangi mereka seraya
mengucapkan beberapa bait syair yang mengingatkan pertumpahan darah itu. Maka
terjadilah pertengkaran di antara kedua suku tersebut sehingga ada dua orang dari
suku ini yang melompat ke depan dan saling mengatai, sehingga terlontarlah ucapan
"Demi Allah, kalau kalian bersedia, bolehlah kita mengulang kembali gejolak muda
dahulu itu (maksudnya perang). Maka kedua suku ini terbakar oleh rasa marah dan
menjawab, "Silakan, kami pun mau, Tunggulah di Harrah (satu tempat yang di luar
Madinah)." Lalu mereka keluarlah ke tempat tersebut dan orang banyak sudah
bersiap-siap. Suku Aus lalu berkumpul. Begitu pula suku Khazraj, memenuhi
panggilan yang menjadi tradisi pada zaman Jahiliyah. Kejadian ini sampailah
kepada Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Kemudian beliau bersama dengan
beberapa sahabat Muhajirin mendatangi mereka, kemudian mengingatkan,
"Ingatlah kepada Allah ! Apakah kalian ini mengikuti ajakan Jahiliyah, padahal aku
masih ada di tengah-tengah kalian, lagi pula kalian telah diberi hidayah oleh Allah ke
jalan Islam dan dijadikannya manusia terhormat serta dilepaskan dari ikatan
Jahiliyah, diselamatkannya dari kekafiran dan dipersatukan hati kalian. Karena itu
patutkah kalian kembali lagi kepada kekufuran yang dahulu itu ?".
Segeralah kedua golongan ini menyadari percikan api syetan dan tipu daya dari
musuh mereka. Kemudian mereka lemparkan senjata yang ada ditangan mereka,
dan mereka menangis seraya saling berpelukan antara suku Aus dan Khazraj.
Kemudian mereka pun bubar, pergi bersama Rasulullah dengan perasaan penuh
kepasrahan. Dengan demikian Allah memadamkan tipu daya musuh Allah yaitu
Sya�as bin Qois, yang memercikkan api dendam kepada mereka.
Riwayat yang menjelaskan sebab turunnya ayat di atas dengan jelas
menggambarkan betapa gigihnya bangsa Yahudi berusaha menghalangi manusia
untuk berjalan kepada kebenaran.
Ayat di atas dengan keras memberikan teguran kepada bangsa Yahudi khususnya,
dan ahli kitab umumnya. Kepada mereka ini Allah mengajukan pertanyaan , "Apa
sebab kamu, wahai ahli kitab berupaya memalingkan orang-orang yang sudah
beriman kepada Nabi Muhammad, yang sudah taat kepadanya, yang telah berbuat
amal shaleh, berakhlaq luhur ? Mengapa kamu mendustakan mereka dengan penuh
rasa kekufuran dan kedurhakaan, kedengkian dan. kesombongan? Mengapa pula
kamu menimbulkan perasaan ragu dan bimbang yang bathil dengan penuh perasaan
dengki serta tipu daya di tengah orang-orang Islam yang masih lemah imannya
terhadap Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam? Kamu, wahai Ahli Kitab melakukan
tindakan-tindakan semacam itu terhadap orang-orang yang berjalan pada jalan
kebenaran dan menjadi pemeluk agama Allah adalah dengan maksud menyesatkan
dan memalingkan dari jalan yang benar. Padahal bukankah kamu telah mengetahui
jauh sebelumnya perihal Muhammad yang telah diberitakan kedatangannya pada
kitab-kitab suci serta kamu pun sudah tahu bukti kebenaran kenabiannya. Karena
itu tentulah tidak patut bagi kamu terus menerus mengikuti jalan yang bathil dan
sesat serta berusaha menyesatkan orang"'
Peringatan keras yang Allah tujukan kepada bangsa Yahudi sebagaimana tersebut
dalam ayat ini membuktikan bahwa bangsa Yahudi tidak akan pernah lengah untuk
mengatur segala macam cara untuk menyesatkan ummat manusia dan
memalingkannya dari jalan yang benar.
48. BANGSA YANG SUKA BERPECAH BELAH DAN MERUSAK PAHAM AGAMA
Allah berfirman : (Qs. Ali-Imran : 105)
"Janganlah kamu seperti orang-orang yang terpecah belah dan berselisih, sesudah datang kepada mereka
keterangan-keterangan. Bagi mereka itulah siksa yang berat!
Golongan Ahli Kitab, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani, sepanjang sejarahnya gemar
berpecah-belah dan menimbulkan pertentangan sesama kelompok agama mereka.
Mereka telah menjadikan agama menjadi bermacam-macam aliran dan sekte,
sehingga mencapai 72 golongan. Masing-masing sekte bertentangan satu dengan
lainnya. Mereka membela sektenya dengan semangat fanatik dan
mempropagandakan kebenaran sektenya sendiri serta menganggap sekte yang lain
sesat. oleh karena sejarah perjalanan agama Yahudi dan Nasrani penuh dengan
warna peperangan dan permusuhan.
Timbulnya perpecahan di kalangan ummat Yahudi dan ummat Nasrani adalah
karena tidak ada lagi di tengah mereka orang-orang yang mau menegakkan amar
ma'ruf dan nahi munkar, mengajak masyarakat kembali ke jalan Allah dan membina
persatuan yang berdasarkan Tauhid. Bahkan kaum Yahudi terus menerus
melahirkan doktrin-doktrin keagamaan yang baru, sehingga semakin mempertajam
perbuaaan pendapat antara satu sekte dengan sekte lainnya, sehingga menyebabkan
perang agama antar sekte.
Perpecahan yang terus menerus timbul sesama penganut agama Yahudi dan sesama
penganut agama Nasrani mengakibatkan kerusakan moral dan mental pada
pemimpin-pemimpin agama dan masyarakat mereka. Karena itu maka di dalam
sejarah akhirnya bangsa Yahudi dapat dijajah oleh bangsa Romawi di sebelah barat
dan bangsa Parsi di bagian timur. Perpecahan agama yang mereka lakukan ini
akhirnya menimpakan derita dan kerugian terhadap mereka, baik nasib di dunia
maupun siksa di akherat. Kegemaran bangsa Yahudi melakukan perpecahan dan
merusak kemurnian agama Tauhid tidaklah berhenti sampai dengan sebelum
munculnya Muhammad sebagai Rasul Allah, tetapi terus berlangsung hingga akhir
zaman. Karakter Yahudi semacam ini tidak hanya berlaku di dalam tubuh agama
mereka sendiri, tetapi akan mereka lakukan pula terhadap agama lain. Jadi
perbuatan berpecah-belah dan membuat paham sesat di dalam agama adalah
merupakan ciri watak bangsa Yahudi.
49. BANGSA YANG TAK SUKA MELIHAT KEBAIKAN UMMAT ISLAM
Allah berfirman : (QS. Ali-lmran : 118 - 120)
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan selain (golongan) kamu sebagai teman
dekat. Mereka tidak pernah lengah (berusaha) membahayakan kamu, dan menginginkan penderitaan kamu.
Telah banyak kebencian pada mulut-mulut mereka, sedangkan apa yang disembunyikan dalam hati mereka
lebih hebat. Sungguh Kami telah menjelaskan kepada kamu tanda-tandarrya jika kamu mau berpikir:' 118)
"Kamulah yang mencintai mereka, tetapi mereka tidak mencintai kamu. Kamu mengimani Kitab ini (Al-
Qur'an) seluruhnya. Jika mereka bertemu dengan kamu, mereka berkata, "Kami telah beriman! Tetapi
apabila mereka berpisah (dari kamu), mereka menggigit ujung-ujung jari lantaran geram bercampur benci
kepada kamu. Katakanlah, "Matilah dengan kegemaran kamu yang bercampur kebencian itu Sungguh Allah
Mengetahui isi dada mereka� 119)
"Jika kebaikan menyentuhmu, mereka susah, tetapi jika kecelakaan menimpamu, mereka bergembira
karenanya. Dan jika kamu bersabar serta bertaqwa, niscaya tipu daya mereka tidak akan
membahayakanmu sedikit pun. Sungguh Allah Maha Mengetahui segala perbuatan mereka 120)
Di dalam ayat-ayat ini dikatakan bahwa kaum Yahudi khususnya, dan semua
golongan non-Islam mempunyai sifat-sifat negatif terhadap kaum Muslimin sebagai
berikut:
a. selalu berusaha. menimbulkan kerugian
b. senang melihat kesusahan kaum Muslimin
c. menyimpan dendam di dalam hatinya tetapi berpura-pura berkata manis
d. tidak dapat mencintai kaum Muslimin dengan hati yang tulus
e. di saat bertemu sesama Yahudi, mereka merundingkan siasat pengrusakan
terhadap kaum Muslimin.
Peristiwa sejarah pada zaman sahabat Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam telah
membuktikan adanya ketidaksenangan bangsa Yahudi terhadap kemajuan Islam.
Sebagai contoh adalah kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar.
"Sehari sebelum Nabi dan kaum Muslimin sampai di Madinah, kedua utusannya,
Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawaha sudah lebih dulu sampai. Mereka
memasuki kota dari jurusan yang berlainan, Dari atas unta yang dikendarainya itu
Abdullah mengumumkan dan memberitahukan khabar gembira kepada kaum
Anshar tentang kemenangan Rasulullah dan sahabat-sahabat, sambil menyebutkan
siapa dari pihak musyrik yang terbunuh. Begitu juga Zaid bin Haritsah melakukan
hal yang sama sambil menunggang Al-Qashwa', unta kendaraan Nabi. Kaum
Muslimin bergembira ria. Mereka berkumpul dan mereka yang masih berada di
dalam rumah keluar beramai-ramai dan berangkat menyambut berita kemenangan
besar ini.
Sebaliknya orang-orang musyrik dan orangorang Yahudi merasa dengki dan
terpukul sekali dengan berita itu. Mereka berusaha akan meyakinkan diri mereka
sendiri dan meyakinkan orang-orang Islam yang tinggal di Madinah, bahwa berita
itu tidak benar.
"Muhammad sudah terbunuh dan teman-temannya sudah ditaklukkan," teriak
mereka. "Ini untanya seperti sudah sama-sama kita kenal. Kalau dia yang menang,
niscaya unta ini masih di sana. Apa yang dikatakan Zaid bin Haritsah hanya
mengigau saja, karena sudah gugup dan ketakutan"
Tetapi pihak Muslimin setelah mendapat kepastian yang benar dari kedua utusan itu
dan yakin sekali akan kebenaran berita itu, sebenarnya mereka malah makin
gembira, kalau tidak lalu terjadi peristiwa yang mengurangi rasa kegembiraan
mereka itu, yakni peristiwa kematian Ruqayyah, putri Nabi. Tatkala ditinggalkan
pergi ke medan perang Badar ia dalam keadaan sakit dan ditinggalkannya suaminya,
Usman bin Affan, yang juga merawatnya.
Apabila kemudian ternyata Muhammad yang menang, mereka merasa sangat
terkejut. Posisi mereka terhadap kaum Muslimin jadi lebih rendah dan hina sekali,
sampai-sampai ada salah seorang pembesar Yahudi yang mengatakan, "Bagi kita
sekarang lebih baik berkalang tanah daripada tinggal di atas bumi ini sesudah kaum
bangsawan, pemimpin-pemimpin, dan pemuka-pemuka Arab serta penduduk tanah
suci itu mendapat bencana!"
Pada ayat-ayat di atas kaum Muslimin diperingatkan bahwa kaum Yahudi dan
golongan non-Islam lainnya sangat keras permusuhannya terhadap kaum Muslimin.
Mereka tidak hanya berusaha menimbulkan kerugian materiel terhadap ummat
Islam, tetapi lebih jauh selalu mencari saat dan kondisi yang tepat untuk
menghancurkan ummat Islam sampai ke akar-akarnya. Hal ini terbukti dalam
sejarah Islam pada peristiwa perang Ahzab atau perang Khandaq tahun 5 H. di kota
Madinah.
Oleh karena itu kaum Muslimin tidak boleh bersangka baik kepada kaum Yahudi,
yang mayoritas sangat benci dan dendam terhadap ummat Islam.
50. BANGSA YANG MENCELA ALLAH SEBAGAI SI FAKIR
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 181)
"Sungguh Allah telah mendengar ucapan orang-orang yang mengatakan, "Allah itu sesungguhnya miskin, dan
kamilah yang kaya". Akan Kami catat perkataan mereka itu dan pembunuhan mereka terhadap Nabi-Nabi
dengan cara yang tidak benar. Dan Kami katakan, "Rasakanlah siksa yang membakar."
Diriwayatkan oleh Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, bahwa telah datang kepada
Rasulul,lah Shallallahu �Alaihi wa Sallam sekelompok Yahudi pada saat turunnya
firman Allah:
"Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah sesuatu pinjaman yang baik,"saat
itulah mereka berkata kepadaRasulullah, "Apakah Tuhanmu itu fakir sehingga
meminta kepada hamba-Nya pinjaman? Kami adalah orang-orang yang kaya".
Demikianlah sebab turunnya ayat ini.
Bangsa Yahudi yang serba materialis dan bersikap formalistis menganggap bahwa
seruan Allah kepada orang-orang beriman supaya mendermakan harta bendanya
pada jalan kebajikan dan untuk kepentingan perbaikan kehidupan masyarakat tidak
mendapatkan tanggapan yang semestinya, bahkan mengejek. Ejekan ini pertama,
karena Al-Qur'an menggunakan kata kiasan, yaitu "Allah meminjam", yang
kemudian oleh bangsa Yahudi diartikan bahwa Allah itu miskin, karena meminta
pinjaman kepada manusia.
Apa yang mendorong bangsa Yahudi mempunyai prasangka busuk terhadap seruan
Allah agar manusia yang beriman memberikan pinjaman yang baik kepada Allah
itu? Karena bangsa Yahudi terkenal sebagai bangsa yang kikir dan rakus, sehingga
menyebabkan mereka menjadi lintah darat. Kebobrokan moral mereka
menyebabkan lebih senang melakukan riba daripada mengeluarkan derma kepada
orang-orang yang lemah dan miskin yang membutuhkan pertolongan mereka.
Kerakusan bangsa Yahudi terhadap harta benda telah menimbulkan keyakinan dan
kepribadian yang berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu mereka
menganggap bahwa berderma sama dengan melakukan tindakan yang merugikan
kekayaan seseorang. Sebaliknya berlaku kikir mereka pandang sebagai melindungi
harta kekayaan.
Atas dasar anggapan yang sesat ini, maka masyarakat Yahudi dengan sangat
mencolok terlihat perbedaan golongan yang kaya dan yang miskin. Golongan miskin
ini di tengah masyarakat mereka hanya menjadi sasaran pinjaman berbunga.
Golongan miskin inilah yang selama ini memerlukan pinjaman yang baik (pinjaman
tak berbunga) untuk dapat membiayai kehidupan mereka. Demikianlah realitas
sosial dalam masyarakat Yahudi.
Tatkala turun seruan Allah agar orang-orang mukmin yang mampu mendermakan
harta kekayaannya bagi kepentingan pembangunan masyarakat Islam di Madinah
dan pembelaan terhadap perjuangan Islam, maka seruan ini oleh orang Yahudi
dijadikan sasaran ejekan. Karena di dalam seruan berderma ini Allah gunakan kata-
kata "memberi pinjaman". Sikap orang Yahudi yang mengejek Allah sebagai si fakir
membuktikan betapa bobroknya mental bangsa Yahudi dalam memenuhi kewajiban
yang diperintahkan oleh Allah. Selain itu membuktikan bahwa bangsa Yahudi telah
diperbudak oleh harta sehingga buta terhadap kewajiban untuk mendermakan
sebagian hartanya - untuk kepentingan masyarakat.
51. BANGSA YANG SENANG MEMBUAT UKURAN KEBENARAN
MENURUT SELERANYA SENDIRI
Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 183)
"(Yaitu) orang-orang yang berkata, "Allah sesungguhnya telah menjanjikan kepada kamu, agar kami tidak
mempercayai seorang Rasul, sebelum dia mendatangkan kepada kamu kurban yang dimakan api",
Katakanlah, "Telah datang kepadamu beberapa orang Rasul sebelumku dengan keterangan-keterangan dan
dengan yang telah kamu katakan itu. Akan tetapi, mengapa kamu membunuh mereka, jika kamu orang-orang
yang benar ?"
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Ka'ab bin Asyraf dan Malik bin Shaif, Finhash
bin Azwara' dalam satu rombongan dengan orang-orang lain mendatangi Rasulullah
Shallallahu �Alaihi wa Sallam, lalu berkata: "Wahai Muhammad, engkau telah
menganggap dirimu sebagai rasul Allah, engkaupun diberi wahyu oleh Tuhan, akan
tetapi di dalam Taurat, Tuhan telah memberitahu kepada kami, agar tidak beriman
kepada seseorang Rasul sebelum ia dapat memberikan pengorbanan yang dimakan
api kepada kami. Dan apinya mempunyai bunyi berdengung pelan ketika turun dari
langit. Jika engkau dapat menunjukkan hal seperti ini kepada kami, tentulah kami
akan mengetahui kebenaranmu."
Menurut riwayat Ibnu Jarir, bahwa pernah terjadi pada salah seorang di antara
mereka yang memberikan sedekah. Jika sedekah itu diterima oleh Tuhan, lalu
turunlah api kepadanya dari langit lalu sedekah itu dimakan oleh api.
Sebenarnya apa yang mereka katakan sebagai pernberitahuan Tuhan di dalam
Taurat itu adalah dengung yang penuh dengan kebohongan belaka. Terjadinya
sesuatu sedekah atau korban yang dimakan api sebagai bukti penerimaan Tuhan
kepada pemberi korban atau sedekah adalah semata-mata suatu bentuk mukjizat,
bukan sesuatu syarat untuk keimanan seseorang. Dongeng yang dibawakan oleh
orang Yahudi di atas pada dasarnya dimaksudkan untuk menjadi alasan tidak
beriman kepada Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Karena Rasulullah tidak
pernah mengemukakan bukti sesuai dengan permintaan mereka itu.
Syarat yang ditetapkan oleh orang Yahudi untuk menolak dan menerima kebenaran
yang dibuat oleh Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam adalah suatu kebohongan
yang diselimuti dengan kedok agama. Bahkan Al-Qur'an balik bertanya kepada
bangsa Yahudi, mengapa mereka membunuh Nabi Zakariya, Yahya dan lain-lain,
yang notabene telah membawa mukjizat sesuai dengan kehendak mereka dan dari
bangsa mereka sendiri ? Blla benar bahwa seseorang Rasul itu terbukti benar
pengakuannya bila telah menunjukkan bukti sebagaimana mereka inginkan, tetapi
mengapa mereka tetap ingin membunuhnya ? Mengapa bangsa Yahudi begitu berani
membuat ukuran kebenaran berdasarkan hawa nafsu sendiri ? Mengapa pula
mereka menolak kebenaran yang tidak sesuai dengan selera mereka ?
Ayat ini menegaskan karakter bangsa Yahudi bahwa mereka tidak pernah mau
mengakui kebenaran apapun, bila bertentangan dengan selera dan kehendak
mereka. Sebaliknya bangsa Yahudi dengan keras kepala menyalahkan kebenaran,
walaupun datangnya dari Allah sendiri.
52. BANGSA YANG SUKA MENCARI PUJIAN PALSU
Allah berfirman : (QS. Ali-Amran : 188)
"Janganlah kamu sama sekali mengira orangorang yang bersuka ria dengan perbuatannya dan suka dipuji
dengan sesuatu yang tidak dikerjakan oleh mereka. Janganlah kamu sangka mereka itu akan selamat dari
adzab. Akan tetapi, bagi mereka itu adzab yang pedih�.
Ayat ini menjelaskan bahwa golongan Ahli Kitab, Yahudi khususnya senang sekali
mendapat pujian terhadap hal-hal yang tidak turut mereka lakukan. Di dalam
sejarah disebutkan bahwa golongan Ahli Kitab ini telah melakukan penyelewengan
dan memutarbalikkan isi kitab suci mereka. Kejahatan ini mereka lakukan dengan
perasaan bangga. Sebaliknya di kalangan mereka pun terdapat segolongan kecil yang
masih penuh keteguhan hati menjaga kemurnian kitab suci mereka. Golongan kecil
inilah yang oleh Allah dijadikan sebagai tauladan bagi ummat yang lain.
Namun mayoritas golongan Yahudi yang durhaka ini merasa turut bergembira
terhadap prestasi golongan kecil yang patut menjadi tauladan ini. Terhadap mereka
inilah ayat Al-Qur'an ini menyatakan kritik dan kecamannya. Sebab golongan
mayoritas tersebut adalah rusak dan menjadi penyebab ummat manusia jauh dari
hidayah Allah, sehingga menimbulkan bencana di muka bumi.
Perilaku bangsa Yahudi yang merasa bangga mendapat pujian sebagaimana tersebut
dalam riwayat di atas, padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang yang
merusak agama menunjukkan bobroknya akhlaq mereka. Kebobrokan mereka ini
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
Pertama, kecintaan mereka kepada hal-hal yang menggiurkan, sebab pujian dapat
menjadikan seseorang terpesona pada kesenangan yang palsu.
Kedua, karena ingin menghilangkan jejak kejahatan yang dilakukannya, sehingga
masyarakat melupakan keburukannya. Dengan adanya mayoritas bangsa Yahudi
yang durhaka ini turut merasa bangga atas tindakan beberapa orang pendeta Yahudi
yang jujur adalah dimaksudkan untuk mengelabui ummat manusia dan
menghilangkan jejak kejahatan mereka. Karena itu kaum Mukminin diperingatkan
oleh Allah agar jangan terpedaya oleh tingkah laku bangsa Yahudi yang jahat itu.
53. BANGSA YANG MERASA DIRINYA PALING BERSIH
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 49)
�Tiadakah kamu perhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa
saja yang dikehendakiNya, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun."
Ibnu Jarir meriwayatkan dari AI-Hasan, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan
kasus Yahudi dan Nasrani karena mereka menyatakan sebagai kekasih Allah (Qs. Al-
Maidah ayat 18), tidak akan ada manusia yang masuk syurga kecuali mereka sendiri
(QS. Al-Baqarah ayat 111), dan mereka masuk neraka hanya beberapa hari saja (QS.
Al-Baqarah ayat 80). Diriwayatkan dari As-Sudy, ia mengatakan, "Ayat ini turun
dalam kasus orang Yahudi, karena mereka mengatakan, "Kami sekalian anak
keturunan Taurat adalah (bagaikan) anak kecil. Karena itu mereka (anak-anak kecil)
tidak mempunyai dosa. Dosa-dosa kami ibarat dosa anak-anak kecil kami. Dosa
yang kami lakukan pada siang hari akan diampuni pada malam hari."
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada artinya bagi bangsa Yahudi punya anggapan
dirinya sebagai manusia bersih, sebagai kekasih Allah dan bangsa pilihan, sehingga
tidak akan mengalami siksa neraka, kecuali sebentar. Bangsa Yahudi yang
membanggakan diri sebagai keturunan dari para Nabi dan penerima kitab-kitab suci
adalah sia-sia belaka, kalau tidak beramal shaleh dan beriman.
Allah sama sekali tidak membedakan suatu bangsa, suatu suku dan suatu keturunan
di dalam memberikan hidayah kepada jalan kebenaran, amal shaleh dan akhlaq
mulia. Siapa pun orangnya, apapun bangsanya dan keburukannya dapat
membersihkan dirinya dari segala macam. dosa, asalkan ia mau beriman dan
beramal shaleh.
Bangsa Yahudi yang beranggapan sebagai keiompok manusia yang bersih, karena
berdasarkan ras, keturunan dan nenek moyangnya yang banyak menjadi Nabi
adalah satu kebohongan. Karena Allah telah menetapkan ketentuan bahwa
seseorang hanya dapat menjadi bersih, bila ia beramal shaleh, aqidah benar,
berakhlaq mulia dan mengikuti jalan orang-orang yang beriman.
Ayat ini mengandung dua pelajaran, sebagai berikut:
1. Allah hanya menilai seseorang berdasarkan amal shaleh dan keimanannya yang
benar. Seseorang musyrik, bila beramal shaleh dengan penuh perasaan tulus, maka
siksanya akan dikurangi. Hal ini disebutkan dalam beberapa hadits Rasulullah yang
menerangkan bahwa seorang dermawan bernama Hatim At-Thai diringankan
siksanya di neraka, karena kedermawanannya.
2. Seseorang yang hanya berbangga dengan keunggulan agamanya dan kebenaran
ajaran-ajarannya, tetapi ia sendiri tidak melaksanakan apa yang menjadi perintah
agamanya, maka ia tidak akan lepas dari siksa api neraka. Hal semacam ini adalah
karakter yang dimiliki oleh bangsa Yahudi, sebagairriana penuturan, ayat ini.
54. BANGSA YANG SERING MEMERAS ORANG LAIN APABILA
BERKUASA
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 53)
"Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan
memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia."
Bangsa Yahudi sangat egois dan bakhil serta berat untuk bersikap sedikit
menguntungkan orang-orang di luar Yahudi. Bilamana mereka mempunyai
kekuasaan, sangat kuat keinginannya membendung keuntungan jatuh pada orang
lain, sekalipun keuntungan yang sedikit. Bangsa semacam ini sikapnya sudah pasti
sangat berkeinginan agar jangan muncul dikalangan bangsa Arab seorang Nabi pun,
yang nanti memiliki sahabat-sahabat yang dapat membangun kekuasaan untuk
menundukkan Bani Israill. Karakter Yahudi ini tetap dimiliki sampai hari ini.
Bilamana mereka telah dapat memperoleh kekuasaan untuk kembali memegang
Baitul Maqdis dan wilayah sekitarnya, sudah pasti kaum Muslimin dan ummat
Kristen akan diusir dari tanah Qudus itu dan sama sekali tidak akan diberi bagian.
Tetapi adakah kekuasaan yang mereka inginkan itu akan teraih? Di dalam ayat ini
tidak terdapat pembenaran ataupun pengingkaran. Tetapi ayat ini hanya
menjelaskan bagaimana karakter mereka sekiranya ambisi mereka itu berhasil.
Apa sebab bangsa Yahudi senang memeras bangsa lain bila memegang kekuasaan?
Ayat 54 QS. An-Nissa menjelaskan sebab-sebabnya sebagai berikut:
1. Tidak senang melihat manusia lain memperoleh kelapangan rezeki dari Allah,
sehingga menjadi bangsa yang lebih hebat dari bangsa Yahudi.
2. Mereka dengki melihat kejayaan ummat Islam, sehingga menyebabkan mereka
menjadi lemah dan tidak dapat menguasai dunia.
Maka untuk mencegah jangan sampai ummat Islam memperoleh kejayaan dan
bangsa-bangsa lain menjadi lebih kuat ekonomi maupun pengetahuannya,
karenanya mereka selalu memeras bangsa lain.
Abad XX ini telah membuktikan bagaimana bangsa Yahudi memeras bangsa
Jerman, sehingga menyebabkan Hitler memimpin bangsa Jerman membinasakan
bangsa Yahudi.*)
-------
*) Gerakan Zionisme Internasional Yahudi memang bertujuan untuk memeras dan menguasai seluruh dunia, sehingga dunia
tunduk dan jadi budaknya Yahudi. Cuma sayangnya banyak orang Islam yang kurang memahami makna ayat ini dan bukti
rencana kejahatan mereka, red.
55. BANGSA YANG SELALU DENGKI KEPADA KEBERUNTUNGAN
ORANG LAIN
Allah berfirman : (An-Nisa : 54)
"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepada
manusia itu? Sungguh Kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah
memberikan kepadanya kerajaan yang besar".
Bangsa Yahudi menyaksikan bahwa Nabi Muhammad selain memperoleh nikmat
kenabian juga setiap hari Allah memberikan kekuatan yang bertambah besar,
sehingga negara Madinah bertambah kuat, bertambah besar pengaruhnya dan
bertambah banyak pengikutnya. Perkembangan semacam ini membuat bangsa
Yahudi semakin dengki kepada beliau.
Bangsa Yahudi dengki kepada Nabi Muhammad karena keberuntungan yang beliau
terima setiap hari semakin besar. Allah menegaskan bahwa kedeng kian yang
muncul pada diri bangsa Yahudi terhadap Nabi Muhammad, karena nikmat yang
bertambah besar pada beliau sebenarnya adalah satu kesalahan mereka. Sebab
nikmat yang Allah berikan kepada Nabi semacam ini bukanlah hal baru. Dahulu pun
bangsa Yahudi pernah memperoleh berlimpah nikmat dari Allah, sebagaimana yang
pernah diterima oleh Nabi Ibrahim dan keturunannya. Nabi Shallallahu �Alaihi wa
Sallam. sebenarnya adalah bagian dari keluarga Ibrahim lewat silsilah Nabi Ismail.
Berdasarkan ikatan keturunan semacam ini adalah salah satu sikap tercela, bila
bangsa Yahudi dengki kepada nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad.
Mengapa bangsa Yahudi tidak merasa heran, bila mereka menerima limpahan
nikmat dari Allah, tetapi merasa heran kalau Allah memberikan nikmat-Nya kepada
Nabi Muhammad? Bukankah Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam. juga sedarah
daging dengan bangsa Yahudi karena berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu
Nabi Ibrahim.
Bangsa Yahudi, karena mungkin telah silau dan terpedaya oleh berbagai karunia
Allah sebelumnya, lalu mereka punya anggapan bahwa karunia Allah itu semata-
mata menjadi hak mereka, orang lain tidak ada yang berhak. Atau mereka
beranggapan bahwa orang lain hanya patut mendapat karunia Allah sedikit. Atau
mungkin mereka beranggapan bahwa alam ini seluruhnya berada di dalam
kekuasaan mereka, sehingga tidak patut orang lain memperoleh bagian nikmat Ilahi,
sekalipun sebesar kulit bawang.
Setelah bangsa Yahudi melihat fakta yang ada di sekitarnya sangat bertentangan
dengan harapan dan angan-angannya, maka semangat kedengkiannya muncul.
Mereka melihat bahwa di tengah bangsa Arab muncul seorang Rasul yang telah
dijanjikan di dalam Kitab suci mereka, padahal keadaan semacam ini tidak mereka
inginkan. Mereka pun melihat bangsa Arab yang tadinya hidup dalam alam
Jahiliyah, kini kemudian tampil sebagai golongan manusia yang menerima kitab
suci, pengetahuan Ilahiyah dan semakin dekat untuk meraih kekuasaan guna
menjadi pemimpin dunia.
Ayat ini telah mengandung satu isyarat bahwa bangsa Arab yang telah menjadi
Muslim, di samping memperoleh nikmat kenabian dan kitab suci, juga
diperingatkan untuk waspada terhadap segala kelicikan bangsa Yahudi. Kaum
Muslimin yang pada saat itu terdiri dari bangsa Arab telah memperlihatkan tanda-
tanda untuk menjadi kekuatan yang besar, sehingga mampu mengalahkan bangsa
Yahudi maupun kaum yang lain.
Ringkasnya, Allah memperingatkan kepada kaum Muslimin bahwa pada diri bangsa
Yahudi melekat sikap kedengkian pada orang-orang non-Yahudi. Karena mereka
beranggapan bahwa orang selain Yahudi tidak berhak memperoleh limpahan
karunia Allah.
56. BANGSA YANG SENANG MEMBUAT KELALIMAN DALAM HUKUM
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 60)
"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada
thaghut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari thaghut itu. Dan syetan bermaksud menyesatkan
mereka kepada kesesatan yang sejauh-jauhnya."
Bangsa Yahudi mengaku beriman kepada para Rasul mereka dan kitab-kitab suci
yang dibawa oleh para Rasul itu. Kitab-kitab suci para Nabi Bani Israil berisikan
perintah untuk menjalankan syari'at Allah dan menjauhi larangan Allah. Seseorang
yang mengaku beriman kepada kitab suci para Nabi tidak patut meninggalkan
perintah agamanya, selama dia mampu. Bila ia meninggalkan atau melanggar
larangan-Nya menunjukkan bahwa iman yang dinyatakannya itu tidak meresap
kedalam hatinya. Maka apakah lagi kalau orang yang mengaku beriman selalu
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syari'at yang dibawa para Nabinya.
Bangsa Yahudi di masa Nabi Muhammad dengan dalih yang dibuat-buat menolak
berhakim kepada Nabi Muhammad, tetapi mereka rela menerima ketetapan yang
berasal dari para dukun atau pendeta-pendeta yang sesat. Di antara dukun dan
pendeta sesat itu ialah Abu Barza al Aslany dan Ka'ab bin Asyraf. Sikap mereka
semacam ini membuktikan bahwa iman mereka benar-benar palsu. Karena kitab
suci mereka menyuruh agar mereka menjauhkan diri dari kesesatan dan jalan
syetan. Namun ternyata mereka justru mengikuti seruan dukun dan pendeta yang
sesat.
Perbuatan bangsa Yahudi mengikuti ajakan pendeta dan dukun atau mematuhi
nasihat pendeta dan dukun dan menolak ketetapan yang dikeluarkan oleh
Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam adalah tindakan dhalim terhadap prinsip
iman dan tauhid. Karena perbuatan sesat menjerumuskan pelakunya kepada siksa
neraka. Dan orang-orang yang memperoleh siksa neraka adalah karena kedhaliman
terhadap dirinya.
Yang dapat dikategorikan sebagai orang dhalim terhadap ketentuan rasul dan kitab
suci ialah orang-orang yang percaya kepada nasihat Dajjal, misalnya percaya
omongan peramal nasib, percaya kekuatan jimat ataupun percaya pada keampuhan
wali.
Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa setiap orang yang mengingkari ketetapan Rasul
dan Kitab Suci Ilahi, baik karena ragu-ragu maupun terang-terangan mengingkari
berarti kafir. Itulah sebabnya para sahabat Nabi berpendapat bahwa orang yang
menolak membayar kewajiban zakat adalah murtad, sehingga ia halal dibunuh dan
disita hartanya.
57. BANGSA YANG BERUSAHA MEMPENGARUHI KE ARAH
KERUSAKAN APABILA DIJADIKAN TEMAN
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 89)
"Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama
(dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolongmu, hingga mereka
berhijrah kepada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka dimana saja kamu
menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorang pun di antara mereka menjadi pelindung dan jangan (pula)
menjadi penolong�
Pada bab 41 telah dijelaskan bahwa bangsa Yahudi paling senang membuat siasat
keragu-rangan pada orang lain terhadap kebenaran agama Islam.
Siasat yang mereka lakukan berupa menyuruh golongan mereka sendiri bersikap
munafiq terhadap Islam. Karena itu pada dasarnya tindakan kaum munafiq di
Madinah terhadap Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dipelopori oleh bangsa
Yahudi.
Kaum munafiq, termasuk di dalamnya kaum munafiq yang didalangi bangsa Yahudi,
tidak rela mengalami kesesatan atau berjalan pada jalur kesesatan sendirian. Mereka
ini berusaha keras menyeret kaum Muslimin ke dalam kesesatan, sehingga Islam
tiada punya penganut lagi. Sikap bangsa Yahudi yang mempelopori kemunafiqan
semacam ini adalah suatu kekufuran yang keterlaluan. Sebab mereka tidak hanya
berbuat kesesatan untuk diri sendiri, tetapi merasa tidak puas sebelum dapat
menyeret orang lain masuk di dalam kesesatan pula.
Oleh karena watak kaum munafiq semacam ini, maka Allah memperingatkan agar
setiap orang mukmin jangan sampai berteman dengan mereka. Begitu pula jangan
sampai seorang mukmin mempercayakan urusannya kepada kaum munafiq ini.
Karena bangsa Yahudi yang selalu bersiasat munafiq terhadap Islam sama sekali
tidak mengharapkan orang-orang mukmin menikmati kesenangan. Orang-orang
munafiq ini tidaklah mau turut membantu kaum Muslimin yang ada di dalam
bahaya.
Menghadapi upaya kaum munafiq, yang di dalamnya termasuk orang-orang yang
disponsori oleh bangsa Yahudi, maka kaum Muslimin diperintahkan bersikap keras
kepada mereka. Sebab bagaimanapun juga mereka adalah golongan yang
membahayakan masyarakat Islam. Mereka selalu berusaha merusak akhlaq ummat
Islam dengan cara apapun.
Ayat ini memberikan petunjuk kepada kaum Muslimin dalam mengatasi bahaya
rayuan kaum munafiq, termasuk bangsa Yahudi sebagai biang keladinya, ialah
dengan jalan menawan mereka, atau membunuh mereka, bila mereka senantiasa
mengganggu kaum Muslimin.
55. BANGSA YANG SENANG MEMPERMAINKAN PARA NABI
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 153)
"Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka
sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar, dari itu. Mereka berkata,
"Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata" Lalu mereka disambar petir karena kedhalimannya, dan
mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami ma'afkan
(mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa kekuatan yang nyata!"
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Juraij, katanya, "Kaum Yahudi berkata kepada
Nabi Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam, "Kami tidak akan membaiat anda
pada ajakan yang anda serukan kepada kami, sebelum anda dapat membawakan
sebuah Kitab suci dari sisi Allah yang di dalamnya tertulis: ("Dari Allah kepada si
Fulan. Engkau sesungguhnya adalah utusan Allah, Engkau sesungguhnya utusan
Allah"). Begitulah, lalu mereka menyebutkan beberapa nama pendeta-pendeta
mereka. Tujuan permintaan mereka itu hanyalah untuk mempersulit dan membikin
susah bukan untuk mencari dalil yang bisa memuaskan hati". Al-Hasan berkata,
"Sekiranya orang-orang Yahudi ini mengajukan permintaan tersebut dengan tujuan
mencari hidayah, niscaya Allah akan memberikannya kepada mereka."
Ayat ini mengingatkan agar Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam jangan merasa
heran dan jangan merasa aneh menghadapi permintaan bangsa Yahudi yang tidak
rasional itu. Karena pada zaman Nabi Musa pun mereka pernah mengajukan
permintaan yang lebih berat dari itu. Permintaan bangsa Yahudi kepada Nabi ini
hanyalah membuktikan betapa jahil dan kerasnya penolakan mereka kepada
kebenaran.
Permintaan bangsa Yahudi kepada Nabi Musa untuk melihat Allah dengan mata
kepala adalah bukti kejahilan luar biasa. Karena berarti mereka menganggap Allah
itu berjasad sebagaimana dengan benda-benda yang ada di alam ini. Sedangkan
permintaan mereka kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam agar dapat
membawakan kitab suci yang tertulis dari langit membuktikan salah satu dari dua
kemungkinan. Pertama, membuktikan kebodohan mereka dalam memahami
hakekat kenabian dan kerasulan. Padahal banyak para Nabi dari bangsa Yahudi yang
datang kepada mereka tanpa membawa lembaran-lembaran tulisan kitab suci.
Kedua, karena keingkaran mereka kepada Nabi Muhammad Shallallahu �Alaihi wa
Sallam.
Bangsa Yahudi yang biasa terpesona dengan sihir dan terpengaruh mental
materialisme tidak dapat membedakan antara mukjizat yang diterima oleh para
Nabi dengan keanehan yang diperbuat oleh ahli sihir. Bangsa Yahudi selalu bersikap
ingkar di dalam menerima penjelasan kebenaran apapun yang tidak sesuai dengan
keinginan mereka.
Ayat ini lebih jauh menjelaskan, bahwa generasi bangsa Yahudi di masa Nabi Musa
telah pernah disambar petir karena perilakunya yang penuh kejahilan dan penuh
keingkaran kepada Nabi Musa. Di zaman Nabi Musa mereka telah melihat berbagai
macam mukjizat, misalnya: tongkat menjadi ular, tangannya keluar sinar, laut
menjadi daratan dan lain sebagainya. Walaupun begitu, ternyata bangsa Yahudi
masih membuat patung anak sapi untuk disembah sebagai Tuhan.
Bangsa Yahudi di zaman Nabi Musa karena kedurhakaannya, pernah diperintahkan
melakukan bunuh diri. Nabi Musa dikaruniai Allah kekuatan yang luar biasa,
sehingga dapat menjadikan bangsa Yahudi patuh kepadanya.
Ayat ini pada dasarnya memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad
Shallallahu �Alaihi wa Sallam bahwa bangsa Yahudi yang suka melawan beliau itu,
pada akhirnya akan tunduk dan menyerah kepada beliau. Dengan kabar gembira ini,
diharapkan bahwa kaum Muslimin tidak berputus asa menghadapi perilaku bangsa
Yahudi yang penuh kejahilan dan keingkaran terhadap Islam.
59. BANGSA YANG MENGAKU MEMBUNUH NABI ISA AS.
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 157)
"Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh A1-Masih, Isa putra Maryam, Rasul
Allah", "padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh
ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak
mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak
(pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa:'
Bangsa Yahudi, karena keingkarannya kepada Nabi Isa as, mereka berupaya untuk
membunuhnya. Bangsa Yahudi beranggapan bahwa mereka telah berhasil
membunuh dan menyalib Nabi Isa sampai wafat. Namun sebenarnya mereka tidak
berhasil membunuh maupun menyalib Nabi Isa. Karena ketika mereka mengepung
rumah yang menjadi tempat persembunyian Nabi Isa, dengan tiba-tiba mereka
berselisih, yaitu apakah orang yang ada di depan mereka itu Isa atau bukan. Pada
saat Nabi Isa terkepung masuklah seseorang yang mirip dengan beliau. Dan
sebenarnya orang ini adalah murid Nabi Isa yang telah berkhianat. Di dalam Injil
Mathius : 26 : 31 dan Markus : 14 : 28, Nabi Isa berkata kepada murid-muridnya:
"Kamu sekalian pada malam ini sedang dalam kebingungan", maksudnya pada
malam orang-orang Yahudi mencari Nabi Isa untuk dibunuh. Memang pada malam
itu murid Isa yang bernama Yudas Askariyet, orang yang berkhianat itu, mirip benar
dengan Nabi Isa. Sehingga orang Yahudi yang mengejarnya menyangka dia sebagai
Nabi Isa. Bangsa Yahudi sebenarnya tidak pernah yakin telah membunuh Nabi Isa
bin Maryam. Sebab mereka tidak pernah mengenalnya sendiri. Injil-Injil dengan
terus terang menjelaskan bahwa seseorang yang diserahkan oleh orang-orang
Yahudi kepada tentara musuh Isa as. adalah Yudas Askariyet. Orang inilah yang
menuntun tentara musuh menuju persembunyian Nabi Isa. Menurut Injil Barnabas,
tentara musuh ini menangkap Yudas sendiri, karena mengira dialah Isa, sebab
wajahnya mirip beliau.
Bangsa Yahudi, yang karena salah penglihatan, menganggap telah membunuh dan
menyalib Nabi Isa, adalah suatu kejadian yang lumrah. Sebab banyak kejadian yang
serupa, yaitu salah penglihatan yang terjadi dalam banyak peristiwa. Sebagai contoh
adalah peristiwa berikut ini.
Ada. beberapa penuiis bidang kedokteran Kehakiman dari Inggris menyebutkan satu
peristiwa peradilan yang terjadi pada tahun 1539 M di Perancis.
Peradilan ini menghadirkan 150 orang saksi yang mengenal seseorang yang bernama
Martin Guir. 40 dari 150 yang hadir menyatakan bahwa orang tersebut benar-benar
Martin. 50 orang lainnya menyatakan bukan, sedangkan selebihnya ragu-ragu
apakah orang itu Martin atau bukan. Setelah dilakukan penelitian yang cermat
terbukti bahwa orang tersebut bukan Martin. Karena itu 40 orang yang menyatakan
sebagai Martin tertipu. Padahal pada saat itu sesungguhnya Martin tinggal bersama
istrinya di tengah kerabat dan teman-temannya serta para kenalannya. Dan dia
hidup 3 tahun kemudian dari peristiwa pembunuhan yang terjadi hari itu. Mereka
semua menyatakan bahwa Martin benar-benar hidup. Tatkala Mahkamah
menetapkan bahwa apa yang telah dilakukan sebenarnya adalah bohong
berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan lalu pengadilan mengadakan sidang
ulang pada pengadilan lain. Dalam pengadilan ini dihadirkan 30 orang saksi. 13 di
antaranya bersumpah bahwa orang yang dihadapkan adalah Martin. 7 orang lainnya
menyatakan bukan, dan yang lainnya ragu-ragu.
Dengan membandingkan peristiwa Nabi Isa as. dengan kasus Martin Guir, kita
dapatkan memperoleh kesimpulan bahwa pengakuan bangsa Yahudi berhasil
membunuh Nabi Isa dan menyalibnya adalah dusta belaka.
60. BANGSA YANG DIHARAMKAN ALLAH MEMAKAN MAKANAN
YANG BAIK
Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 160)
"Maka karena kedzalimannya, orang-orang Yahudi Kami haramkan kepada mereka (memakan makanan)
yang baik-baik (yang telah) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari
jalan Allah�.
Kedzaliman yang pada umumnya dilakukan oleh bangsa Yahudi ialah memakan riba
dan harta orang lain dengan jalan bathil. Jalan bathil yang mereka lakukan itu
antara lain: korupsi, khianat, berbuat dosa, berbuat jahat dan lain-lain. Karena
kedzaliman inilah, semakin hari makanan yang semula halal kemudian diharamkan
kepada mereka. Setiap kali mereka melakukan perbuatan dosa, lalu pada mereka
diharamkan jenis makanan halal tertentu. Walaupun sudah diberi hukuman
semacam ini, bangsa Yahudi pandai mencari dalih kebohongan, yaitu mereka
mengatakan: "Kami bukanlah manusia pertama yang dilarang memakan barang
semacam ini. Tetapi hal ini sudah diharamkan semenjak zaman Nabi Nuh dan
Ibrahim". Perkataan mereka ini dibantah oleh Allah di dalam surat Ali-Imran ayat
93.
Makan-makanan halal yang diharamkan kepada bangsa Yahudi sebagai hukuman
itu di antaranya tersebut pada Surat Al-An'am ayat 146. Di dalam ayat ini secara
umum disebutkan makanan yang diharamkan kepada mereka, sebagai hukuman
atas kedzaliman mereka.
Perbuatan dzalim apapun bentuknya menyebabkan gangguan kehidupan
masyarakat, merusak kesejahteraan sosial dan melemahkan kekuatan masyarakat
itu sendiri.
Bangsa Yahudi gemar melakukan kedurhakaan yang menyebabkan dirinya sendiri
dan orang lain tidak mentaati Allah. Di masa Musa mereka berkali-kali melakukan
perlawanan ataupun penolakan terhadap perintah-perintah beliau. Begitu pula
bangsa Yahudi senang merintangi orang lain berbakti kepada Allah dengan jalan
membikin contoh tidak baik di tengah masyarakat atau mengajak masyarakat itu
sendiri berbuat durhaka. Tingkah laku Yahudi semacam inilah yang dinamakan
berbuat dzalim, sehingga mereka diharamkan memakan makanan yang baik.
61. BANGSA YANG MENGAKU MENJADI ANAK TUHAN DAN KEKASIH-
NYA
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 18)
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-
Nya." Katakanlah, "Tetapi mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu ?" (Kamu bukanlah anak-
anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang
diciptakan-Nya. Dia mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Dan kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya.
Dan kepada Allahlah tempat kembali."
Dalam Injil Matius Nabi Isa as. pernah bersabda kepada murid-muridnya:
"Berbahagialah orang-orang yang berbuat baik, karena mereka ini adalah anak-anak
Tuhan".
Sabda Nabi Isa ini sebenarnya adalah merupakan ungkapan kiasan, yaitu kata
"anak-anak Tuhan" dipakai sebagai pengertian "kekasih Tuhan". Karena mereka
yang berbuat kebaikan mendapatkan rahmat dan kasih sayang Tuhan. Namun
bangsa Yahudi khususnya, dan Ahli Kitab pada umumnya menggunakan sabda Nabi
Isa ini sebagai dalih, bahwa mereka sebagai anak-anak Tuhan.
Pengakuan bangsa Yahudi dan Nasrani yang diri mereka sebagai anak-anak Tuhan
dan kekasih-Nya, oleh Allah diminta untuk membuktikan kebenarannya. Oleh
karena itu di dalam ayat ini Allah mengajukan pertanyaan, "Mengapa kamu
mendapat siksa dan hukuman karena dosa kamu di dunia ini ?"
Sejarah bangsa Yahudi membuktikan, bahwa Haekal Sulaiman (Istana Nabi
Sulaiman) yang menjadi pujaan bangsa Yahudi dapat dihancurkan oleh bangsa
Romawi dan mereka kemudian menjadi bangsa yang dijajah oleh bangsa asing ini.
Kerajaan Yahudi yang begitu jaya, mengapa menjadi hancur binasa karena serbuan
bangsa Romawi ? Bangsa Yahudi yang mengaku menjadi anak-anak Tuhan diminta
oleh Allah untuk membuktikan sampai dimana kebencian mereka itu. Sebab seorang
bapak yang baik tentu tidak akan menyiksa dan menghukum anaknya sehingga
mengalami kehancuran dan nasib malang. Adanya bukti sejarah mengenai
kehancuran kerajaan bangsa Yahudi dan porak-porandanya Haekal Sulaiman
membuktikan kebohongan pengakuan mereka.
Ayat ini menegaskan bangsa Yahudi sama dengan manusia lain. Kepada mereka
berlaku secara mutlak segala sunnatullah. Sebagaimana manusia pada umumnya,
kalau berbuat dosa mendapat hukuman dari Allah, maka bangsa Yahudi pun begitu
juga. Allah, Sang Maha Pencipta, secara mutlak berkuasa mengatur segalanya
sejalan dengan ilmu-Nya, hikmah-Nya, keadilan-Nya dan rahmat-Nya. Semua
manusia adalah hamba-Nya dan tak ada seorang pun yang menjadi anak laki-laki
atau perempuan-Nya.
Bangsa ' Yahudi dengan menyalahgunakan kelebihan karunia pada mereka di atas
bangsa-bangsa lain, membentuk anggapan palsu sebagai bangsa pilihan Tuhan.
Karena itu mereka menganggap bangsa lain tidak berhak menuntut persamaan
derajat dengan mereka, sekalipun iman dan amal perbuatan mereka jauh lebih baik.
Bangsa Yahudi merasa tidak patut beriman kepada Muhammad yang keturunan
Arab itu. Sebab bangsa Arab tidak semulia bangsa Israil. Mereka beranggapan
bangsa yang mulia tidak patut menjadi pengikut bangsa yang lebih rendah.
Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam. memerangi tipu daya bangsa Yahudi dengan
gigih. Namun bangsa Yahudi selalu saja menolak setiap kebenaran yang ditampilkan
Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Misalnya: Nabi mengajarkan bahwa hanya
dengan iman dan amal shaleh seseorang dapat menjadi hamba yang dicintai Allah.
Tetapi bangsa Yahudi tetap bersikeras bahwa hanya merekalah yang bisa menjadi
kekasih Tuhan, sekalipun mereka berbuat dosa sebesar apapun. Bahkan mereka
tidak merasakan perlu adanya syari'at baru yang memperbaiki agama mereka yang
sudah begitu bobrok. Sebab bagi mereka keyahudian itulah satu-satunya jaminan
memperoleh jalan kebenaran. Maka tidaklah heran kalau kita menyaksikan bangsa
Yahudi berani melakukan kejahatan apapun di dunia ini terhadap manusia lain di
luar bangsa Yahudi.
62. BANGSA YANG PALING PENGECUT
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 22)
"Mereka berkata, "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa,
sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari padanya. Jika mereka
keluar dari padanya, pasti kami akan memasukinya�
Bangsa Yahudi masa Nabi Musa diperintahkan untuk bermigrasi ke negeri Palestina.
Penduduk Palestina pada saat itu adalah orang-orang perkasa dan bersikap totaliter.
Palestina pada saat itu dihuni oleh suku Inaq.
Dalam riwayat-riwayat yang tersebar dikalangan bangsa Yahudi diceritakan bahwa
penduduk Palestina adalah bagaikan raksasa. Kata mereka, "Mata-mata yang
dikirimkan oleh Musa pada penduduk tanah suci di belakang daerah Yordan ada 12
orang, guna memata-matai dan menyebarkan situasi negeri dan penduduk sebelum
kaumnya masuk ke sana. Para mata-mata ini kemudian terlihat oleh salah seorang
penduduk yang perkasa, lalu menangkap mereka semua dan dimasukkannya ke
dalam bajunya.
Pada riwayat lain disebutkan, "Salah seorang mereka ini ketika itu memetik buah.
Sewaktu itu ia menangkap salah seorang dari mata-mata tersebut lalu ia masukkan
orang tersebut bersama buahnya ke dalam lengan bajunya.
Riwayat ini muncul sebagai cermin dari mental pengecut bangsa Yahudi di dalam
menghadapi resiko perjuangan. Untuk memperoleh dalih yang membenarkan sikap
pengecut mereka, maka musuhnya digambarkan secara berlebihan sebagai manusia
raksasa.
Dalam buku ke empat dari Kitab Taurat disebutkan sebuah penuturan tentang
bangsa Palestina sebagai berikut , "Para mata-mata itu memata-matai negeri Kan'an
sebagaimana diperintahkan kepada mereka. Ketika mereka kembali, mereka
memotong sebatang pohon arak yang menggantung padanya seuntai kurma. Batang
pohon ini dipikul oleh dua orang di antara mereka. Di samping itu mereka pun
membawa sedikit buah delima dan tin. Mereka berkata kepada Musa yang sedang
berada di tengah-tengah tokoh-tokoh Bani Israil , "Kami telah sampai di negeri yang
tuan kirim kami ke sana. Sungguh di tempat itu banyak sekali susu dan madunya
dan ini adalah buahnya. Tetapi bangsa yang mendiami tempat itu gagah-gagah.
Kotanya dikelilingi benteng yang hebat sekali. Di sana kami melihat pula Bani 'Inaq.
Dan seterusnya ia berkata, "Kami lihat pula di sana orang-orang raksasa, yakni
orang Bani 'Inaq yang tinggi besar lagi seram. Sehingga kami ini terasa kecil bagai
belalang, baik di mata kami sendiri maupun di mata mereka'
Dalam Taurat pun disebutkan reaksi bangsa Yahudi terhadap perintah Nabi Musa
untuk memasuki negeri Palestina. Di sana disebutkan , "Bani Israil mengingat
perintah Musa untuk masuk ke Tanah suci itu. 'Tetapi mereka menangis dan
mengharapkan lebih baik mati di negeri Mesir atau di daratan lain". Mereka berkata,
"Untuk apa Tuhan menyuruh datang ke negeri ini, sehingga kami terperangkap di
bawah pedang, kemudian istri dan anak-anak kami menjadi barang rampasan.
Bukankah lebih balk kita kembali saja ke Mesir ?"
Negeri yang dijanjikan oleh Musa kepada bangsa Yahudi adalah negeri yang subur
makmur. Untuk bisa memasuki negeri tersebut Nabi Musa menyuruh mereka agar
bersiaga penuh dan siap berperang melawan penduduk negeri tersebut. Tetapi
karena mereka dahulunya adalah bangsa yang hidup dalam perbudakan bangsa
Mesir dan selalu teraniaya, maka akhirnya mereka menjadi bangsa yang berjiwa
lemah, pengecut dan tak pernah berani mengambil resiko. Untuk menutupi sikap
pengecutnya mereka mencari dalih, bahwa penduduk negeri Palestina gagah dan
perkasa. Karena itu mereka memilih lebih baik kembali ke Mesir. Mereka berkata
kepada Musa, "Kami tidak akan mau masuk ke dalam negeri itu selama
penduduknya yang gagah perkasa masih ada di sana."
Ucapan mereka semacam ini adalah penolakan terhadap perintah Nabi Musa dan
bukti betapa semangat mereka untuk menjadi manusia merdeka telah menjadi
hancur, sehingga lebih baik mereka hidup dalam perbudakan dan kemelaratan
daripada menanggung resiko. Bangsa Yahudi yang telah mengalami kebobrokan
mental dan sikap pengecut sampai titik serendah ini menyebabkan mereka selalu
tampil berlebih-lebihan jika mendapatkan sedikit ruang kebebasan. Karena itu di
saat mereka dibebaskan oleh Nabi Musa dari cengkeraman bangsa Mesir mereka
tidak mampu hidup secara mulia dan kesatria, bahkan sampai dengan abad kita ini
bangsa Yahudi di Israil menjadi bukti dari kebenaran ayat ini.
63. BANGSA YANG DIBEBANI HUKUM YANG BERAT KARENA
MENTAL MEREKA BOBROK
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 32)
"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) kepada Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh
seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di
muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seseorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan di muka bumi"
Bangsa Yahudi banyak sekali menerima kiriman Rasul-Rasul Allah dengan
membawa perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk untuk membimbing mereka
menjadi manusia yang baik. Telah diperintahkan kepada mereka untuk memelihara
keselamatan manusia dan melindungi jiwa setiap orang. Bahkan kepada mereka
diberikan ancaman hukuman yang keras bila berani melakukan pembunuhan
kepada siapapun. Tetapi karena akhlaq bangsa Yahudi telah begitu bobrok, maka
mereka sulit dididik akhlaqnya dan dibersihkan mentalnya. Mereka tetap berani
melakukan pembunuhan, bahkan membunuh para Nabi sekalipun.
Penyebab bangsa Yahudi masih tetap melakukan pembunuhan adalah karena
timbulnya perasaan dengki pada diri mereka. Kedengkian senantiasa menjadi
sumber perselisihan dan pertentangan di tengah masyarakat. Seorang pendengki
sangat tidak senang melihat orang lain memperoleh kebahagiaan dalam bentuk
apapun. Karena itu seorang pendengki tidak berkeberatan berbuat jahat kepada
korbannya, sekalipun mengakibatkan kematiannya.
Suatu bangsa yang para warganya saling dengki satu dengan lainnya, niscaya
tidaklah akan sempat memproyeksikan semangat anak-anak bangsanya mencapai
kemajuan di tengah-tengah bangsa lain, tidak dapat melakukan kerjasama yang baik
untuk kemaslahatan dan kemajuan dalam pergaulan hidup, sehingga mereka akan
menjadi budak bangsa lain. Padahal dahulu mereka pernah menjadi majikan.
Mereka pun akan menjadi bangsa yang hina padahal dahulu menjadi bangsa yang
mulia dan hidup makmur serta sejahtera.
Salah satu hukuman berat yang dikenakan kepada bangsa Yahudi untuk mengobati
mental mereka yang bobrok ialah larangan bekerja pada hari Sabat. Selama satu
hari mereka harus beribadah terus menerus, tidak boleh mencari rezki dan tinggal di
dalam rumah. Begitu pula lama masa berpuasa. Mereka diwajibkan berpuasa dari
sejak terbit fajar sampai bintang tampak di malam hari. Hukum-hukum yang berat
semacam ini adalah untuk membersihkan mental mereka agar dapat menjauhkan
diri dari perbuatan-perbuatan durhaka dan melampaui batas. Namun ternyata
mereka tetap juga menjadi manusia durhaka.
64. BANGSA YANG PALING CEPAT BERSIKAP MENOLAK KEBENARAN
DAN MENYUKAI KEBOHONGAN
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 41)
"Hai Rasul, janganlah orang yang cepat-cepat (bersikap) kufur menyedihkan kamu, yaitu dari golongan
orang-orang yang berkata dengan mulut manisnya, "Kami beriman", namun hati mereka tidak beriman, dan
dari golongan orang-orang Yahudi. Mereka senang sekali mendengarkan kebohongan (juga) senang
mendengarkan perkataan kaum lain yang tidak pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata
(Taurat) dari tempat-tempat asalnya. Mereka berkata, "Jika diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah
diubah) ini, maka ambillah. Tetapi jika tidak diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah), janganlah
kamu ambil". Barangsiapa yang Allah kehendaki kesesatannya, maka tiadalah engkau mampu menolak
sedikit pun (keputusan) dari Allah kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang tidak Allah kehendaki
menjadi bersih hatinya. Di dunia mereka mendapat kehinaan, dan di akherat mereka mendapatkan adzab
yang berat."
Ayat ini maksudnya, bahwa adA 2 golongan yang cepat memberikan reaksi menolak
kebenaran. Golongan pertama ialah kaum munafiq dan golongan kedua ialah bangsa
Yahudi. Bangsa Yahudi sebenarnya sudah seringkali mendengar pembicaraan
tentang Nabi dan Rasul yang dinantikan kedatangannya. Namun ketika ternyata
Nabi yang diharapkan dan dinantikan kedatangannya selama ini bukan dari bangsa
Yahudi sendiri, maka mereka dengan serta merta mendustakannya. Penolakan yang
mereka lakukan di antaranya dengan jalan melakukan perubahan-perubahan pada
teks-teks Taurat, sehingga kata-kata aslinya kabur dan hilanglah pengertian yang
sebenarnya. Dengan cara ini maka masyarakat menjadi ragu-ragu atas kebenaran
pernyataan Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Bangsa Yahudi, di samping
melakukan pemalsuan ayat-ayat Taurat, juga menjadi mata-mata musuh di tengah
masyarakat Islam. Mereka menyampalkan berita pada pemimpin-pemimpin musuh
Islam mengenai hal ihwal ummat Islam yang mereka ketahui. Tujuan penyampaian
berita kepada musuh ini agar mereka dapat menerima kebohongan yang mereka
propagandakan. Cara mereka membuat kebohongan ialah memberikan tambahan
komentar-komentar terhadap peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi pada
masyarakat Islam atau dengan memutarbalikkan fakta. Karena biasanya kabar-
kabar bohong dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat, kalau yang
memberitahukannya itu orang-orang yang menyaksikannya sendiri atau terlibat di
dalamnya. Karena itu bangsa Yahudi mengatur siasat berpura-pura terlibat di dalam
masyarakat Islam. Yang melakukan keterlibatan ini adalah tokoh-tokoh yang mahir
menciptakan kebohongan-kebohongan. Kemudian tokoh-tokoh ini menyebarkannya
kepada sesama orang Yahudi, sehingga masyarakat Yahudi lebih senang
mendengarkan cerita-cerita bohong ini daripada mendengar dakwah Rasulullah
Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
Para tokoh bangsa Yahudi memberi nasihat kepada kalangan awam, bagaimana cara
mereka harus menghadapi ajakan Rasulullah kepada Islam. Sebelum orang-orang
Yahudi awam datang untuk mendengar dakwah Rasulullah, mereka telah dibekali
dengan ayat-ayat Taurat yang sudah dipalsukan. Para tokoh Yahudi berpesan, kalau
ajaran-ajaran Nabi Muhammad sejalan dengan ayat-ayat Taurat yang diberikan oleh
pemimpin-pemimpin Yahudi ini, maka mereka disuruh mengikutinya. Tetapi kalau
tidak sejalan, maka mereka dilarang mengikutinya.
Contoh kasus yang dihadapkan oleh orang-orang Yahudi kepada Rasulullah ialah
seorang laki-laki dan perempuan Yahudi berzina. Para pemimpin Yahudi bermaksud
meminta keputusan hukum kepada Nabi tentang perbuatan tersebut. Di dalam
Taurat telah disebutkan bahwa orang yang berzina dijatuhi hukuman rajam. Tetapi
mereka bermaksud untuk tidak menjalankan hukuman ini, karena merasa kasihan.
Oleh sebab itu mereka mengharapkan Nabi akan menetapkan hukum yang mereka
kehendaki.
Cara pemimpin Yahudi berpesan kepada orang-orang Yahudi yang disuruh datang
kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dengan kata-kata, "Jika Muhammad
memberikan keringanan kepadamu berupa hukuman dera sebagai pengganti
hukuman rajam, maka terimalah. Tetapi kalau tetap menjatuhkan hukuman rajam,
maka tolaklah."
Tatkala mereka sampai kepada Nabi dan menceritakan persoalannya, lalu Nabi
bertanya kepada mereka , "Bagaimana Taurat menetapkan hukuman terhadap
perbuatan ini?" Mereka kemudian membacakan Taurat tetapi dengan tidak
membaca yang sebenarnya. Tatkala Nabi menerangkan bahwa Taurat pun
menetapkan hukuman rajam, mereka dengan serta merta menolak.
Sikap bangsa Yahudi yang selalu bersikeras menolak kebenaran yang datang dari
non-Yahudi tidak hanya di dalam urusan agama tetapi berlaku di dalam semua
aspek kehidupan. Hal ini terbukti dari sikap mereka memalsukan isi Taurat dari
sejak persoalan akidah ketuhanan sampai dengan ketentuan hukuman atas
perbuatan zina yang tersebut pada ayat ini.
65. BANGSA YANG SUKA MENYURUH RAKYAT BERKONFRONTASI
DENGAN ORANG-ORANG YANG BENAR
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 41)
" ... Mereka berkata: "Jika diberikan kepada kamu (Taurat Yang sudah diubah) ini, maka ambillah. Tetapi
jika tidak diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah), janganlah kamu ambil."
Riwayat sebab turunnya ayat ini telah diceritakan oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu
Dawud Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir dari Al-Barra' bin Azib, katanya , Nabi melewati
seorang Yahudi yang mukanya dicoreng-moreng dengan arang seraya didera. Lalu
Nabi memanggil mereka, kemudian bertanya, "Beginikah yang kalian temukan
hukuman bagi pezina di dalam kitab suci kalian?" Jawab mereka , "Ya.". Lalu Nabi
memanggi! salah seorang ulama mereka kemudian bertanya kepadanya, "Aku
bersumpah dengan nama Allah yang mengirimkan Taurat kepada Musa. Beginikah
sebenarnya hukuman bagi pezina yang kalian temukan di dalam kitab suci kalian?"
Jawabnya , "Demi Allah tidak, Sekiranya tuan tidak bersumpah kepadamu (dengan
nama Allah) niscaya saya tidak akan menceritakannya. Hukuman bagi pezina yang
kami temukan di dalam kitab suci kami adalah hukuman rajam. Akan tetapi berzina
ini meluas di kalangan tokoh-tokoh kami, maka hukuman itu kami tinggalkan.
Tetapi kalau yang melanggar orang-orang lemah (rendah), maka kami laksanakan
hukuman ini dengan semestinya." Lalu kami (orang-orang Yahudi) berkata,
"Marilah kemari. Marilah kita mengadakan suatu kesepakatan, yakni kita akan
menegakkan hukum kepada orang yang berpangkat maupun yang rendah. Lalu kami
tetapkan, bahwa hukuman muka dicoreng-moreng dengan arang seraya didera
dijadikan ganti bagi hukuman rajam;' Lalu Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam
bersabda , "Demi Allah, akulah orang pertama yang akan menghidupkan urusanmu
karena engkau telah mematikannya selama ini." Beliau lalu menyuruh menjalankan
hukuman tersebut, maka dijalankanlah rajam. Kemudian Allah menurunkan ayat-
Nya (ayat 41) ini.
Sejarah kasus ini membuktikan bahwa para tokoh bangsa Yahudi di Madinah dalam
usahanya memusuhi Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam, mereka mengerahkan anak
buah atau rakyat awam untuk melawan petunjuk dan bimbingan Rasulullah
Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Terhadap cara yang kotor dilakukan oleh tokoh-tokoh
Yahudi kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam ini, Allah memperingatkan agar
beliau tidak bersedih hati. Karena pada dasarnya seseorang akan mendapat hidayah
atau tidak adalah menjadi hak Allah semata-mata. Oleh karena itu hendaknya Nabi
menjalankan apa yang menjadi kewajiban kepada Allah dan jangan mempedulikan
konfrontasi yang dilakukan oleh masyarakat Yahudi di bawah pimpinan tokoh-tokoh
mereka.
Seseorang merasa bersedih hati adalah sifat naluriah. Nabipun sebagai manusia
biasa merasa sedih, kalau dalam menyampaikan kebenaran mendapat perlawanan
dari orang-orang yang seharusnya mengikutinya. Karena para tokoh Yahudi telah
tahu sebelumnya tentang kedatangan Nabi Muhammad sebagaimana diberitakan
dalam Taurat mereka.
Nabi yang merasa bersedih hati karena sikap konfrontasi Yahudi ini mendapat
teguran dari Allah. Karena merasa kesedihan yang berkelanjutan akan dapat
menimbulkan keputusasaan. Sebab itu hendaklah Rasulullah menyadari siasat para
tokoh Yahudi yang mengerahkan anak buahnya untuk berkonfrontasi terhadap
beliau. Cara yang jitu untuk menghadapi mereka ialah mengungkapkan kebohongan
dan tipu muslihat para pemimpin Yahudi itu sendiri di tengah rakyat mereka dan
dengan berdasarkan kitab suci mereka sendiri. Siasat ini dengan berhasil dilakukan
oleh Rasulullah sebagaimana riwayat Ahmad dan bahkan dari Umar, katanya, " ...
Tatkala seorang pendeta bernama Ibnu Suraiya membaca ayat Taurat tentang
hukuman bagi orang yang berzina, ia menutupkan jari-jarinya di atas ayat itu.
Kemudian menyuruhnya mengangkat jari-jarinya itu. Ternyata tertulis di situ ayat
rajam. Kemudian para tokoh Yahudi itu berkata kepada Nabi , "Wahai Muhammad,
ternyata yang tertulis di sini adalah ayat rajam. Namun kami sudah bersepakat sejak
dahulu untuk menyembunyikannya dari rakyat kami �.
Dengan siasat tantangan terbuka semacam ini Rasulullah berhasil mengambilkan
konfrontasi di kalangan awam Yahudi kepada para pemimpin mereka sendiri. Bagi
kita seharusnya selalu menggunakan siasat seperti ini dalam upaya melawan
kembali siasat musuh-musuh Islam yang mengerahkan anak buahnya memusuhi
Islam.
66. BANGSA YANG GEMAR MELAKUKAN USAHA-USAHA KOTOR
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 42)
�Mereka senang mendengarkan kebohongan (juga) senang sekali memakan yang haram. Jika mereka datang
kepadamu (meminta keputusan), maka putuskanlah perkara sesama mereka atau tinggalkanlah mereka. Jika
engkau tinggalkan mereka, maka sama sekali mereka tidak akan merugikanmu sedikit pun. Tetapi jika kamu
memutuskan perkara, putuskanlah perkara sesama mereka itu dengan adil. Sungguh Allah mencintai orang-
orang yang adil�.
Para pendeta den tokoh-tokoh Yahudi pada masa Al-Quran turun terkenal sebagai
pendusta den pemakan barang haram. Mereka biasa menerima suap atau
melakukan korupsi. Bahkan mereka dengan imbalan sedikit uang bersedia
melakukan pemalsuan ayat-ayat Taurat. Sebagai bukti mereka mau membuat
hukum baru yang membatalkan ayat Taurat mengenai hukuman rajam bagi orang-
orang yang berzina.
Dengan adanya moral yang sudah bobrok yang menimpa pendeta den pemimpin-
pemimpin Yahudi, lalu mereka pun berusaha untuk menyeret Nabi Shallallahu
�Alaihi wa Sallam agar menyetujui penyelewengan-penyelewengan mereka dari
ketentuan-ketentuan kitab Taurat. Salah satu upaya mereka adalah meminta kepada
Nabi agar dapat memberikan hukuman lain bagi pelaku zina. Dengan adanya
hukuman lain ini mereka berjanji untuk mengakui kebenaran Nabi Shallallahu
�Alaihi wa Sallam.
Usaha kotor yang dilakukan tokoh-tokoh Yahudi terhadap hukum kitab Taurat ini
adalah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa mereka selama ini tidak mengakui
Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam adalah sesuatu yang sejalan dengan perintah
Taurat. Akan tetapi Allah menyuruh kepada Nabi-Nya agar menolak rayuan licik
bangsa Yahudi yang meminta hukuman lain pengganti rajam terhadap orang yang
berbuat zina. Sebab kitab Taurat dengan tegas menetapkan hukuman rajam ini. Jika
mereka tidak bersedia menjalankan ketentuan Taurat ini, maka Nabi diperintahkan
untuk menolak permintaan mereka agar menghakimi perbuatan mereka itu.
Moral yang sudah bobrok pada bangsa Yahudi tidak segan-segan mendorong mereka
untuk mendustakan hukum Taurat itu sendiri. Bahkan larangan Taurat untuk
memakan riba pun mereka abaikan. Lebih dari itu mereka kemudian menghalalkan
riba, dengan dalih riba dan keuntungan dagang sama saja. Jika bangsa Yahudi telah
berani memalsukan ayat-ayat Taurat dan menyeret Nabi Shallallahu �Alaihi wa
Sallam ke dalam usaha-usaha kotor mereka untuk memutarbalikkan kebenaran
Taurat, maka seharusnya kita selalu wajib bersikap curiga kepada setiap gerak-gerik
orang Yahudi kapan saja dan dimana saja.
67. BANGSA YANG LEBIH TAKUT KEPADA SESAMA MANUSIA
DARIPADA KEPADA ALLAH
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 44)
"Sungguh Kami telah menurunkan Kitab Taurat, berisikan petunjuk dan cahaya, yang dengan Kitab itu para
Nabi yang berserah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, (juga) pada Ahli
agama dan para pendeta, karena mereka disuruh memelihara kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya. Karena itu kamu jangan takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku dan janganlah
kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barengsiapa tidak menghukum menurut yang Allah telah
turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang kafir."
Para pendeta Yahudi di masa Nabi Muhammad sebagian besar terlibat di dalam
pemalsuan ayat-ayat Taurat dan mendustakan ajakan Rasulullah Shallallahu �Alaihi
wa Sallam kepada Islam. Mereka ini dengan sadar mengetahui, bahwa para Nabi
Bani Israil telah mengabarkan kepada mereka akan datangnya seorang Nabi akhir
zaman dan menjadi Rasul penutup.
Tetapi sayang sekali ayat-ayat Taurat yang menjelaskan kabar kedatangan Nabi
Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam mereka sembunyikan. Walaupun orang
yang pertama-tama memalsukan ayat-ayat Taurat bukan para pendeta Yahudi yang
hidup di zaman Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam, tetapi mereka ini terus
mengikuti kesesatan yang dilakukan nenek moyang mereka. Ini berarti mereka
sendiri sama halnya turut berbuat pemalsuan tersebut.
Perbuatan pemalsuan ini mendapat teguran dari Allah di dalam Al-Qur'an, yaitu
mereka diperingatkan agar meninggalkan upaya pemalsuan yang selama ini telah
mereka kerjakan dan kembali mengikuti perintah Taurat yang sebenarnya.
Ternyata para pendeta Yahudi tidak mau mengikuti isi Taurat yang semestinya.
Karena mereka takut kehilangan pengaruh di tengah masyarakatnya, kehilangan
kedudukan dan kehilangan fasilitas keduniaan lainnya. Begitu pula kalangan awam
bangsa Yahudi tidak mau mendengarkan seruan Taurat yang sebenarnya, karena
takut ancaman para pemimpin mereka.
Dalam ayat ini Allah berseru kepada bangsa Yahudi, khususnya para pendeta
mereka, yaitu "Janganlah kamu takut kepada manusia, tapi takut lah kepada Allah".
Para pendeta yang mendapat kecaman dari Al-Qur'an, karena perbuatannya
menyembunyikan kebenaran dan memalsukan ayat-ayat Taurat, ternyata tidak
dapat mengingkari. Karena itu mereka diperingatkan agar berani menerima
kebenaran, dan jangan takut menanggung resiko yang akan menimpa mereka.
Tetapi ternyata apa yang dipilih bangsa Yahudi? Mereka tetap enggan menerima
seruan kebenaran karena takut kehilangan pengaruhnya di kalangan manusia,
sehingga mereka dengan penuh kedurhakaan menentang ajaran-ajaran Allah.
Tantangan mereka kepada ajaran-ajaran Allah adanya sikap mereka yang
memalsukan ayat-ayat Taurat yang menerangkan hal ihwal Nabi Muhammad,
menyembunyikan ayat-ayat mengenai hukum-hukum tertentu, tetap menerima suap
dan menyuruh anak buahnya memusuhi Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
68. BANGSA YANG SENANG MENGEJEK DAN MEMPERMAINKAN
AGAMA ISLAM
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 58)
"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan
permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan
akal�.
Diriwayatkan, bahwa bilamana tiba waktu shalat, maka salah seorang mu'adzin
menyerukan adzan. Seruan adzan ini oleh Ahli Kitab umumnya, Yahudi khususnya
dijadikan sasaran ejekan. Ejekan yang mereka lakukan ini menunjukkan kebodohan
mereka didalam memahami esensi dari agama Allah. Karena kalimat-kalimat adzan
merupakan pujian kepada Allah, Dzat yang berhak menerima pujian.
Hakikat seruan adzan adalah ajakan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh meraih
kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya, di dunia ini maupun di
akherat. Karena adzan adalah panggilan mengajak kepada shalat. Sedangkan shalat '
adalah inti penyerahan diri kepada Allah secara totalitas, sehingga manusia dapat
memperoleh kejernihan akal, hati rasa secara utuh. Karena itulah orang yang
mengerjakan shalat dipandang menempuh jalan menuju kepada upaya mencapai
kebahagiaan secara totalitas.
Tetapi ternyata Ahli Kitab dan bangsa Yahudi khususnya, karena kebodohannya,
terus menerus mengejek dan menghinakan Islam. Pada dasarnya apa yang mereka
lakukan semata-mata karena kedurhakaan mereka terhadap pesan-pesan Nabi
mereka sendiri yang karena penyelewengan mereka dari iman yang benar.
Pengakuan golongan Ahli Kitab dan bangsa Yahudi bahwa mereka mengikuti agama
para Nabi sebelumnya, sebenarnya hanyalah semata-mata sebagai tradisi dan sikap
yang rasialis. Sebab bangsa Yahudi beranggapan bahwa agama mereka hanyalah
merupakan bagian dari kebangsaan mereka. Dalam sejarah diriwayatkan, bahwa
kefasikan dan penyelewengan yang dilakukan oleh bangsa Yahudi ini menyebabkan
mereka mencela segala bentuk kebaikan di luar golongan Yahudi. Tetapi sebaliknya
kebodohan apapun yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Yahudi tetap mereka akui
kebenaran dan kebaikannya.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa pada suatu hari beberapa orang
Yahudi datang kepada Rasulullah. Nama-nama mereka itu ialah antara lain: Abu
Yasir bin Akhtab dan Rofi' bin Abi Rofi'. Mereka bertanya, "Siapakah Nabi dan Rasul
yang Nabi imani?" Jawab Nabi "Aku beriman kepada Allah, kepada kitab yang
diturunkan kepada kami, kitab yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq,
Ya'kub, anak cucunya, Musa, Isa dan Nabi-Nabi yang lain. Kami tidak membedakan
mereka itu satu dengan lainnya. Kami hanya berserah diri kepada Allah semata".
Tatkala Nabi menyebut nama Isa, rombongan Yahudi ini menjawab , "Kami tidak
beriman kepada orang ini."
Riwayat Ibnu Jarir ini memberikan gambaran kepada kita bagaimana bangsa Yahudi
mengejek dan mempermainkan Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
Ketidaksenangan mereka kepada Nabi Isa ditonjolkannya pula sebagai dalih untuk
menghina dan mengejek Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Jadi ejekan yang
dilontarkan bangsa Yahudi kepada Islam tidak hanya soal adzan, tetapi juga dalam
hal keimanan ummat Islam kepada Nabi Isa.
69. BANGSA YANG MENGATAKAN ALLAH ITU BAKHIL
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 64)
'Orang-orang Yahudi berkata, "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu
dan merekalah yang dilaknat disebabkan perkataan mereka itu. Bahkan kedua tangan-Nya terbuka: Dia
menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran pada sebagian besar mereka. Dan telah Kami
timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api
peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di bumi dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan�.
Ibnu Ishaq dan Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, "Seorang Yahudi
bernama Mubasy bin Qais berkata kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam:
"Tuhanmu itu sungguh kikir, tidak mau mengeluarkan pembelanjaan". Lalu Allah
menurunkan ayat-Nya ini (ayat 64), Abu Syeh meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa
ayat ini diturunkan bertalian dengan kasus Fankash seorang tokoh Yahudi suku
Qainuqa. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah sama seperti ini. Dan diriwayatkan
dari Mujahid bahwa kaum Yahudi berkata "Allah menyempitkan kita wahai Bani
Israil, sehingga tangan-Nya dimasukkan ke tempat penyembelihan-Nya." Kata-kata
mereka ini bermakna, bahwa Allah menyempitkan rezki mereka (mereka hidup
serba kekurangan). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas juga, beliau berkata; "Perkataan
mereka (tangan Allah terbelenggu) bukanlah mereka maksudkan bahwa tangan
Allah itu terikat, tetapi maksudnya "Allah itu bakhil", menahan segala rezki yang
dimiliki-Nya. Sungguh Allah Maha Tinggi lagi Maha Suci dan sifat-sifat yang
dikatakan oleh orang-orang dhalim itu.
Yang berkata: "Tangan Allah terbelenggu", hanyalah sebagian orang Yahudi saja.
Tetapi seluruh bangsa Yahudi terkait di dalamnya. Sebab anggota suatu masyarakat
satu dengan yang lainnya punya kewajiban bertanggung jawab kepada seluruh
masyarakatnya. Sebab suatu masyarakat adalah bagaikan satu tubuh. Dalam semua
zaman manusia sering menimpakan perbuatan orang-orang tertentu dari suatu
ummat kepada seluruh ummat itu sendiri. Dan telah menjadi suatu kebiasaan Al-
Qur'an melibatkan generasi belakangannya terhadap perkataan dan perbuatan
generasi sebelumnya yang sudah lewat beberapa abad.
Munculnya anggapan di kalangan bangsa Yahudi, bahwa Allah itu tangan-Nya
terbelenggu atau Allah itu bakhil, karena kemelaratan yang diderita sebagian besar
mereka. Mereka bertanya, mengapa Allah menjadikan sebagian besar manusia ini
hidup dalam kemelaratan ? Mengapa manusia ini semua tidak dijadikan oleh Allah
hidup berkecukupan padahal Allah itu Maha Pemurah dan Maha Luas karunia-Nya?
Terjadinya kemelaratan yang merajalela di tengah bangsa Yahudi adalah karena
tingkah laku mereka sendiri. Golongan kaya dari kalangan bangsa Yahudi tidak mau
mengulurkan tangan untuk mengeluarkan infaq dan memberikan bantuan materiel
bagi kepentingan masyarakatnya. Mereka adalah golongan manusia yang paling
bakhil. Tidak ada seseorang Yahudi bersedia memberikan sesuatu kepada orang lain
secara sukarela, atau tanpa imbalan keuntungan bagi dirinya. Bahkan Allah telah
melaknat mereka karena sikap kebakhilannya dan anggapannya yang penuh
kebohongan bahwa Allah itu bakhil.
Keluasan rahmat Allah dan melimpahnya pemberian-Nya kepada hamba-Nya
bukanlah turun begitu saja. Tetapi Allah telah menetapkan aturan permainan,
bagaimana cara manusia dapat meraih kemurahan dan luasnya rahmat-Nya. Maka
manusia yang ingin memperoleh hidup serta berkecukupan sehingga tidak ada lagi
kemelaratan di tengah masyarakat, maka manusia wajib menempuh cara-cara yang
telah ditetapkan oleh Allah itu.
Bangsa Yahudi, sebagai golongan manusia yang serta bakhil, setelah melakukan
kedurhakaan begitu rupa kepada Allah, dengan angan-angan kosongnya
mengharapkan segenap masyarakat Yahudi dapat hidup kaya, tanpa mau mematuhi
ketentuan-ketentuan Ilahi. Jalan pikiran bangsa Yahudi semacam ini, kemudian
berbalik menyatakan, bahwa kemelaratan yang diderita oleh ummat manusia adalah
karena Allah itu bersifat bakhil. Sungguh patut bangsa Yahudi mendapat laknat
Allah karena dalih penuh dengan kebohongan ini.
70. BANGSA YANG GEMAR MEMBANGKITKAN PEPERANGAN
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 64)
"Orang-orang Yahudi berkata, "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu
dan merekalah yang dilaknat disebabkan perkataan mereka itu. Bahkan kedua tangan-Nya terbuka, Dia
menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al-Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan den kekafiran pada sebagian besar mereka. Dan telah Kami
timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api
peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang membuat kerusakan�.
Antara bangsa Yahudi dan ummat Nasrani senantiasa timbul rasa permusuhan dan
kebencian sampal hari kiamat. Salah satu contoh dari permusuhan ini dengan hebat
dapat kita saksikan di Rusia dan di Jerman. Sedangkan di Inggris, Perancis dan
negri-negri Eropa lainnya sedikit berkurang.
Bangsa Yahudi mempunyai pengaruh yang dominan dalam berbagai bidang usaha
keuangan, sosial dan politik di negri-negri Barat, yang mayoritas rakyatnya
beragama Kristen. Bangsa Yahudi ditempat-tempat ini tak pernah diterima secara
bersahabat oleh bangsa-bangsa tersebut, tetapi dipandang dengan penuh kebencian
dan permusuhan.
Di Perancis dan negara-negara lain telah banyak ditulis buku-buku yang berisikan
semangat permusuhan terhadap bangsa Yahudi, sedangkan bangsa Jerman dan
negara-negara tetangganya setelah perang Dunia II berusaha memencilkan mereka,
sehingga bangsa ini dalam pandangan mereka adalah bangsa yang terkeji di dunia.
Demikianlah pula perasaan permusuhan antara sesama kaum Nasrani terus
menerus berkobar yang berkali-kali muncul antara negara-negara adidaya. Mereka
sesamanya selalu bersiap-slap untuk berperang guna saling menghancurkan.
Peperangan yang sekarang sedang berjalan antara sesama negara-negara Kristen
dapat menjadi bukti terkuat kebenaran pernyataan ayat ini.
Di dalam sejarah sudah begitu terkenal riwayat bangsa Yahudi yang merayu kaum
musyrikin bangsa Arab untuk memerangi Islam dan Nabinya. Mereka tidak henti-
hentinya menghasut bangsa Romawi untuk memerangi pusat Islam di kota
Madinah. Sebagian dari tokoh-tokoh Yahudi memberikan perlindungan dan bantuan
kepada musuh-musuh Islam. Sikap permusuhan dan kegemaran membangkitkan
peperangan terhadap ummat Islam didorong oleh kedengkian dan rasialisme serta
hilangnya pengaruh para pendeta dari tengah masyarakat. Sebab sebelum
munculnya kenabian Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam, wilayah Hijaz
khususnya dan Jazirah Arab pada umumnya berada di bawah Hegemoni bangsa
Yahudi yang meliputi bidang ilmu pengetahuan, keagamaan, ekonomi dan politik.
Permusuhan kaum Yahudi terhadap kaum Muslimin semata-mata bersifat politik
kebangsaan bukan karena perjuangan agama ataupun semangat keagamaan. Sebagai
bukti kebenaran pernyataan ini adalah karena kaum Yahudi di belakang hari
membantu kaum Muslimin dalam melakukan perluasan dakwah ke negeri Syam dan
Spanyol, tatkala mereka menghilangkan penindasan dan kedhaliman yang selama
ini dilakukan oleh bangsa Romawi dan Goth terhadap mereka.
Begitu pula permusuhan kaum Nasrani terhadap kaum Muslimin semata-mata
bersifat politik. Padahal dahulu kala antara kaum Nasrani dengan penjajah Romawi
di negeri-negeri yang bertetangga dengan Hijaz, seperti Syria dan Mesir, adalah
sangat bermusuhan. Negara-negara Nasrani adalah sebenarnya paling bersimpati
kepada kaum Muslimin setelah mereka yakin atas keadilah kaum Muslimin dan
berhasil melenyapkan kedhaliman yang selama itu mereka alami di bawah
kekuasaan bangsa Romawi padahal masih seagama dengan mereka. Memang
menjadi kebiasaan umum seseorang bersikap permusuhan atau mencintai orang lain
tergantung kepada kerugian ataupun keuntungan yang diperolehnya.
Permusuhan terhadap Nabi dan kaum Muslimin, penyebaran fitnah dan perang
sama sekali tidaklah mereka maksudkan demi perbaikan mental dan kesejahteraan
masyarakat, tetapi semata-mata untuk menimbulkan kerusakan di atas bumi,
melakukan tipu daya terhadap kaum Muslimin, mencegah tumbuhnya persatuan
ummat manusia, menghalangi terhapusnya buta huruf sehingga bisa menjadi bangsa
yang berilmu. Atau dari penyembahan berhala kepada tauhid. Sebab mereka sangat
dengki terhadap kaum Muslimin dan ingin mempertahankan hegemoni mereka
terhadap ummat manusia.
71. BANGSA YANG SUKA MENDUSTAKAN KEBENARAN YANG TIDAK
DISENANGI
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 70)
'Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-
rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa
nafsu mereka, lalu sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh�
Bangsa Yahudi mengadakan perjanjian dengan Allah yang isinya:
a. wajib mengesakan Allah;
b. mengikuti segala ketentuan hukuman Allah;
c. berakhlaq mulia
Semua janji ini mereka ingkari atau mereka langgar begitu saja. Setiap rasul datang
kepada mereka untuk memperingatkan kedurhakaan mereka kepada janji-janji
tersebut serta merta mereka tolak dan mereka dustakan.
Bangsa Yahudi sudah menjadi manusia yang paling bobrok dan selalu
mengutamakan dorongan nafsu rendah, sehingga mereka menjadi manusia yang
paling sesat. Di dalam hati mereka tidak lagi tersisa tempat untuk menampung
nasihat-nasihat dan bimbingan para rasul. Bahkan mereka menunjukkan sikap
kekafiran, kebenaran dan mendustakan setiap kebenaran yang dibawa oleh para
rasul dan tokoh-tokoh kebajikan.
Yang amat celaka pada karakter bangsa Yahudi ialah kedurhakaan mereka yang
begitu bobrok, namun mereka tetap beranggapan tidak akan mendapat hukuman
dari Allah, sebab mereka berkeyakinan putra dan kekasih Allah sebagaimana mereka
ini. Sekiranya mendapat hukuman, toh hanya sebentar saja.
Apa yang menjadi latar belakang bangsa Yahudi selalu membenci kebenaran yang
tidak disukalnya ialah adanya keyakinan mereka tidak akan di siksa oleh Allah
walaupun melanggar kebenaran. Barangsiapa yang membaca Kitab Talmud akan
mengetahui betapa bobroknya moral bangsa Yahudi yang tergambar di dalam ayat-
ayat Talmud. Di antara ayat Talmud menerangkan bahwa jika Allah mendapati
kesulitan, maka dipanggillah para pendeta Yahudi untuk menyelesaikannya.
Berdasarkan keyakinan sesat semacam inilah, maka bangsa Yahudi menganggap
bahwa kebenaran yang dibawa para rasul itu tidak ada artinya, jika mereka tidak
menyetujuinya. Dengan kata lain bangsa Yahudi jauh lebih tahu daripada Allah itu
sendiri.
72. BANGSA YANG BERANI MEMBUNUH NABI-NABINYA
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 71)
"Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencana pun (terhadap mereka dengan membunuh
Nabi-Nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat
mereka, kemudian kebanyakan dari mereka itu buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang me-
reka kerjakan"
Sebagian besar bangsa Yahudi menutup mata dan telinganya dari menerima nasihat
kebenaran. Mereka buta terhadap ayat-ayat Allah yang tercantum dalam kitab-kitab
suci mereka. Bangsa Yahudi menutup telinga sehingga tidak mau mendengar nasihat
yang dibawa oleh para rasul mereka. Semakin sering para rasul itu memperingatkan
kedurhakaan, kedhaliman dan kesesatan yang mereka lakukan selalu saja mereka
abaikan.
Sikap mental mereka yang begitu bobrok membuat mereka berani membunuh para
Nabi yang membawa petunjuk dan bimbingan hidup kepada mereka. Mereka telah
membunuh Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Bahkan mereka berusaha membunuh
Nabi Isa, tetapi gagal.
Akibat kebobrokan moral mereka, kemudian Allah menurunkan adzab kepada
mereka, sehingga mereka dijadikan bangsa yang hina dan selama berabad-abad silih
berganti dijajah oleh berbagai bangsa. Mereka pernah dijajah bangsa Parsi,
kemudian bangsa Romawi, sehingga mereka hidup dalam perbudakan.
Kedurhakaan bangsa Yahudi sehingga berani membunuh Nabi-Nabi mereka sendiri
menjadi petunjuk puncak kebobrokan moral mereka. Karena itu tidaklah heran jika
terhadap manusia biasa bangsa Yahudi bertindak sangat biadab, penuh kebuasan
dan kelaliman yang tak terkirakan. Adanya kebiadaban yang mereka lakukan
terhadap rakyat Palestina selama kurang lebih 50 tahun akhir-akhir ini dapat kita
jadikan sebagai bukti kebobrokan moral mereka. Karena itu wajib kite bersikap
waspada terhadap setiap gerak-gerik bangsa Yahudi dan bersiap diri untuk
menghadapi kebiadaban mereka. Tanpa kita memiliki persiapan moril maupun
kekuatan menghancurkan kebiadaban bangsa Yahudi, maka kaum Muslimin akan
dijadikan budak mereka:
73. BANGSA YANG DILAKNAT OLEH NABI-NABINYA
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 78)
"Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknati melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Yang
demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui Batas�
Bangsa Yahudi di samping membunuh beberapa orang Nabi mereka sendiri, mereka
juga telah menjadikan beberapa orang Nabi dan orang-orang yang shaleh sebagai
tempat untuk dimintai berkat, kekuatan ghaib dan disembah sebagai Tuhan.
Ringkasnya, mereka telah membuat tuhan lain di samping Allah.
Perbuatan sesat yang mereka lakukan ini mereka ajarkan pula kepada kalangan
awam, bahkan kepada bangsa-bangsa lain. Kesesatan mereka yang telah begitu
hebat menyebabkan mereka mengabaikan ajaran-ajaran Zabur dan Injil maupun
Taurat. Akibat dari pelanggaran itulah, maka Nabi Dawud mengutuk mereka, karena
larangan bekerja pada hari Sabat telah mereka langgar. Begitu juga Nabi Isa as. telah
melaknat mereka, karena terus menerus menolak ajaran agama dan berkecimpung
dosa.
Dalam sejarah ummat manusia, di Barat maupun di Timur, hanyalah bangsa Yahudi
yang banyak dikutuk dan dilaknat oleh berbagai bangsa di dunia.
Ayat ini memberikan gambaran yang jelas kepada kita bahwa Nabi- nabi pun merasa
jengkel membimbing bangsa Yahudi, karena keras kepala mereka menolak
kebenaran. Oleh karena itu adalah sangat patut kalau ummat manusia pada
umumnya bersama-sama mengutuk bangsa Yahudi dimanapun kita berada.
74. BANGSA YANG ULAMANYA TIDAK PEDULI KEMUNKARAN DI
TENGAH MASYARAKATNYA
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 79)
"Mereka tidak mau saling mencegah kemunkaran yang mereka lakukan. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang selalu mereka perbuat itu�
Bangsa Yahudi sudah sangat egoistis dan apriori satu dengan lainnya. Tidak seorang
pun di antara mereka mau perduli dengan kemunkaran yang dilakukan oleh
temannya biarpun sangat keji dan berbahaya. Mencegah kemunkaran adalah upaya
untuk menegakkan nilai-nilai agama dan membentengi masyarakat dari perbuatan
yang menghancurkan. Bilamana kemunkaran tidak lagi dicegah dengan gigih, maka
timbullah keberanian orang berbuat dosa terang-terangan. Dalam keadaan semacam
ini rakyat awam akan beramai-ramai turut serta melakukan perbuatan-perbuatan
buruk, sehingga kemunkaran menjadi lumrah. Jika kemunkaran sudah menjadi
lumrah, maka selanjutnya agama musnah dan tidak akan ada keberanian pada
orang-orang yang baik untuk menyampaikan kebenaran.
Bagaimana proses kemunkaran itu merajalela di tengah bangsa Yahudi, hal ini
disebutkan dalam hadits riwayat Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Mas'ud, katanya:
"Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya pertama kali
rongrongan yang menimpa Bani Israil adalah semula ada seorang yang bertemu
dengan sesamanya lalu mengingatkan: "Wahai saudara, takutlah kepada Allah dan
tinggalkanlah perbuatan anda ini karena tidak halal anda lakukan" Kemudian
besoknya bertemu lagi dan temannya itu masih berbuat seperti kemarin, lalu ia tidak
mau mengingatkannya lagi agar ia tidak (menjadikan hasil kerjanya yang haram)
sebagai makannya, minumannya dan kebiasaannya. Tatkala mereka (para pendeta)
membiarkan kemunkaran tersebut, maka Allah menutup hati mereka yang satu
dengan yang lainnya." Kemudian Nabi membacakan ayat-ayat ini (78-81). Kemudian
beliau bersabd : "Janjan sekali-kali, Demi Allah teruskanlah amar maruf dan nahi
munkar, kemudian cegahlah tangan orang yang berbuat dhalim dan kembalikanlah
dia kepada kebenaran dan belalah kebenaran itu dengan pengorbanan. Atau (kalau
kamu berdiam diri saja) niscaya Allah menutup hati kamu, yang satu dengan yang
lainnya. Kemudian Allah melaknat kamu seperti Allah telah melaknat mereka.'
Perilaku ulama Yahudi yang membiarkan kemunkaran berkembang sedikit demi
sedikit, sehingga merajalela di tengah masyarakat mereka dicela dan dikecam oleh
Allah. Karena sikap berdiam diri mereka terhadap kemunkaran yang dilakukan oleh
warga masyarakat mereka sama dengan setuju dengan perbuatan-perbuatan dosa.
Ayat ini memperingatkan kita tentang betapa buruknya perangai ulama Yahudi,
sehingga mereka menjadi bangsa yang bobrok dan terkutuk.
75. BANGSA YANG MAU BEKERJA SAMA DENGAN MUSUH-MUSUH
AGAMA DEMI MENGHANCURKAN ISLAM
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 80)
"Kamu melihat sebagian besar dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik).
Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada
mereka, dan mereka akan kekal dalam siksaan�
Bangsa Yahudi, di dalam upaya menghancurkan Islam dan Rasulullah Shallallahu
�Alaihi wa Sallam bahu-membahu dengan kalangan bangsa Arab yang masih
musyrik dan kafir. Mereka mengadakan fakta perjanjian untuk memerangi Nabi dan
membangkitkan semangat golongan Musyrikin bangsa Arab untuk terus melakukan
perang melawan beliau.
Bangsa Yahudi pada dasarnya tahu bahwa ajaran yang dibawa Rasulullah sama
esensinya dengan yang dibawa para Nabi Bani Israil. Mereka tahu bahwa Rasulullah
beriman kepada Allah, Tuhan yang juga mereka sembah, Rasulullah pun beriman
kepada kitab suci mereka, bahkan menjadi saksi akan kebenaran para Nabi mereka.
Para Nabi Bani Israil pun telah memberikan kesaksiannya dan kabar gembira akan
munculnya Nabi akhir zaman yang dijanjikan.
Bangsa Yahudi pun juga tahu bahwa golongan Musyrik bangsa Arab tidak
menyembah Allah, tidak beriman kepada kitab suci mereka dan tidak pula beriman
kepada rasul-rasul mereka. Karena itu mereka tidak bahu membahu memusuhi
musuh Allah dan Rasul-Nya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Sebagai contoh,
seorang tokoh pendeta Yahudi, bernama Ka'ab bin Asyraf pergi ke Mekkah dan
menghasut kaum Musyrikin sehingga berhasillah membujuk mereka untuk
memerangi Rasulullah pada perang Ahzab. Perang yang terjadi bulan Syawal tahun
5 Hijriyah ini dari golongan musuh Islam terdiri dari kaum Musyrikin Mekkah,
bangsa Yahudi Khaibar, suku-suku bangsa Arab yang masih menyembah berhala
(Ghotfan, Murrah dan Asyja').
Perang Ahzab diceritakan dalam Al-Qur'an pada surat Al-Ahzab ayat 10. Bangsa
Yahudi yang melakukan persekongkolan dengan musuh-musuh Islam, bahkan
musuh bagi agama mereka sendiri adalah karena dorongan kedengkian dan
kebencian kepada Islam. Akibat dari sikap mereka yang penuh kebencian pada
kebenaran mereka rela untuk memberikan angin kepada musuh-musuh Allah dan
RasulNya, asalkan dapat menghancurkan kebenaran yang tidak diinginkannya.*)
-------
*) Praktek-praktek kejahatan Zionisme yang terselubung menggunakan berbagai cara dan metode dengan merangkul berbagai
idiologi-idiologi baik marxisme, kapitalisme, Nasionalisme. Dengan demikian seluruh sarana dan potensi yang ada dimanfaatkan
untuk menghancurkan kekuatan Islam, red.
76. BANGSA YANG PALING KERAS PERMUSUHANNYA TERHADAP
ISLAM
Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 82)
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang
beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling
dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya
kami ini orang-orang Nasrani! Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu (orang-orang Nasrani)
terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri�.
Ayat ini menyebutkan 2 golongan yang sangat keras permusuhannya kepada Islam,
yaitu bangsa Yahudi dan kaum musyrik. Namun di antara 2 golongan ini bangsa
Yahudilah yang lebih keras permusuhannya terhadap Islam. Karena bangsa Yahudi
merasa sebagai bangsa pilihan sehingga tidak rela ada Nabi atau Rasul Allah yang
diangkat di luar golongan Yahudi.
Sejarah Islam telah menunjukkan bahwa saham bangsa Yahudi dalam
menggerakkan manusia untuk memusuhi Islam telah bermula sejak perkembangan
Islam di Mekkah. Pada suatu hari para tokoh Quraisy yang memusuhi Islam
mengadakan pertemuan untuk membahas upaya menghancurkan Islam. Dalam
pertemuan ini para tokoh Quraisy bersepakat untuk bekerja sama dengan bangsa
Yahudi di kota Madinah. Untuk itu mereka mengirimkan 2 orang utusan, yaitu
Nadzar dan Uqbah, untuk bertemu dengan tokoh-tokoh Yahudi Madinah
merundingkan cara-cara menghancurkan dakwah Nabi Muhammad Shallallahu
�Alaihi wa Sallam. Setelah kedua orang utusan Quraisy bertemu dengan para
pendeta Yahudi di Madinah dan menceritakan keperluannya kepada mereka, lalu
para pendeta Yahudi ini memberi petunjuk kepada mereka untuk menghadapi Nabi
Muhammad Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Petunjuk yang mereka berikan itu
menyangkut 3 hal, yaitu:
a. tentang riwayat beberapa orang pemuda Ashabul Kahfi;
b. tentang Dzul Qarnain;
c. tentang ruh.
Kata para pendeta itu, jika Muhammad dapat menerangkan dengan benar, berarti ia
seorang Nabi. Tetapi jika tidak, ia adalah seorang pembual. Karena itu terserah pada
kalian, bagaimana bertindak kepadanya.
Langkah pendeta Yahudi terhadap 2 utusan orang Quraisy ini adalah pangkal awal
bagaimana mereka ingin menanamkan permusuhan lebih lanjut antara bangsa
Quraisy dengan Nabi Muhammad, sehingga akhirnya dapat menyulut api
peperangan.
Pada waktu 2 orang utusan ini pulang kembali ke Mekkah, mereka melapor kepada
para tokoh Quraisy, lalu mereka melaksanakan saran para pendeta Yahudi Madinah.
Apa yang mereka ajukan kepada Rasulullah mendapatkan jawaban yang tepat.
Sedangkan pertanyaan mereka yang ketiga dijawab oleh Allah dengan Surat Al-Isra'
ayat 85.
Jawaban yang diberikan oleh Rasulullah justru merupakan senjata makan tuan bagi
para pendeta Yahudi Madinah. Sebab di antara tokoh-tokoh Quraisy ini terbuka
hatinya untuk menerima Islam, sehingga para pendeta Yahudi justru menjadi lebih
besar permusuhan dan kedengkiannya kepada Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam.
Karena masuknya beberapa tokoh Quraisy ini ke dalam Islam berarti memperkuat
barisan para perneluk Islam yang masih sedikit itu. Demikianlah siasat bangsa
Yahudi menghancurkan awal pertumbuhan Islam di Mekkah.
Peperangan-peperangan besar semasa hayat Rasulullah Shallallahu �Alaihi wa
Sallam, seperti: Perang Badar, perang Uhud, perang Ahzab dan perang Tabuq
seluruhnya tidak lepas dari buah kelicikan bangsa Yahudi. Mereka mendorong dan
membujuk golongan-golongan bangsa Arab yang musyrik maupun yang kafir agar
bersatu padu menghancurkan dakwah Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam dan Islam.
Tatkala Rasulullah dan para sahabat dari perang Badar pulang membawa
kemenangan, maka seluruh kaum Muslimin Madinah menjadi gembira. Pada waktu
sampai di kota Madinah diberitakanlah kepada rakyat nama tokoh-tokoh Quraisy
yang mati terbunuh dalam perang Badar. Pada saat bangsa Yahudi Madinah
mendengar berita ini, seorang tokoh Yahudi bernama Ka'ab bin Asyraf berusaha
melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berisi kebimbangan-kebimbangan
terhadap kemenangan kaum Muslimin dan terbunuhnya tokoh-tokoh Quraisy.
Setelah Ka'ab bin Asyraf memperoleh penegasan kematian para tokoh Quraisy pada
perang Badar tersebut, lalu ia pergi ke Mekkah untuk membangkitkan semangat
mereka kembali memerangi Rasulullah. la membacakan puisi, menangisi kekalahan
mereka dan para korban perang itu di desa Al-Qalib. Usaha Ka'ab tidak hanya
sampai di situ saja, tetapi setibanya ia kembali di kota Madinah mulai ia membuat
puisi-puisi yang menyerang kehormatan wanita-wanita Islam Madinah. Tindakan
Ka'ab yang keji ini menimbulkan marah ummat Islam Madinah, sehingga akhirnya
ia dibunuh oleh salah seorang sahabat Nabi.
Kemenangan Rasulullah. terhadap bangsa Quraisy dalam perang Badar
menimbulkan kedengkian pada bangsa Yahudi Madinah, sehingga mereka berusaha
untuk melakukan tipu daya dan menimbulkan rasa antipati pada golongan-golongan
Arab di sekitar Madinah terhadap Nabi Shallallahu �Alaihi wa Sallam. Karena kasak-
kusuk bangsa Yahudi ini, maka Rasulullah mendatangi bangsa Yahudi Bani
Qainuqa, lalu mengumpulkannya di salah satu pasar di kota Madinah. Di tempat ini
Nabi berpiciato kepada mereka: "Wahai bangsa Yahudi! Hati-hatilah kamu terhadap
siksa Allah seperti yang menimpa bangsa Quraisy. Islamlah kamu. Karena kamu
sendiri telah mengetahui aku adalah seorang Nabi utusan Allah. Kamu memperoleh
keterangan ini dari kitab suci kamu dan janji Tuhan kepada kamu". Namun dengan
congkak dan penuh tipu muslihat bangsa Yahudi memberikan jawaban: "Wahai
Muhammad, engkau melihat kami seperti bangsamu. Janganlah engkau merasa
besar kepala berhasil menghadapi kaum yang tidak mengetahui pengetahuan perang
sehingga engkau berkesempatan menang. Tetapi demi Tuhan, kami akan
memerangimu supaya kamu tahu, bahwa kamilah sebenarnya manusia".
Kecongkakan bangsa Yahudi ini kemudian memperoleh jawaban Allah yang
tercantum dalam surat Ali -Imran ayat 12 dan 13. Allah berfirman:
"Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: "Kamu pasti dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke
dalam neraka. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya;" 12)
Sesungguhnya telah ada tenda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan
berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan)
orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai mata hati." 13)
Kemudian kita perhatikan peranan bangsa Yahudi dalam perang Ahzab. Rombongan
bangsa Yahudi Madinah di bawah pimpinan Hayyi bin Akhta' dari suku Bani Nadzir
mengajak bangsa Quraisy membentuk pasukan persekutuan memerangi Rasulullah
di Madinah. Rombongan Yahudi ini berkata pada para tokoh Quraisy: "Kami akan
bahu membahu dengan kalian untuk membasmi Muhammad sampai akar-akarnya
dan menghancurkan misi keagamaannya". Golongan Quraisy kemudian bertanya
kepada rombongan Yahudi ini mengenai Muhammad, agamanya dan agama bangsa
Quraisy. Kata mereka: "Wahai bangsa Yahudi, anda adalah ahli kitab yang pertama.
Kalian tahu persoalan apa yang membuat kami berselisih dengan Muhammad.
Karena itu bagaimana pendapat kalian ? Manakah yang lebih baik, agama kami atau
agama Muhammad? Dengan pertanyaan ini rombongan Yahudi tersebut merasa
memperoleh kesempatan emas untuk melampiaskan balas dendamnya dan
kebenciannya kepada Islam. Mereka menjawab kepada bangsa Quraisy: "Agama
kalian jelas lebih baik dari agama Muhammad. Kalian lebih mulia daripadanya".
Pernyataan bangsa Yahudi yang hanya timbul dari dendam dan kebencian kepada
Islam ini diutarakan oleh Allah di dalam firmanNya pada surat An-Nissa ayat 51 dan
52. Allah berfirman:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al-Kitab? Mereka percaya
kepada yang disembah selain Allah dan Thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik
Mekkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman" 51) "Mereka itulah orang-
orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan
memperoleh penolong baginya." 52)
Akibat dorongan bangsa Yahudi ini, maka kaum Quraisy bersedia turut dalam
perang Ahzab. Selain bangsa Yahudi mempengaruhi bangsa Quraisy mereka pun
kemudian dengan aktif mengorganisasikan suku-suku Arab di sekeliling Madinah
yang masih menyembah berhala untuk ikut serta dalam pasukan sekutu. Suku-suku
bangsa Arab di sekeliling Madinah ini ialah: Ghotfan, Bani Murrah, Bani Asyja' dan
lain-lain.
Data-data sejarah tersebut di atas merupakan fakta yang mencerminkan secara
konkret betapa besar permusuhan Yahudi terhadap Islam, sejak awal munculnya
Islam di kota Mekkah sampai di kota Madinah. Karena itu kita tidak boleh lengah
terhadap setiap gerak-gerik bangsa Yahudi yang ada dimanapun di dunia ini. Karena
mereka akan selalu berusaha menghancurkan Islam dengan seribu satu cara, baik
berupa intrik, semboyan-semboyan pintu ilmiah, organisasi, paham-paham,
perdagangan sampai kepada peperangan.
Agar kaum Muslimin tetap waspada dan mengerti seluk-beluk tipu daya bangsa
Yahudi terhadap Islam, maka adalah bermanfaat sekali membaca literatur sejarah
dan buku-buku tentang Yahudi dan Islam. Dengan memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai karakter Yahudi dan aneka ragam tipu dayanya terhadap Islam,
maka kita dapat melawan kejahatan mereka.
Semoga Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar