Senin, 14 Februari 2011

Qodho dan Qodhar

TANYA JAWAB TENTANG QADHA' DAN
QADAR
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin

mjbookmaker by:
http://jowo.jw.lt

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penterjemah
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
SIAPA YANG TIDAK WAJIB MEMPELAJARI AQIDAH
KHUSUSNYA TENTANG QADAR
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Siapakah yang tidak wajib mempelajari Aqidah,
khususnya Qadar karena dikhawatirkan salah ?".
Jawaban.
Masalah ini sebagaimana masalah penting lainnya harus dipahami oleh manusia untuk agama dan
dunianya. Dia harus mendalami dam memohon pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala agar mampu
memahami dan meyakininya sehingga permasalahannya menjadi sangat jelas. Karena seseorang tidak
boleh meragukan sedikitpun tentang masalah-masalah penting seperti ini. Adapun masalah yang tidak
merusak agama bila ditunda dan tidak dikhawatirkan menjadi sebab berpalingnya seseorang (dari
agama), maka boleh ditunda selama masih ada hal yang lebih penting daripadanya. Masalah Qadar
adalah masalah yang wajib dipahami oleh setiap hamba (Allah) sehingga dapat menghantarkannya pada
keyakinan yang mendalam. Sebenarnya masalah tersebut tidaklah sulit, segala puji hanya bagi Allah. Hal
yang memberatkan pelajaran aqidah bagi sebagian orang adalah karena mereka, dengan sangat
disayangkan lebih mendahulukan sisi "bagaimana" dari pada "mengapa". Sebenarnya manusia dituntut
untuk menggunakan dua kata tanya secara berurutan, yaitu "mengapa" baru disusul dengan "bagaimana".
Mengapa kamu melakukan itu ? (Jawabnya), ini adalah keikhlasan. Bagaimana cara kamu melaksanakan
itu ? (Jawabnya) dengan mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kebanyakan orang sekarang sibuk merealisasikan jawaban pertanyaan "bagaimana" dan lalai dari
jawaban pertanyaan "mengapa". Oleh karena itu, sebagaimana anda lihat sendiri, dari sisi ikhlas mereka
tidak mau banyak berupaya, sedang dari sisi ketaatan memiliki semangat yang tinggi. Maka manusia
sekarang lebih memperhatikan sisi ini (sisi awal) dan melalaikan sisi yang lain yang lebih penting, yaitu
sisi aqidah, keikhlasan dan tauhid. Oleh karena itu, anda banyak menemukan sebagian besar orang yang
bertanya tentang masalah duniawi yang sangat amat remeh dan hatinya tertutup oleh dunia, melalaikan
Allah secara total dalam praktek jual beli kendaraan dan berpakaian.
Terkadang sebagian mereka menyembah/menjadi budak dunia sementara dia tidak menyadarinya dan
terkadang dengan tidak sadar menyekutukan Allah dengan dunia, karena dengan sangat disesalkan, sisi
tauhid dan aqidah sudah tidak diperhatikan lagi, baik di kalangan masyarakat awam maupun para
penuntut ilmu. Ini adalah masalah yang berbahaya. Sebaliknya memperhatikan perkara aqidah saja tanpa
mengamalkan apa yang telah disyari'atkan (Allah) sebagai benteng dan pagar (dari perbuatan jahat) juga
sangat keliru. Karena kita telah mendengar dari berbagai siaran (TV dan radio) dan membaca dari media
massa adanya upaya penyederhanaan pemahaman bahwa agama adalah aqidah yang toleran dan
2 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir1.html
beberapa ungkapan serupa yang lain. Pada hakikatnya, hal ini sangat dikhawatirkan menjadi pintu bagi
orang yang ingin menghalalkan yang haram dengan alasan bahwa aqidah membenarkan, akan tetapi
harus diperhatikan dua sekaligus agar terjadi pertanyaan "kenapa" dan "bagaimana".
Ringkasnya.
Setiap orang harus mempelajari ilmu tahuhid dan aqidah agar mengetahui Rabb yang dia sembah,
mengetahui nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-Nya, mengetahui tentang hukum-hukum kauniyah-Nya
(ketentuan-Nya tehadap alam) dan hukum-hukum syari'ah-Nya, mengetahui kebijakan-Nya dan rahasia
syari'ah dan ciptaan-Nya, sehingga dia tidak tersesat dan menyesatkan orang lain. Ilmu Tauhid adalah
ilmu yang paling agung karena agungnya obyek yang dibicarakan di dalamnya (Allah). Oleh karena itu,
ilmu tersebut disebut oleh para ulama' dengan "Fiqh Akbar". Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda.
"Artinya : Barangsiapa dikehendaki Allah menjadi baik, maka Dia memahamkannya tentang
agama".
Ilmu yang paling pertama dan utama dalam agama adalah ilmu tauhid dan aqidah. Akan tetapi seseorang
juga harus memperhatikan bagaimana cara dan dari mana sumber memperolehnya. Maka seharusnya dia
mengambil ilmu tersebut dari sumber yang murni serta selamat dari berbagai syubhat, agar dia bisa
menolak syubhat tersebut dan menjelaskan aqidah murni yang telah dia peroleh sebelumnya. Hendaklah
sumber yang dipelajari adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu pendapat
para Sahabat, kemudian pendapat para imam sesudahnya yakni tabi'in maupun pengikutnya dan
kemudian pendapat para ulama' yang dapat dipertanggung jawabkan ilmu dan kejujurannya, khususnya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnu Al-Qayim, semoga rahmat dan ridha (Allah)
terlimpah kepada mereka berdua, seluruh umat Islam dan para imam mereka.
PERBEDAAN QADHA' DAN QADAR
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Apakah perbedaan antara Qadha' dan Qadar?"
Jawaban.
Para ulama' berbeda pendapat tentang perbedaan antara kedua istilah tersebut. Sebagian mengatakan
bahwa Qadar adalah kententaun Allah sejak zaman azali (zaman yang tak ada awalnya), sedangkan
Qadha' adalah ketetapan Allah terhadap sesuatu pada waktu terjadi.
Maka ketika Allah menetapkan sesuatu akan terjadi pada waktunya, ketentuan ini disebut Qadar.
Kemudian ketika telah tiba waktu yang telah ditetapkan pada sesuatu tersebut, ketentuan tersebut disebut
Qadha'. Masalah ini (Qadha') banyak sekali disebut dalam Al-Qur'an, seperti firman Allah.
"Artinya : Sesuatu itu telah diqadha" [Yusuf : 41]
Dan firman-Nya.
"Artinya : Allah mengqadha' dengan benar" [Ghafir : 20]
Dan ayat-ayat lain yang serupa. Maka Qadar adalah ketentuan Allah terhadap segala sesuatu sejak zaman
azali, sedangkan Qadha' merupakan pelaksanaan Qadar ketika terjadi. Sebagian Ulama' mengatakan
bahwa kedua istilah tersebut mempunyai satu makna.
Pendapat yang dianggap rajih (unggul/kuat) adalah bahwa kedua istilah tersebut bila dikumpulkan
(Qadar-Qadha'), maka mempunyai makna berbeda, tapi bila dipisahkan antara satu dengan yang lain
3 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir1.html
maka mempunyai makna yang sama. Wallahu 'alam.
ADAKAH KEKHUSUSAN TENTANG QADHA' DAN
QADHAR ?
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Apakah di antara Qadha' dan Qadar terdapat
keumuman dan kekhususan ?"
Jawaban
Istilah Qadha' bila dimutlakkan, maka memuat makna Qadar dan sebaliknya istilah Qadar bila
dimutlakkan, maka memuat makna Qadha', Akan tetapi bila dikatakan "Qadha-Qadar", maka ada
perbedaan di antara keduanya. Hal ini banyak terjadi dalam bahasa Arab. Satu kata dapat bermakna yang
luas ketika sendirian dan punya makna khusus bila disatukan (dikumpulkan). Sebagai contoh dapat
dikatakan.
"Bila keduanya bersatu maka berbeda dan bila keduanya dipisah maka bersatu"
Maka kata Qadha' dan Qadar termasuk dalam kondisi seperti ini, artinya bila kata Qadha' dipisahkan
(dari kata Qadar), maka memuat Qadar dan sebaliknya kata Qadar bila dipisahkan (dari kata Qadha')
maka memuat makna Qadha'. Akan tetapi ketika dikumpulkan, kata Qadha' bermakna sesuatu yang
ditetapkan Allah pada mahluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan maupun perubahannya.
Sedangkan Qadar bermakna sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Inilah perbedaan
antara kedua istilah tersebut. Maka Qadar ada lebih dahulu kemudian disusul dengan Qadha'.
ADAKAH TINGKAT KEIMANAN KEPADA QADHA' DAN
QADAR
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin -Semoga Allah meninggikan derajatnya di antara
orang-orang yang mendapat petunjuk- ditanya : "Tentang Iman kepada Qadha' dan Qadar?"
Jawaban
Iman kepada Qadar adalah salah satu dari enam rukun iman yang telah dijelaskan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam kepada malaikat Jibril ketika bertanya tentang iman. Iman kepada Qadar adalah
masalah yang sangat penting. Banyak orang yang telah memperdebatkan tentang Qadar sejak zaman
dahulu, sampai hari inipun mereka masih memperdebatkan. Akan tetapi kebenaran masalah tersebut,
walillah al-Hamd, sangat jelas dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Kemudian yang dimaksud dengan
iman kepada Qadar adalah kita mempercayai (sepenuhnya) bahwa Allah telah menetapkan segala
sesuatu, sebagaimana firman-Nya.
"Artinya : Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sunggung telah
menetapkannya" [Al-Furqaan : 2]
Kemudian ketetapan yang telah ditetapkan Allah selalu sesuai dengan kebijakan-Nya dan tujuan mulia
yang mengikutinya serta berbagai akibat yang bermanfaat bagi hamba-Nya, baik untuk kehidupan
(dunia) maupun akhiratnya.
Iman kepada Qadar berkisar empat tingkat keimanan.
4 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir1.html
[1]. Ilmu (Allah), yakni mempercayai dengan sepenuhnya bahwa ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala
meliputi segala sesuatu, baik di masa lalu, sekarang maupun yang akan datang, baik yang berhubungan
dengan perbuatan-Nya maupun perbuatan hamba-Nya. Dia (Allah) meliputi semuanya, baik secara
global maupun rinci dengan ilmu-Nya yang menjadi salah satu sifat-Nya sejak azali dan selamanya (tak
ada akhirnya). Dalil-dalil tentang tingkatan ini banyak sekali. Allah telah berfirman :
"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak ada rahasia lagi bagi-Nya segala sesuatu yang ada di
bumi dan di langit" [ Ali-Imran : 5]
Dia juga berfirman.
"Artinya : Bagi-Nya kunci-kunci segala sesuatu yang gaib yang tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia. Dia mengetahui apa yang di darat dan di laut dan tidak ada
sehelai daunpun yang gugur kecuali Dia mengetahui-Nya dan tidak ada satu benihpun di
kegelapan bumi dan tak ada sesuatupun yang kering dan basah kecuali ada di dalam kitab
yang jelas" [Al-An'am : 59]
Dia juga berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya Aku telah menciptakan manusia dan Aku mengetahui apa yang
dibbisikkan hatinya" [Qaf : 16]
Dia juga berfirman.
''Artinya : Allah mengetahui segala sesuatu" [Al-Baqarah : 283]
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan pengetahuan Allah pada segala sesuatu, baik
secara global maupun rinci. Dalam tingkatan ini barangsiapa yang mengingkari Qadar maka dia kafir,
karena dia mendustakan Allah dan Rasul-Nya serta ijma' kaum muslimin dan meremehkan
kesempurnaan Allah. Karena kebalikan ilmu adalah mungkin bodoh atau alpa dan keduanya berupa aib
(cacat). Allah terlah berfirman tentang Nabi Musa ketika dia ditanya oleh Fir'aun.
"Artinya : Maka apa saja yang telah terjadi di abad-abad terdahulu, dia (Musa) menjawab :
Pengetahuan tentang itu di sisi Rabb-ku di dalam kitab yang Rabb-ku tidak akan salah dan
alpa ( di dalamnya)" [Thaha : 51-51]
Maka Allah tidak akan bodoh terhadap sesuatu yang akan datang dan tidak akan melupakan sesuatu yang
telah lewat.
[2]. Beriman kepada Allah telah menulis ketetapan segala sesuatu sampai terjadi hari Qiyamat, karena
ketika Dia menciptakan Qalam, Dia berfirman kepadanya : "Tulislah", kemudian dia (Qalam) berkata :
"Hai Tuhanku, apa yang aku tulis?" Dia berfirman : "Tulislah (dalam hadits yang lain. "Tulislah taqdir
segala sesuatu hingga hari kiamat") semuanya yang terjadi", kemduian dia (Qalam) seketika berjalan
menulis segala sesuatu yang terjadi sampai hari Qiyamat. Maka Allah telah menulis di Lauh Mahfudz
ketetapan segala sesuatu. Tingkatan ini telah ditunjukkan oleh firman Allah.
"Artinya : Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi.
Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah" [Al-Hajj :
70]
Allah juga berfirman. "Sesungguhnya itu semua berada dalam kitab", artinya telah tertulis dalam kitab
(Lauh Mahfudz). (Sesungguhnya semua itu sangat mudah bagi Allah). Kemudian penulisan tersebut
terkadang bersifat rinci. Maka janin yang ada di perut ibunya bila melewati umur empat bulan, maka
Allah mengutus malaikat kepadanya dan mengutusnya membawa empat kalimat, yaitu menulis rizki,
ajal, perbuatan, celaka atau bahagia, sebagaimana tertuang dalam hadits shahih Abdullah bin Mas'ud
Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan di tulis juga di dalam Qadar apa saja
5 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir1.html
yang terjadi dalam tahun itu.
Sebagaimana Allah berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya Aku telah menurunkan pada malam yang berkah, sesungguhnya
Aku memberi peringatan di dalamnya tentang perbedaan sesuatu yang mengandung hikmah,
sebagai perintah dari-Ku, sesungguhnya Aku Rabb Yang Mengutus" [Ad-Dukhan : 3-5]
[3]. Beriman bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini disebabkan kehendak Allah. Segala sesuatu yang
ada di alam ini terjadi karena kehendak Allah, baik yang dilakukan oleh-Nya maupun oleh mahkhluk.
Allah telah berfirman.
"Artinya : Dia (Allah) melakukan apa yang Dia kehendaki" [Ibrahim : 7]
Allah juga berfirman.
"Artinya : Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu
semuanya" [Al-An'am : 149]
Dia juga berfirman
"Artinya : Kalau Rabb-mu menghendaki maka Dia menjadikan umat manusia menjadi umat
yang satu" [Hud : 118]
Dia juga berfirman.
"Artinya : Bila Dia (Allah) menghendaki maka Dia memusnahkanmu dan mengadakan
penciptaan yang baru" [Fathir : 16]
Dan masih banyak lagi ayat yang menunjukkan bahwa perbuatan-Nya terjadi karena kehendak-Nya.
Begitu juga segala perbuatan makhluk terjadi dengan kehendak-Nya, sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Kalau Allah menghendaki, maka tidak terjadi saling bunuh di antara orang-orang
setelah mereka datang penjelasan kepada mereka, akan tetapi mereka berselisih ; sebagian
mereka beriman dan sebagian kafir. Dan apabila Allah menghendaki maka mereka tidak
saling membunuh, akan tetapi Allah melakukan apa saja yang Dia kehendaki" [Al-Baqarah :
53]
Ini adalah nash (teks Al-Qur'an) yang sangat jelas bahwa semua perbuatan hamba telah dikehendaki
Allah dan apabila Allah tidak menghendaki mereka untuk melakukannya maka mereka tidak akan
melakukan.
[4] Beriman bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, Maka Allah adalah Maha Pencipta dan
selain-Nya Dia adalah makhluk. Segala sesuatu, Allah-lah penciptanya dan semua makhluk adalah
ciptaan-Nya. Jika segala perbuatan manusia dan ucapannya termasuk sifatnya, sedangkan manusia itu
makhluk, maka sifat-sifatnya juga makhluk Allah. Hal itu ditunjukkan oleh firman Allah.
"Artinya : Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat" [As-Safat : 96]
Dengan demikian, Allah telah menetapkan penciptaan manusia dan perbuatannya. Allah juga berfirman :
"Wa ma ta'malun" (dan apa saja yang kamu perbuat). Para ulama berselisih pendapat tentang kata "ma"
(apa saja), apakah dia berupa "ma masdhariyah" (sehingga tidak bermakna) atau "ma maushulah"
(sehingga bermakna apa saja). Berdasarkan dua perkiraan di atas ( ma mashdariyah atau ma maushulah),
maka ayat tersebut tetap menunjukkan bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan Allah. inilah keempat
tingkatan keimanan kepada Qadar yang harus diimani, tidak sempurna keimanan seseorang terhadap
Qadar kecuali dengan mengimani keempat-empatnya.
Kemudian ketahuilah bahwa iman kepada Qadar tidak berarti menghilangkan pelaksanaan sebab, bahkan
6 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir1.html
melaksanakan berbagai sebab merupakan perintah Syari'ah. Hal itu dapat tercapai karena Qadar, karena
bebagai sebab akan melahirkan musabab (akibat). Oleh karena itu, Amirul Mu'minin, Umar bin
Khaththab, ketika pergi menuju Syam, di tengah perjalan dia mengetahui bahwa telah menyebar wabah
penyakit di sana. Kemudian para sahabat bermusyawarah ; apakah perjalanan ini diteruskan atau kembali
pulang ke Madinah ? Maka terjadilah perselisihan pendapat di antara mereka dan kemudian beliau
memutuskan untuk kembali ke Madinah. Ketika beliau (Umar) sudah mantap pada pendapat tersebut,
maka datanglah Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarah sembari berkata : Hai Amirul Mu'minin, mengapa anda
kembali ke Madinah dan lari dari Qadar Allah ?" Umar menjawab : " Kami lari dari Qadar Allah menuju
Qadar Allah". Kemudian setelah itu datang Abdurrahman bin Auf (dia sebelumnya tidak ada di situ
untuk memenui kebutuhannya), kemudian dia menceritakan bahwa Nabi pernah bersabda tentang wabah
penyakit.
"Artinya : Bila kamu sekalian mendengar terjadinya wabah penyakit di bumi tertentu, maka
janganlah kamu mendatanginya".
Kesmipulan perkataan Umar "lari dari Qadar Allah menuju Qadar Allah" itu merupakan dalil bahwa
melaksanakan sebab juga termasuk Qadar Allah. Kita tahu bahwa apabila seseorang mengatakan " saya
beriman kepada Qadar Allah dan Allah akan memberiku seorang anak dengan tanpa istri", maka orang
tersebut dapat dikatakan gila. Begitu juga bila dia mengatakan "saya beriman kepada Qadar Allah dan
saya tidak akan berupaya mencari rizki dan tidak melaksanakan sebab-sebab mendapatkan rizki", maka
dia adalah dungu. Maka iman kepada Qadar tidak berarti menghilangkan sebab-sebab syar'iyah atau
ikhtiar yang benar. Adapun sebab-sebab yang berupa prasangka yang dianggap palakunya sebagai sebab
padahal bukan, maka hal itu di luar perhitungan dan tidak perlu diperhatikan.
Kemudian ketahuilah bahwa adanya kesulitan dalam mengimani Qadar (padahal sebenarnya tidak sulit),
yaitu pertanyaan seseorang : "Apabila perbuatanku dari Qadar Allah, maka bagaimana saya harus
menanggung akibatnya sementara semua itu dari Qadar Allah ?"
Jawabannya.
Hendaknya dikatakan kepadanya kamu tidak bisa beralasan malakukan ma'siyat dengan Qadar Allah,
Karena Allah tidak memaksamu untuk melakukannya dan ketika kamu dihadapkan kepadanya
(ma'siyah) kamu tidak tahu bahwa hal itu ditakdirkan untukmu. Karena manusia tidak mengetahui apa
yang ditakdirkan kepadanya kecuali setelah terjadi. Karena itu, kenapa kamu tidak memperkirakan
sebelum berbuat bahwa Allah telah mentakdirkan ketaatan kepadamu, sehingga kamu melaksanakannya
.? Begitu juga dalam hal duniawi, kamu melakukan sesuatu yang kamu anggap ada kebaikannya dan
menghindari yang kamu anggap berbahaya. Maka mengapa kamu tidak bersikap demikian dalam urusan
akhirat ? Saya tidak yakin jika ada seseorang yang sengaja menempuh jalan yang sulit lalu dia berkata :
"Ini telah ditakdirkan untukku, bahkan tentunya dia akan menempuh jalan yang paling aman dan mudah.
Tidak ada perbedaan antara hal ini dengan perkataan yang diarahkan kepadamu bahwa Jannah
mempunyai jalan dan Neraka juga mempunyai jalan. Maka apabila kamu menempuh jalan menuju
Neraka, maka kamu bagaikan orang yang menempuh jalan yang mengkhawatirkan dan mengerikan.
Maka mengapa kamu merelakan dirimu menempuh jalan menuju Neraka Jahim dan meninggalkan jalan
menuju Jannah Na'im ? Kalau saja manusia boleh beralasan dengan Qadar tatkala melakukan ma'siyat,
maka tentunya tidak ada gunanya diutusnya para rasul. Allah terlah berfirman.
"Artinya : Aku telah mengutus para rasul yang memberi berita gembira dan memberi peringatan agar
manusia tidak mempunyai alasan kepada Allah setelah para rasul" [An-Nisa' : 165]
Ketahuilah bahwa iman kepada Qadar memiliki buah yang agung bagi perjalanan manusia dan hatinya,
karena apabila kamu beriman bahwa segala sesuatu terjadi karena Qadha' dan Qadar Allah, maka ketika
dalam kelapangan kamu akan bersyukur kepada Allah dan tidak membanggakan diri dan tidak melihat
bahwa semua itu hasil kemampuan dan keutamaan, akan tetapi sebaliknya kamu meyakini bahwa ini
hanya sebab dan bila kamu telah berhasil melaksanakan sebab yang menjadikan kamu mendapatkan
kelapangan dan meyakini bahwa karunia tetap di tangan Allah, maka kamu akan bertambah syukur dan
hal ini akan mendorong kamu untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah sesuai dengan perintah-Nya,
7 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir1.html
dan kamu tidak akan melihat kelebihan pada dirimu di atas Rabb-mu bahkan sebaliknya kamu melihat
anugrah Allah kepadamu. Allah telah berfirman.
"Artinya : Mereka memberi anugrah keadamu dengan masuk Islam mereka, katakanlah : kamu tidak
memberi anugerah kepadaku dengan masuk Islammu akan tetapi Allah-lah yang telah memberi anugrah
kepadamu untuk menunjukkan kepadamu pada iman, bila kamu benar" [ Al-Hujurat : 17]
Begitu pula manakala kamu tertimpa kesusahan (musibah), maka kamu tetap percaya kepada Allah,
menerima dan tidak terlalu menyesal karenanya bahkan tidak diliputi kegundahan (yang berat).
Bukankah anda tahu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Seorang mu'min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada seorang mu'min yang
lemah, dalam segala kebaikan bersemangatlah (untuk mencapai) apa yang bermanfaat bagimu, mintalah
pertolongan kepada Allah, jangan merasa lemah, apabila kamu tertimpa suatu (musibah) maka janganlah
berkata ; Kalau saja aku melakukan begini maka hasilnya pasti begini, karena kata "kalau" akan
membukakan perbuatan syetan".
Maka dengan demikian beriman kepada Qadar mengandung kedamaian jiwa dan hati dan hilangnya
kegundahan karena kegagalan, serta hilangnya kekhawatiran untuk menghadapi masa depan. Allah
berfirman.
"Artinya : Tidak ada musibah yang menimpa di bumi dan di dalam dirimu sendiri kecuali telah ada
dalam kitab sebelum Aku membebaskannya, sesungguhnya semua itu sangat mudah bagi Allah, agar
supaya kamu tidak bersedih atas kegagalanmu dan tidak terlalu bergembira atas apa (nikmat) yang
diberikan kepadamu" [Al-Hadid : 22-23]
Orang yang tidak percaya kepada Qadar sudah pasti mengamali kegoncangan ketika tertimpa musibah
dan akan bersedih dan syetanpun kana membuka pintu untuknya dan dia akan merasa terlalu bersuka ria
dan terlena ketika mendapat kegembiraan. Akan tetapi iman kepada Qadar akan mampu mencegah itu
semua.
SEGALA SESUATU TELAH DITENTUKAN DAN MANUSIA
DIBERI PILIHAN
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Tentang Qadar ; apakah pokok perbuatan telah di
takdirkan, sementara manusia diberi kebebasan memilih (punya kebebasan) cara pelaksanaannya ?
Sebagai contoh apabila Allah telah mentakdirkan seorang hamba untuk membangun masjid, maka dia
pasti membangun masjid, akan tetapi Dia (Allah) membiarkan akalnya untuk memilih cara membangun.
Begitu juga, apabila Allah telah mentakdirkan kema'syiatan, maka manusia sudah barang tentu
melakukannya, akan tetapi Dia membiarkan akalnya untuk memilih cara melaksanakannya. Ringkasnya
manusia itu diberi kebebasan memilih cara melaksanakan sesuatu yang telah ditakdirkan kepadanya.
Apakah itu benar ?"
Jawaban
Masalah ini (Qadar) memang menjadi pusat perdebatan di kalangan umat manusia sejak zaman dahulu.
Oleh karena itu, dalam hal ini mereka dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu dua
kelompok saling kontroversial dan satu kelompok sebagai penengah.
Kelompok Pertama.
Memandang pada keumuman Qadar Allah, sehingga dia buta tentang kebebasan memilih hamba. Dia
mengatakan : "Sesungguhnya dia dipaksa dalam segala perbuatannya dan tidak mempunyai kebebasan
8 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir1.html
memilih jalannya sendiri. Maka jatuhnya seseorang dari atap bersama angin dan sebagainya sama
dengan turun dari atap tersebut dengan tangga sesuai dengan pilihannya sendiri.
Kelompok Kedua.
Memandang bahwa seorang hamba melakukan dan meninggalkan sesuatu dengan pilihannya sendiri,
sehingga dia buta dari Qadar Allah. Dia mengatakan bahwa seorang hamba bebas memilih semua
perbuatannya dan tidak ada hubungannya dengan Qadar Allah.
Kelompok Penengah.
Maka mereka melihat dua sebab. Mereka memandang pada keumuman Qadar Allah dan sekaligus
kebebasan memilih hamba-Nya. Maka mereka mengatakan : "Sesungguhnya perbuatan hamba terjadi
karena Qadar Allah dan dengan pilihan hamba itu sendiri. Dia tentu tahu perbedaan antara jatuhnya
seseorang dari atap karena angin dan semisalnya dengan turun melalui tangga atas pilihannya sendiri.
Yang pertama adalah orang yang melakukannya diluar pilihannya dan yang kedua dengan pilihannya
sendiri. Masing-masing dari keduanya terjadi karena Qadha' dan Qadar Allah yang tidak akan terjadi
dalam kerajaan-Nya apa yang tidak Dia kehendaki, akan tetapi sesuatu yang terjadi dengan pilihan
seorang berhubungan dengan taklif (pembebanan/hukum) dan dia tidak punya alasan Qadar dalam
melanggar apa yang telah dibebankan kepadanya, baik berupa perintah maupun larangan. Karena dia
melakukan sesuatu yang menyalahi (hukum Allah) dan ketika melakukannya dia belum tahu apa yang
ditakdirkan kepadanya. Maka perlakuan tersebut menjadi sebab siksaan, baik di dunia maupun di
akhirat. Oleh karena itu, ketika dia dipaksa oleh seseorang untuk melakukan sesuatu yang menyalahi
(hukum Allah), maka tidak ada hukum dan siksaan atas perbuatan tersebut karena keterpaksaannya,
Apabila manusia mengetahui bahwa melarikan diri dari api ke tempat yang lebih aman adalah pilihannya
sendiri dan bahwa kedatangan ke rumah bagus, luas dan layak tinggal juga merupakan pilihannya, di sisi
lain dia juga meyakini bahwa melarikan diri dan kedatangan tersebut terjadi karena Qadha' dan Qadar
Allah. Sedangkan tetap tinggal (di rumah tersebut) sehingga ditelan api dan ketelatannya untuk
menempati rumah dapat dikatakan menyia-nyiakan kesempatan yang berakibat penyesalan. Maka kenapa
dia tidak memahami ini dalam hal kecerobohannya dengan meninggalkan sebab-sebab yang bisa
menyelamatkan dirinya dari neraka akhirat dan menggiringnya untuk masuk jannah.?
Adapun gambaran bahwa ketika Allah telah mentakdirkan seorang hamba untuk membangun masjid,
maka dia pasti akan membangun masjid, akan tetapi Dia (Allah) membiarkan akalnya dalam
menentukan cara membangun, adalah gambaran yang kurang tepat. Karena gambaran tersebut
mengindikasikan bahwa cara membangun adalah kebebasan akal dan tidak terkait dengan Qadar Allah di
dalamnya dan sumber pikiran (untuk membangun) semata-mata karena kekuasaan Qadar dan tidak ada
kaitannya pilihan (hamba) di dalamnya. Hal yang benar adalah sumber pikiran membangun merupakan
bagian dari pilihan manusia karena dia tidak dipaksakan, sebagaimana dia tidak dipaksa untuk
merenovasi rumahnya atau membongkarnya, Akan tetapi munculnya pikiran tersebut, sebenarnya telah
ditakdirkan oleh Allah tanpa ia sadari, karena dia belum tahu bahwa Allah telah mentakdirkan apapun
kecuali setelah terjadinya, karena Qadar itu rahasia dan tertutup yang tak dapat diketahui kecuali melalui
petunjuk Allah dalam bentuk wahyu atau kejadian nyata. Begitu juga cara membangun tetap dalam
Qadar Allah, karena Allah telah menetapkan segala sesuatu, baik secara global maupun rinci dan tidak
mungkin menusia bisa memilih sesuatu yang tidak dikehendaki dan ditetapkan Allah, akan tetapi bila
seseorang memilih sesuatu dan melakukannnya maka dia baru tahu dengan yakin bahwa hal tersebut
telah ditetapkan Allah. Dengan demikian, manusia diberi kebebasan memilih berbagai sebab nyata yang
telah ditetapkan Allah sebagai sebab terjadinya perbuatan dan ketika melakukannya manusia tidak
merasa dipaksa oleh siapapun. Akan tetapi, bila dia telah melakukan perbuatan tersebut berdasarkan
sebab-sebab yang telah dijadikan Allah sebagai sebab, maka kita baru tahu dengan yakin bahwa Allah
telah menetapkannya (mentadkdirkan), baik secara global maupun rinci.
Demikian juga, kami bisa berbicara tentang perbuatan ma'siyat manusia, dimana kamu mengatakan :
"Sesungguhnya Allah telah mentakdirkan kepadanya perbuatan ma'siyat, sehingga dia pasti
melakukannya. Akan tetapi Dia (Allah) membiarkan (menyerahkan) kepada akalnya tentang cara
9 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir1.html
pelaksanaannya".
Maka dalam hal ini, kami katakan sebagaimana yang telah kami sampaiakan dalam hal pembangunan
masjid di atas ; Sesungguhnya Qadar Allah kepadanya untuk melakukan ma'siyat tidak berarti
menghilangkan kebebasan (memilih)nya. Karena ketika dia memilih perbuatan tersebut (ma'siyat) dia
belum tahu apa yang ditakdirkan Allah kepadanya, lalu dia melakukan perbuatan tersebut sesuai dengan
pilihannya dan tidak merasa dipaksa oleh siapapun. Akan tetapi ketika dia telah melakukannya, maka
kita baru mengetahui bahwa Allah telah mentakdirkan perbuatan tersebut kepadanya. begitu juga, cara
pelaksanaan mas'iyat dan proses menuju ke sana yang terjadi dengan pilihan manusia tidak berarti
menghilangkan Qadar Allah. Karena Allah telah mentakdirkan segala sesuatu, baik secara global
maupun rinci dan telah menetapkan sebab-sebab menuju ke sana dan seluruh perbuatan-Nya tidak
terlepas dari Qadar-Nya dan begitu juga perbuatan hamba-Nya, baik yang bersifat ikhtiyari (sesuai
pilihan) maupun idhthirari (terpaksa), Allah berfirman.
"Artinya : Apakah kamu belum tahu bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan
bumi, sesungguhnya hal itu telah ada dalam Kitab, sesungguhnya itu bagi Allah sangat
mudah" [Al-Hajj : 70]
Allah juga berfirman.
"Artinya : Begitu juga Aku telah menjadikan bagi setiap nabi musuh yang berupa
syetan-syetan dari bangsa Manusia dan Jin yang sebagian menyampaikan kepada sebagian
lain ucapan palsu. Dan apabila Rabb-mu menghendaki, maka mereka tidak melakukannya
(kebohongan). Maka tinggalkanlah mereka dan kebohongannya" [Al-An'am : 12]
Allah juga berfirman.
"Artinya : Begitu juga Allah telah menghiasi kebanyakan orang-orang musyrik dengan
pembunuhan anak-anak mereka kepada teman-teman mereka untuk menarik mereka dan
meremangkan agama mereka. Apabila Allah menghendaki, maka mereka tidak
melakukannya. Maka tinggalkanlah mereka dan kebohongan mereka" [Al-An'am : 137]
Dia juga berfirman.
"Artinya : Kalau Allah menghendaki, maka tidaklah saling membunuh orang-orang setelah
mereka setelah datang penjelasan kepada mereka. Akan tetapi mereka saling berselisih,
sehingga sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir. Kalau Allah
menghendaki, maka mereka tidak saling membunuh" [Al-Baqarah : 253]
Setelah itu, maka sebaiknya seseorang tidak membicarakan dengan diri sendiri atau dengan orang lain
tentang persoalan seperti ini yang akan berakibat gangguan dan menimbulkan prasangka adanya
pertentangan antara Syari'ah dengan Qadar. Karena hal itu bukanlah merupakan kebiasaan sahabat,
padahal mereka orang yang paling semangat untuk mengetahui berbagai kebenaran dan lebih dekat
dengan nara sumber dan pemecahan kesedihan. Disebutkan dalam Shahihul Bukhari dari Ali bin Abi
Thalib bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Tak seorangpun dari kamu kecuali telah tertulis tempatnya di surga atau tempatnya di neraka"
Kemudian (sahabat) bertanya : "Ya Rasulullah, apakah kita tidak menyerah saja" (Dalam suatu riwayat
disebutkan :'Apakah kita tidak menyerah saja pada catatan kita dan meninggalkan amal). Beliau
menjawab : "Jangan, beramallah, setiap orang dipermudah (menuju takdirnya)". (Dalam suatu riwayat
disebutkan : "Beramallah, karena setiap orang dipermudah menuju sesuatu yang telah diciptakan
untuknya"). Orang yang termasuk ahli kebahagian, maka dia dipermudah menuju perbuatan ahli
kebahagiaan. Adapun orang yang termasuk ahli celaka, maka dia dipermudah menuju perbuatan ahli
celaka". Kemudian beliau membaca ayat : "Adapun orang yang memberi dan bertaqwa dan
membenarkan kebaikan, maka Aku akan mempermudahnya menuju kemudahan. Adapun orang yang
bakhil dan menumpuk kekayaan dan mebohongkan kebaikan, maka Aku akan mempermudahnya
menuju kesulitan".
10 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir1.html
Dari hadits di atas, jelaslah bahwa Nabi melarang sikap menyerah pada catatan (takdir) dan
meninggalkan beramal, karena tak ada peluang untuk mengetahuinya dan beliau menyuruh hamba untuk
berbuat semampu mungkin, yang berupa amal. Beliau mengambil dalil dengan ayat yang menunjukkan
bahwa orang yang beramal shalih dan beriman, amal dia akan dipermudah menuju kemudahan. Ini
merupakan obat yang berharga dan mujarab, di mana seorang hamba akan mendapatkan puncak
kesejahteraan dan kebahagiaannya dengan mendorong untuk beramal shalih yang dibangun di atas
landasan iman dan dia akan bergembira dengannya karena ia akan didekatkan dengan taufiq menuju
kemudahan di dunia dan akhirat.
Saya memohon kepada Allah agar memberikan taufiq kepada kita semua untuk melakukan amal shalih
dan mempermudah kita menuju kemudahan dan menajauhkan kita dari kesulitan dan mengampuni dia
akhirat dan dunia. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
(bersambung)
Disalin kitab Al-Qadha' wal Qadar
edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar
Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin'
terbitan Pustaka At-Tibyan, penterjemah Abu Idris
Dicopy dari milis assunnah@yahoogroups.com
posting oleh Yayat Ruhiyat
dikirim via japri oleh Al Akh Naufal
di posting di milis is-lam@isnet.org oleh Mohammad Sigit
Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penterjemah
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
Please direct any suggestion to Media Team
1 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
TANYA JAWAB TENTANG QADHA' DAN
QADAR
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin
Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penterjemah
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
APAKAH MANUSIA DIBERI KEBEBASAN MEMILIH?
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Apakah manusia dibebaskan memilih atau
dijalankan?".
Jawaban.
Penanya seharusnya bertanya pada diri sendiri ; Apakah dia merasa dipaksa oleh seseorang untuk
menanyakan pertanyaan ini, apakah dia memilih jenis mobil yang dia inginkan ? dan berbagai
pertanyaan semisalnya. Maka akan tampak jelas baginya jawaban tentang apakah dia dijalankan atau
dibebaskan memilih.
Kemudian hendaknya dia bertanya kepada diri sendiri ; Apakah dia tertimpa musibah atas dasar
pilihannya sendiri ? Apakah dia tertimpa penyakit atas dasar pilihannya ? Apakah dia mati atas dasar
pilihannya sendiri ? dan berbagai pertanyaan semisalnya. Maka akan jelas baginya jawaban tentang
apakah dia dijalankan atau dibebaskan memilih.
Jawabnya.
Sesungguhnya segala perbuatan yang dilakukan oleh orang yang memiliki akal sehat jelas dia lakukan
atas dasar pilihannya. Simaklah firman Allah.
"Artinya : Maka barangsiapa menghendaki, maka dia mengambil jalan menuju Rabb-Nya"
[An-Naba : 39]
Dan firman Allah.
"Artinya : Sebagian dari kamu ada orang yang menghendaki dunia dan sebagian dari kamu
ada orang yang menghendaki akhirat" [Ali-Imran : 152]
Dan firman Allah.
"Artinya : Barangsiapa menghendaki akhirat dan menempuh jalan kepadanya dan dia
beriman, maka semua perbuatannya disyukuri (diterima)". [Al-Isra' : 19]
Dan firman-Nya.
"Artinya : Maka dia diwajibkan membayar fidyah, berupa puasa atau sedekah atau hajji"
2 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
[Al-Baqarah : 196]
Di mana dalam ayat fidyah di atas, pembayar fidyah diberi kebebasan memilih apa yang akan
dibayarkan.
Akan tetapi, apabila seseorang menghendaki sesuatu dan telah melaksanakannya, maka kita tahu bahwa
Allah telah menghendaki hal itu, sebagaimana firman-Nya.
"Artinya : Sungguh barangsiapa dari kamu menghendaki beristiqomah, maka kamu tidak
akan berkehendak kecuali Allah Rabb sekalian alam menghendakinya" [At-Takwir : 29]
Maka sebagai kesempurnaan rububiyah-Nya, tidak ada sesuatupun terjadi di langit dan di bumi
melainkan karena kehendak Allah Ta'ala.
Adapun segala sesuatu yang menimpa seseorang atau datang darinya dengan tanpa pilihannya, seperti
sakit, mati dan berbagai bencana, maka semua itu murni karena Qadar Allah dan manusia tidak punya
kebebasan memilih dan berkehendak.
Semoga Allah memberi Taufiq.
HUKUM RIDHA' TERHADAP QADAR
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Bagaimana hukum ridha (rela) kepada Qadar?
dan apakah do'a itu bisa menolak Qadha?
Jawaban.
Ridha pada Qadar hukumnya wajib, karena ha itu termasuk kesempurnaan ridha akan rububiyah Allah.
Maka setiap mu'min harus ridha pada Qadha' Allah. Akan tetapi Muqadha (sesuatu yang diqadha') masih
perlu dirinci, karena sesuatu yang diqadha berbeda dengan Qadha itu sendiri. Qadha adalah perbuatan
Allah, sedangkan sesuatu yang diqadha' adalah sesuatu yang dikenai Qadha'. Maka Qadha' yang
merupakan perbuatan Allah harus kita relakan dan dalam kondisi apapun kita tidak boleh membencinya
selamanya.
Adapun sesuatu yang diqadha' terbagi menjadi tiga macam.
Wajib direlaka1. n
2. Haram direlakan.
3. Disunnahkan untuk direlakan
Sebagai contoh, perbuatan ma'siyat adalah sesuatu yang diqadha oleh Allah dan ridha pada kemasyiatan
hukumnya haram, sekalipun dia terjadi atas Qadha Allah. Maka barangsiapa melihat pada kema'siyatan,
maka dia harus rela dari sisi Qadha' yang telah lakukan Allah dan harus mengatakan bahwa Allah Maha
Bijaksana dan kalau kebijakan-Nya tidak menentukan ini, maka dia tidak akan pernah terjadi. Adapun
dari sisi sesuatu yang diqadha', maka perbuatan tersebut wajib tidak direlakan dan wajib menghilangkan
kema'siyatan tersebut dari dirimu sendiri dan orang lain.
Sebagian dari sesuatu yang diqadha' harus direlakan, seperti kewajiban syar'iyah, karena Allah telah
menentukannya secara riil dalam syar'iyah. Maka kita harus merelakannya, baik dari sisi Qadha'nya
maupun sesuatu yang diqadha'.
Bagian ketiga disunnahkan untuk merelakannya dan diwajbkan bersabar karenanya, yaitu berbagai
musibah yang terjadi, Maka semua musibah yang terjadi, menurut para ulama, disunnahkan untuk
merelakan dan tidak diwajibkan. Akan tetapi wajib bersabar karenanya. Perbedaan antara sabar dan rela
3 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
adalah bahwa dalam sabar seseorang tidak menginginkan apa yang terjadi, akan tetapi dia tidak mencoba
sesuatu yang menyalahi syara' dan menghilangkan kesabaran, sedangkan rela adalah seseorang tidak
membenci apa yang terjadi, sehingga terjadinya atau tidak terjadinya baginya sama saja. Inilah perbedaan
antara rela dengan sabar. Oleh karena itu, para ulama Jumhur mengatakan : "Sesungguhnya sabar itu
wajib, sedangkan rela itu disunnahkan".
Adapun pertanyaan : "Apakah do'a itu dapat menolak Qadha", maka jawabnya demikian :
Sebenarnya do'a merupakan sebab teraihnya sesuatu yang dicari dan dalam kenyataannya, do'a dapat
menolak Qadha dan tidak dapat menolaknya sekaligus. Artinya terdapat dua sisi pandang dalam do'a.
Sebagai contoh orang sakit terkadang berdo'a kepada Allah (untuk disembuhkan), kemudian sembuh.
Maka dalam hal ini, seandainya ia tidak berdo'a, maka dia akan tetap sakit, akan tetapi dengan do'a
tersebut dia menjadi sembuh. Hanya saja kita dapat mengatakan bahwa Allah telah menetapkan,
sembuhnya penyakit tersebut dengan lantaran do'a dan ini telah tertulis/tersurat. Maka do'a tersebut
secara lahir dapat menolak Qadar, di mana manusia meyakini bahwa kalau tidak ada do'a tersebut, maka
penyakit tersebut akan tetap diderita. Akan tetapi, hakikatnya, do'a tersebut tidak menolak Qadha',
karena pada dasarnya do'a tersebut juga telah tertulis (ditakdirkan) dan kesembuhan tersebut akan terjadi
dengannya. Inilah Qadar yang sebenarnya telah tertulis di zaman azali. Demikianlah, sehingga segala
sesuatu pasti melalui sebab dan sebab tersebut telah dijadikan Allah sebagai sebab teraihnya dan sesuatu
itu semua telah tertulis sejak zaman azali sebelum terjadi.
APAKAH DO'A BISA MENGUBAH KETENTUAN?
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Apakah do'a berpengaruh merubah apa yang telah
tertulis untuk manusia sebelum kejadian?"
Jawaban.
Tidak diragukan lagi bahwa do'a berpengaruh dalam merubah apa yang telah tertulis. Akan tetapi
perubahan itupun sudah digariskan melalui do'a. Janganlah anda menyangka bila anda berdo'a, berarti
meminta sesuatu yang belum tertulis, bahkan do'a anda telah tertulis dan apa yang terjadi karenanya juga
tertulis. Oleh karena itu, kita menemukan seseorang yang mendo'akan orang sakit, kemudian sembuh,
juga kisah kelompok sahabat yang diutus nabi singgah bertamu kepada suatu kaum. Akan tetapi kaum
tersebut tidak mau menjamu mereka. Kemudian Allah mentakdirkan seekor ular menggigit tuan mereka.
Lalu mereka mencari orang yang bisa membaca do'a kepadanya (supaya sembuh). Kemudian para
sahabat mengajukan persyaratan upah tertentu untuk hal tersebut. Kemudian mereka (kaum)
memberikan sepotong kambing. Maka berangkatlah seorang dari sahabat untuk membacakan Al-Fatihah
untuknya. Maka hilanglah racun tersebut seperti onta terlepas dari teralinya. Maka bacaan do'a tersebut
berpengaruh menyembuhkan orang yang sakit.
Dengan demikian, do'a mempunyai pengaruh, namun tidak merubah Qadar. Akan tetapi kesembuhan
tersebut telah tertulis dengan lantaran do'a yang juga telah tertulis. Segala sesuatu terjadi karena Qadar
Allah, begitu juga segala sebab mempunyai pengaruh terhadap musabab-nya dengan izin Allah. Maka
semua sebab telah tertulis dan semua musabab juga telah tertulis.
BAGAIMANA ALLAH MENYIKSA MANUSIA SEDANG ITU
SUDAH DITENTUKAN ALLAH
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Ada polemik yang dirasakan sebagian manusia,
yaitu bagaimana Allah akan menyiksa karena ma'siyat, padahal telah Dia takdirkan hal itu atas manusia
4 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
?"
Jawaban.
Sebenarnya hal ini bukanlah polemik. Langkah manusia untuk berbuat jahat kemudian dia disiksa
karenanya bukanlah persoalan yang sulit. Karena langkah manusia pada berbuat jahat adalah langkah
yang sesuai dengan pilihannya sendiri dan tidak ada seorangpun yang mengacungkan pedang di
depannya dan mengatakan : "Lakukanlah perbuatan munkar itu", akan tetapi dia melakukannya atas
pilihannya sendiri. Allah telah berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya Aku telah memberi petunjuk kepadanya pada jalan (yang benar),
maka adakalanya dia bersyukur dan adakalanya dia kufur" [Al-Insan : 3]
Maka baik kepada mereka yang bersyukur maupun yang kufur, Allah telah menunjukkan dan
menjelaskan tentang jalan (yang benar). Akan tetapi sebagian manusia ada yang memilih jalan tersebut
dan sebagian lagi ada yang tidak memilihnya. Penjelasan (Allah) tersebut pertama dengan Ilzam
(keharusan/kepastia logis) dan kedua dengan Bayan (penjelasan).
Dalam hal Ilzam, maka kita dapat mengatakan kepada seseorang : Amal duniawi dan amal ukhrawimu
sebenarnya sama dan seharusnya anda memperlakukan keduanya secara sama. Sebagai hal yang maklum
adalah apabila ditawarkan kepadamu dua pekerjaan duaniawi yang telah direncanakan. Yang pertama
kamu yakini mengandung kabaikan untuk dirimu dan yang kedua merugikan dirimu. Maka pastilah anda
akan memilih pekerjaan pertama yang merupakan pekerjaan terbaik dari dua rencana di atas dan tidak
mungkin anda memilih pekerjaan kedua, yang merupakan pilihan terburuk lalu anda mengatakan :
"Qadar (Allah) telah menetapkan saya padanya (piliha kedua). Dengan demikian, apa yang telah anda
tetapkan dalam menempuh jalan dunia semestinya anda lakukan dalam menempuh jalan ukhrawi. Kita
dapat mengatakan : Allah telah menawarkan di hadapanmu dua amal akhirat, yaitu amal buruk yang
berupa amal-amal yang menyalahi syara' dan amal shalih yang berupa amal-amal yang sesuai dengan
syara'. Maka apabila dalam berbagai pekerjaan duniawi anda memilih perbuatan yang baik, mengapa
anda tidak memilih amal baik dalam amal akhirat. Karena itu, seharusnya anda memilih amal baik di
dalam mencari akhirat sebagaimana anda harus memilih pekerjaan baik dalam mencari dunia. Inilah cara
Ilzam.
Adapun cara Bayan, maka kita dapat mengatakan bahwa kita semua tidak tahu apa yang telah
ditakdirkan Allah kepada kita. Allah berfirman.
"Artinya : Setiap diri tidak mengetahui apa yang akan dia kerjakan besok" [Luqman : 34]
Maka ketika seseorang melakukan suatu perbuatan, berarti dia melakukannya atas pilihannya sendiri dan
bukan karena mengetahui bahwa Allah telah mentakdirkan perbuatan tersebut kepadanya. Oleh karena
itu, sebagian ulama' mengatakan : "Sesungguhnya Qadar itu rahasia yang tertutup". Dan kita semua tidak
pernah mengetahui bahwa Allah telah mentakdirkan begitu, kecuali bila perbuatan tersebut telah terjadi.
Dengan demikian, ketika kita melakukan sesuatu perbuatan, maka bukan berarti kita melakukannya atas
dasar bahwa perbuatan tersebut telah ditetapkan bagi kita. Akan tetapi kita melakukannya berdasarkan
pilihan kita sendiri dan ketika telah terjadi maka kita baru tahu bahwa Allah telah mentakdirkannya
untuk kita.
Oleh karena itu, manusia tidak bisa beralasan dengan takdir kecuali setelah terjadinya perbuatan
tersebut. Disebutkan dari Amirul Mu'minin, Umar bin Kahtthab, sebuah kisah (mungkin benar dari
beliau mungkin tidak) bahwa seorang pencuri yang telah memenuhi syarat potong tangan dilaporkan
kepada beliau. Ketika Umar menyuruh untuk memotong tangannya, dia mengatakan : "Tunggu dulu hai
Amirul Mu'minin, demi Allah aku tidak mencuri itu kecuali karena Qadar Allah". Umar mengatakan :
"Aku tidak akan memotong tanganmu kecuali karena Qadar Allah". Maka Umar berargumentasi dengan
argumentasi yang digunakan pencuri tersebut tentang kasus pencurian terhadap harta orang-orang Islam.
Padahal Umar bisa berargumentasi dengan Qadar dan Syari'at, karena beliau diperintahkan untuk
memotong tangannya. Adapun dalam kasus tersebut, beliau berargumentasi dengan Qadar karena
5 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
argumentasi tersebut lebih tepat mengenai sasaran.
Berdasarkan hal itu, maka seseorang tidak lagi berargumentasi dengan Qadar untuk berbuat ma'siyat
kepada Allah dan dalam kenyataannya dia memang tidak punya alasan dalam hal di atas. Allah
berfirman.
"Artinya : (Aku telah mengutus) para rasul yang membawa berita gembira dan memberi peringatan agar
manusia tidak punya alasan/argumentasi kepada Allah setelah adanya para rasul" [An-Nisa : 165]
Sementara semua amal manusia, setelah datangnya para rasul, tetap terjadi atas Qadar Allah. Walaupun
Qadar bisa dijadikan argumentasi akan tetapi selalu bersama-sama dengan terutusnya para rasul
selamanya. Dengan demikian jelas bahwa tidak layak berbuat ma'siyat dengan alasan Qadha' dan Qadar
Allah, karena dia tidak dipaksa untuk melakukannya.
Semoga Allah memberi Taufiq.
APAKAH REZKI DAN JODOH TELAH DI TULIS DI LAUH
MAHFUDZ
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Apakah rezqi dan jodoh juga telah tertulis di Lauh
Mahfudz ?".
Jawaban.
Segala sesuatu sejak awal terciptanya Qalam sampai tiba hari Qiyamat telah tertulis di Lauh Mahfudz,
karena sejak permulaan menciptakan Qalam Allah telah berfirman kepadanya : "Tulislah", Dia (Qalam)
bertanya : "Wahai Rabb-ku, apa yang harus aku tulis?" Allah berfirman : "Tulislah segala sesuatu yang
terjadi". Kemudian dia (Qalam) menulis segala sesuatu yang terjadi sampai hari kiamat. Juga
diriwayatkan dari Nabi :
"Artinya : Sesungguhnya janin yang ada dalam kandungan ibunya ketika telah melewati
umur empat bulan, maka Allah mengutus Malaikat kepadanya yang meniupkan roh dan
menulis rizqi, ajal, amal dan apakah dia celaka atau bahagia".
Rezqi juga telah tertulis dan ditakdirkan beserta sebab-sebabnya, tidak bertambah dan tidak berkurang.
Sebagian dari sebab-sebab (rezqi) adalah pekerjaan manusia untuk mencari rezqi, sebagaimana firman
Allah :
"Artinya : Dia (Allah) adalah Tuhan yang telah menjadikan bumi tunduk (kepadamu), maka
berjalanlah dia atas pundaknya dan makanlah sebagian rezqi-Nya dan kepada-nyalah tempat
kembali" [Al-Maidah : 15]
Sebagian dari sebab-sebab rezqi lagi adalah menyambung persaudaraan (sillaturrahim), termasuk berbuat
baik kepada kedua orang tua dan menyambung hubungan keluarga, karena Nabi telah bersabda.
"Artinya : Barangsiapa ingin dilapangkan rezqinya dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah dia menyambung persaudaraan (sillaturrahim).
Sebagian sebab-sebab rezqi lagi adalah bertaqwa kepada Allah, sebagaimana firman Allah.
"Artinya : Barangsiapa bertaqwa, maka Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan
memberinya rezqi dengan tanpa disangka-sangka" [Ath-Thalaq : 2-3]
Janganlah anda mengatakan : "rezqi telah tertulis dan terbatasi dan aku tidak akan melakukan
6 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
sebab-sebab untuk mencapainya". Karena pernyataan tersebut adalah suatu kelemahan. Sedangkan yang
disebut kepandaian adalah kamu tetap berupaya mencari rezqi dan sesuatu yang bermanfaat bagimu,
baik untuk agamamu maupun untuk duniamu. Nabi bersabda.
"Artinya : Seorang yang pandai adalah orang yang mengoreksi dirinya dan beramal untuk bekal setelah
mati, sedangkan orang yang lemah adalah orang hanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan"
Sebagaiamana rezqi telah tertulis dan ditaqdirkan bersama sebab-sebabnya, maka jodoh juga telah
tertulis (beserta sebab-sebabnya). Masing-masing dari suami istri telah tertulis untuk menjadi jodoh bagi
yang lain. Bagi Allah tidak rahasia lagi segala sesuatu, baik yang ada di bumi maupun di langit.
JIKA PERBUATAN ORANG KAFIR TELAH DITULIS
MENGAPA DIA DISIKSA ?
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : "Apakah perbuatan orang-orang kafir telah tertulis
di Lauh Mahfudz ? Apabila benar, maka bagaimana Allah menyiksa mereka ..?"
Jawaban.
Benar, perbuatan orang-orang kafir telah tertulis sejak zaman azali, bahkan perbuatan semua manusia
telah tertulis sejak dia berada di perut ibunya, sebagaimana tertuang dalam hadits shahih dari Abdullah
bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu ia berkata ; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (yang benar lagi
dibenarkan) bercerita kepada kami.
"Artinya : Sesungguhnya salah seorang di antara kamu dikumpulkan penciptaannya di perut
ibunya selama empat puluh hari berbentuk nutfah, kemudian menjadi 'alaqah selama empat
puluh hari pula, kemudian menjadi mudhghah selama empat puluh hari pula. Lalu diutuslah
kepadanya seorang malaikat, dan diperintahkan dengan empat kalimat untuk menulis
rezekinya, ajalnya, amalannya, celaka atau bahagia".
Maka perbuatan orang-orang kafir telah tertulis di sisi Allah Azza wa Jalla, telah diketahui oleh Allah
'Azza wa Jalla sejak zaman azali dan orang yang berbahagia telah diketahui pula oleh Allah sejak zaman
azali. Akan tetapi barangkali ada yang bertanya-tanya bagaimana mereka akan diadzab padahal Allah
telah menetapkan atas mereka akan hal itu sejak zaman azali.?
Jawaban kami.
Mereka disiksa karena hujjah telah sampai kepada mereka, jalan kebenaran telah dijelaskan, lalu para
rasul telah diutus kepada mereka, kitab-kitabnyapun telah diuturunkan. Juga telah dijelaskan petunjuk
dan kesesatan dan mereka diberi motivasi untuk menempuh jalan petunjuk, sekaligus menjauhi jalan
yang sesat. Mereka memiliki akal dan kehendak ; mereka memiliki kemampuan untuk berikhtiar. Oleh
karena itu kita mendapati orang-orang kafir ini dan juga selain mereka, berusaha meraih kemaslahatan
dunia dengan kehendak dan ikhtiarnya. Kita tidak mendapati seorangpun dari mereka berupaya meraih
sesuatu yang membahayakan di dunia atau meremehkan dan bermalas-malasan dalam perkara yang
bermanfaat baginya, lalu ia mengatakan : ini telah tertulis sebagai jatahku. Maka selalunya setiap orang
akan berusaha meraih manfaat bagi dirinya. Dengan demikian, seharusnya mereka berusaha meraih
manfaat dalam urusan-urusan agama mereka sebagaimana mereka berusaha keras meraih manfaat dari
urusan dunianya. Tidak ada perbedaan di antara keduanya, bahkan penjelasan tentang kebaikan dan
keburukan dalam urusan agama di dalam kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para rasul lebih
banyak dan lebih besar daripada penjelasan tentang urusan-urusan dunia. Maka kewajiban mereka adalah
menempuh jalan yang menghatarkannya kepada keselamatan dan kebahagiaan, bukan menempuh jalan
yang menyerempet mereka pada kebinasaan dan kesengsaraan.
7 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
Kemudian kami katakan, ketika si kafir memilih kekafiran sama sekali tidak merasa ada orang yang
memaksanya. Bahkan perasaannya mengatakan bahwa bahwa ia melakukan hal itu dengan kehendak dan
ikhtiarnya. Maka apakah ketika memilih kekufuran ia tahu apa yang telah ditetapkan Allah untuk dirinya
.? Jawabannya, tentu tidak. Karena kita tidak mengetahui bahwa sesuatu telah ditetapkan terjadi pada
kita kecuali sesudah terjadi. Adapun sebelum terjadi, kita tidak mengetahui apa yang telah ditetapkan
untuk kita karena hal ini termasuk perkara ghaib.
Selanjutnya, sekarang kami katakan kepada orang itu : sebelum terjerumus kepada kekafiran, di depan
anda ada dua perkara ; hidayah dan kesesatan. Lalu mengapa anda tidak menempuh jalan hidayah
dengan anggapan bahwa Allah telah menetapkannya untukmu ? Mengapa anda menempuh jalan sesat
lalu setelah menempuhnya anda beralasan bahwa Allah telah menetapkannya ? Kami tegaskan kepada
anda sebelum memasuki jalan ini ; apakah anda mempunyai pengetahuan bahwa hal ini telah ditetapkan
kepadamu ? ia pasti menjawab : "Tidak". Dan mustahil jawabannya : "Ya". Jadi apabila ia mengatakan :
"Tidak". Kami tegaskan lagi ; kalau begitu mengapa anda tidak menempuh jalan hidayah seraya
menganggap bahwa Allah telah menetapkan hal itu kepadamu. Oleh karena itu, Allah Ta'ala berfirman.
"Artinya : Maka tatkala mereka berpaling dari kebenaran, Allah memalingkan hati mereka"
[Ash-Shaf : 5]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman.
"Artinya : Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa. Dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (jannah). Maka kelak Kami akan menyiapkan
baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup.
Serta mendustakan pahala yang terbaik. Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan
yang sukar" [Al-Lail :5-10]
Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahu para sahabat bahwa tidak ada seorangpun kecuali
telah dicatat tempat duduknya di jannah dan tempat duduknya di neraka, para sahabat bertanya ; wahai
Rasulullah, apakah kami boleh meninggalkan amalan dan bersandar pada apa yang telah ditetapkan ?
Beliau bersabda.
"Artinya : Tidak, beramallah kelian, karena tiap-tiap orang dimudahkan kepada sesuatu
yang diciptakan baginya"
Sesudah itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca firman Allah.
"Artinya : Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa. Dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik. Maka kami kelak akan menyiapkan baginya jalan
yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup. Serta
mendustakan pahala yang terbaik. Maka kelak kami akan menyiapkan baginya jalan yang
sukar".
Inilah jawaban kami atas pertanyaan yang disampaikan oleh penanya tadi, dan betapa banyaknya orang
yang beralasan seperti tadi dari kalangan orang-orang yang sesat. Alangkah anehnya mereka karena
mereka sama sekali tidak pernah beralasan dengan yang semisal ini dalam masalah-masalah dunia.
Bahkan anda mendapati mereka menempuh sesuatu yang lebih bermanfaat bagi mereka dalam
persoalan-persoalan duniawi. Manakala dikatakan kepada seseorang ; jalan yang ada dihadapanmu ini
adalah jalan yang sulit lagi rumit, di sana ada para pencuri dan banyak binatang buas, sedangkan ini jalan
kedua, jalan yang mudah, ringan dan aman, tidak mungkin seseorang menempuh jalan yang pertama dan
meninggalkan jalan yang kedua. Demikian pula dengan dua jalan ; jalan neraka dan jalan jannah. Para
rasul menjelaskan jalan ke jannah lalu mereka mengatakan : inilah jalan ke jannah. Mereka juga
mejelaskan jalan ke neraka lalu menegaskan : inilah jalan menuju neraka. Mereka memperingatkan dari
jalan yang kedua dan menganjurkan untuk menempuh jalan pertama. Sementara para pendurhaka
beralasan dengan qadha Allah dan Qadar-Nya -padahal mereka tidak mengetahuinya- atas kemaksiatan
dan kejahatan yang mereka lakukan dengan ikhtiarnya dan dalam hal ini mereka tidak memiliki hujjah di
8 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
sisi Allah Ta'ala.
SESUNGGUHNYA MANUSIA BERAMAL DENGAN
AMALAN JANNAH
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : " Tentang sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
: 'Sesungguhnya seseorang selalu beramal dengan amalan ahli jannah sehingga tidak ada jarak antara
dirinya dengan jannah kecuali hanya sehasta. Namun ketetapan telah mendahuluinya sehingga ia
melakukan amalan ahli neraka, lalu iapun memasukinya. Dan seorang yang senantiasa beramal dengan
amalan ahli neraka sehingga tidak ada jarak antara dirinya dengan neraka kecuali hanya sehasta. Namun
ketetapan telah mendahuluinya, sehingga ia melakukan amalan ahli jannah dan iapun memasukinya".
Apakah hadits ini bertentangan dengan firman Allah Ta'ala : "Sesungguhnya kami tidak
menyia-nyiakan pahala orang yang membaguskan amalannya" [Al-Kahfi : 30]
Jawaban.
-Semoga Allah merahmatinya- dengan ucapannya : Ini adalah hadits Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu
'anhu. Di dalamnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan bahwa ada seseorang yang
beramal dengan amalan ahli jannah sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan jannah kecuali hanya
sehasta, karena dekatnya ajal dan kematian dirinya. Namun ketetapan telah mendahuluinya yang
menegaskan bahwa ia termasuk penghuni neraka, hingga iapun melakukan amalan ahli neraka, lalu
masuk kedalamnya- kita berlindung kepada Allah daripadanya. Ini adalah fenomena yang nampak pada
manusia seperti yang dijelaskan oleh sebuah hadits shahih.
"Artinya : Sesungguhnya seseorang beramal dengan amalan ahli jannah dalam pandangan
manusia, padahal ia termasuk ahli neraka"
Demikian pula persoalan kedua, manusia yang beramal dengan amalan ahli neraka, lalu Allah memberi
karunia kepadanya dengan taubat dan kembali kepada jalan Allah menjelang ajalnya, hingga iapun
beramal dengan amalan ahli jannah lalu ia masuk kedalamnya.
Ayat yang disebutkan oleh penanya tidak bertentangan dengan hadits di atas, karena Allah Ta'ala
berfirman : "Pahala orang yang membaguskan amalannya" Maksudnya, barangsiapa yang membaguskan
amalannya di dalam hati maupun dhahirnya, maka Allah Ta'ala tidak menyia-nyiakan pahalanya. Tetapi
yang dimaksud oleh kasus pertama yang beramal dengan amalan ahli jannah lalu ketetapan telah
mendahuluinya, adalah orang yang beramal dengan amalan ahli jannah dalam pandangan manusia saja.
Atas dasar ini, amalannya tidak termasuk kebaikan. Dengan demikian hadits tadi tidak bertentangan
sama sekali dengan ayat Al-Qur'an.
Wallahul Muwafiq
CARA MENGKOMPROMIKAN FIRMAN ALLAH DALAM
SURAT AL-AN'AM : 125
Pertanyaan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin ditanya : " Tentang bagaimana mengkompromikan antara
firman Allah Ta'ala : "Maka barangsiapa dikehendaki Allah untuk menunjukkannya, Dia akan
melapangkan dadanya kepada Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah untuk menyesatkannya,
Dia akan menjadikan dadanya sempit lagi sesak, seolah-olah ia sedang naik ke langit" [Al-An'am : 125]
9 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
Dengan firman-Nya : "Maka barangsiapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman dan
barangsiapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir" [Al-Kahfi : 29]
Jawaban.
Mengkompromikan di antara kedua ayat itu adalah sebagai berikut ; Allah Ta'ala memberitahukan dalam
sebagian ayat-Nya bahwa semua urusan ada dalam kekuasaan-Nya. Dan dalam sebagian ayat lainnya
memberitahukan bahwa semua perkara itu kembali kepada mukallaf. Mengkompromikannya begini :
setiap mukallaf memiliki kehendak, ikhtiar dan kemampuan. Sementara yang menciptakan kehendak,
ikhtiar dan kemampuan tersebut adalah Allah Azza wa Jalla. Maka tidak mungkin seorang makhluk
memiliki kehendak kecuali dengan kehendak Allah.
Allah Ta'ala berfirman tentang penjelasan kompromi ini.
"Artinya : Yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu
tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb
semesta alam" [At-Takwir : 28-29]
Akan tetapi kapan Allah berkehendak untuk menunjuki manusia atau menyesatkannya ? Inilah yang
dimaksud oleh firmannya.
"Artinya : Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa. Dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (jannah). Maka kelak Kami akan menyiapkan
baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup.
Serta mendustakan pahala yang terbaik. Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan
yang sukar" [Al-Lail : 5-10]
Dan baca firman Allah Ta'ala.
"Artinya : Maka tatkala mereka berpaling, Allah palingkan hati mereka dan Allah tidak
menunjuki kaum yang fasik" [Ash-Shaf : 5]
Anda mendapati bahwa sebab sesatnya seorang hamba adalah karena dirinya sendiri. Dan Allah Ta'ala
ketika itu menciptakan kehendak pada dirinya untuk berbuat buruk karena ia menghendaki keburukan.
Adapun orang yang menghendaki kebaikan lalu berusaha dan berkeinginan kuat memperolehnya, maka
Allah akan memudahkannya kepada kebaikan. Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bercerita
kepada sahabat-sahabatnya bahwa tidak ada seorangpun kecuali telah ditetapkan tempat duduknya di
neraka, para sahabat bertanya : Apakah tidak sebaiknya kami menyerah kapada ketetapan itu dan kami
tidak beramal ? Nabi menjawab : Jangan. Beramallah kalian, karena tiap-tiap orang dimudahkan sesuai
penciptaannya. Nabipun lalu membaca ayat ini : "Dan adapun orang yang memberi dan bertakwa ..dst".
Ketahuilah wahai saudaraku, tidak mungkin terdapat pertentangan dalam kalamullah atau dalam hadits
shahih selamanya. Maka apabila anda mendapati dua nash yang dhahirnya tampak bertentangan,
perhatikanlah kembali. Niscaya perkaranya mejadi jelas bagi anda. Jika anda tidak mengetahuinya, anda
wajib bertawaquf dan menyerahkan perkara itu kepada ahlinya. Dan Allah Maha Mengetahui atas segala
sesuatu.
(sebelum)
Disalin kitab Al-Qadha' wal Qadar
edisi Indonesia Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar
Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin'
terbitan Pustaka At-Tibyan, penterjemah Abu Idris
Dicopy dari milis assunnah@yahoogroups.com
10 http://media.isnet.org/islam/Etc/takdir2.html
posting oleh Yayat Ruhiyat
dikirim via japri oleh Al Akh Naufal
di posting di milis is-lam@isnet.org oleh Mohammad Sigit
Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penterjemah
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota
Please direct any suggestion to Media Team

SIKSA KUBUR

[HOTD] siksa kubuR
"Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak
mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini
atau gantilah dia." Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri.
Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika
mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)." (QS. Yunus, 10 : 15)
Hadist riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Dua orang nenek Yahudi Madinah datang kepadaku. Keduanya berkata: Penghuni kubur akan
disiksa di dalam kuburnya. Aku pun menganggap keduanya tidak benar. Aku terlintas untuk
membenarkan perkataan keduanya, kemudian keduanya keluar. Kemudian Rasulullah saw.
datang menemuiku dan aku berkata: Wahai Rasulullah, dua orang nenek Yahudi Madinah datang
kepadaku, mereka meyakini bahwa penghuni kubur akan disiksa di dalam kuburnya. Beliau
menjawab: Mereka benar. Sesungguhnya penghuni kubur akan disiksa dengan siksaan yang
dapat didengar oleh hewan ternak. Setelah itu aku lihat beliau selalu mohon perlindungan dari
siksa kubur setiap salat.
Links:
[sebagian bentuk adzab kubuR]
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=342
[kematian !!!! siap menjemput]
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=291&Itemid=15
[seputaR siksa kubuR, timbangan]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/2269
[anjuRan dan laRangan dalam uRusan jenazah]
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=345&Itemid=13
[dalil tentang siksa (adzab) kubur]
http://labbaik.wordpress.com/2006/03/20/dalil-tentang-siksa-adzab-kubur/
[setelah manusia mati, apanya yang disiksa? jasadnya atau ROhnya ?]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/9442
[sekilas tentang kebeRadaan suRga & neRaka]
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=322&Itemid=22
[dOa anak yang shaleh dan siksa kubuR]
http://www.waspada.co.id/islam/artikel.php?article_id=45364
[siksa kubuR]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/7456
[sekedaR tau alam kubuR]
http://aina-alqalby.blogspot.com/2006/10/sekedar-tau-alam-kubur.html
[fitnah kubuR]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/7323
[sebuah Renungan mengingat kematian]
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=251&Itemid=15
[kisah tayangan yang beRlebihan]
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=214449&kat_id=105&kat_id
1=147
[pelajaRan daRi kematian]
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=245&Itemid=15
[fungsi dOa bagi yang sudah meninggal]
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/5174
[dampak beRiman kepada haRi akhiR teRhadap sikap dan peRilaku manusia]
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=80
-perbanyakamalmenujusurgahttp://
www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=342
Sebagian Bentuk Adzab Kubur
Kamis, 11 Agustus 05
Adzab kubur adalah benar adanya, dan ia merupakan salah satu prinsip keimanan yang
dipegang oleh Ahlussunnah wal Jama'ah. Ada beberapa bentuk siksa kubur berdasarkan
penjelasan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya adalah:
Kepala Dijatuhi Batu hingga Hancur
Al-Bukhari di dalam al-Jami' ash-Shahih meriwayatkan dari Samurah bin Jundab radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Sesungguhnya telah datang kepadaku dua malaikat tadi malam (dalam mimpi, red), yang
keduanya diutus supaya mendatangiku. (Dalam mimpi itu) kami mendatangi seorang laki-laki
yang sedang tidur telentang, sedangkan seorang laki-laki yang lain memegang batu besar. Batu
itu lalu dijatuhkan ke kepala laki-laki yang telentang sehingga kepalanya pecah. Batu itu
menggelinding di tempat itu, dan laki-laki yang menjatuhkannya mengikutinya lalu
mengambilnya. Kemudian laki-laki yang dia jatuhi batu itu kepalanya utuh kembali seperti
semula. Lalu laki-laki yang memegang batu mendatanginya lagi dan melakukan hal yang sama
seperti yang dilakukannya pertama kali."
Dalam redaksi lengkap hadits itu terdapat penjelasan tentang keadaan laki-laki yang dijatuhi
batu, bahwa ia adalah orang yang mengambil al-Qur'an, kemudian menentang isinya dan
melalaikan sholat fardhu. Berkenaan dengan perbuatan maksiat ini, maka Allah subhanahu
wata’ala berfirman, artinya,
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya.” (QS. 107:4-5)
Al Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya, "Mereka adalah orang-orang yang lalai, baik
mereka lalai dari mengerjakan shalat di awal waktunya, di mana mereka selamanya atau
umumnya (biasa) mengakhirkannya hingga batas akhir waktunya, atau lalai dari rukun-rukun
dan syarat-syaratnya yang telah diperintahkan kepadanya atau lalai dari kehusyu'an ketika
menunaikannya atau lalai dari merenungkan makna bacaannya. Redaksi hadits tersebut
mencakup semua hal tersebut, tetapi siapa yang ada padanya salah satu dari hal tersebut,
maka ia terkena bagian dari ayat tersebut. Sedangkan siapa yang ada padanya semua hal
tersebut maka ia akan mendapatkan balasan secara utuh dan telah sempurna kemunafikan
dirinya. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/554)
Diceburkan ke Sungai Seperti Darah dan Mulutnya Disumpal Batu.
Hadits tentang hal ini juga diriwayatkan oleh Samurah bin Jundab radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
"Aku bermimpi, dan dalam mimpi itu kami mendatangi sebuah sungai yang airnya berwarna
merah seperti darah. Di dalam sungai itu ada seorang laki-laki yang sedang berenang, di
pinggir sungai berdiri seorang laki-laki yang di sampingnya terdapat tumpukan batu yang
banyak. Laki-laki yang berenang menghampiri laki-laki yang berdiri di pinggir sungai sambil
membuka mulutnya. Kemudian laki-laki yang berdiri di pingggir sungai melemparkan sebuah
batu dan laki-laki yang berenang mencaplok batu itu kemudian ia pergi berenang kembali.
Setelah itu ia menghampirinya lagi, dan setiap kali ia menghampiri laki-laki yang berdiri di
pinggir sungai di samping tumpukan batu, maka laki-laki yang berenang itu selalu membuka
mulutnya."
Dijelaskan bahwa laki-laki yang berenang dan mencaplok batu itu adalah pemakan riba. Ibnu
Hubairah berkata, "Pemakan riba akan disiksa dengan cara disuruh berenang di sungai yang
airnya berwarna merah dan mulutnya akan dijejali dengan batu. Karena asal riba itu terjadi
dalam transaksi emas dan emas itu berwarna kemerah-merahan. Sedangkan malaikat yang
menjejali mulutnya dengan batu adalah isyarat bahwa ia tidak pernah merasa puas dengan
hasrat yang ada. Begitu pula halnya dengan riba, yakni pelakunya berkhayal bahwa hartanya
terus bertambah padahal Allah subhanahu wata’ala membinasakannya di kemudian hari." (Fath
al-Bari 12/455)
Dibakar Dalam Tungku Api
Hadits yang menjelaskan tentang hal ini adalah sebagai berikut:
"Kami datang ke sebuah tempat yang mirip tungku perapian -di dalam riwayat lain dikatakan,
"Bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya lebar lalu di bawahnya dinyalakan api- Nabi saw
bersabda, "Ketika itu di dalamnya terdengar suara gaduh dan jeritan." Beliau mengatakan,
"Kami mengintip keadaan di dalamnya, dan kami melihat sejumlah laki-laki dan wanita dalam
keadaan telanjang, dan dari bawah mereka dinyalakan api yang berkobar. Setiap kali api
dikobarkan dari bawah mereka, maka mereka menjerit kesakitan."
Dalam redaksi lengkap hadits tersebut dijelaskan bahwa mereka adalah para pezina, baik lakilaki
maupun wanita.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan bahwa keadaan mereka yang telanjang adalah disebabkan
hak mereka yang harus ditelanjangi, karena kebiasaan mereka adalah menyepi di tempat
mesum dan mereka disiksa dengan keadaaan sebaliknya. Sedangkan mengapa mereka disiksa
dari bagian bawah, karena perbuatan dosa yang mereka lakukan erat kaitannya dengan anggota
tubuh mereka bagian bawah (kelamin). (Fathul bari 12/443)
Karena itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk menjauhkan diri dari perbuatan dosabesar
tersebut dan menjauhi sebab-sebab yang dapat menjerumuskan ke dalamnya seperti
berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram dan melakukan hal-hal yang dapat
menyebabkabn fitnah, misalnya; Mempertontonkan kemolekan tubuh; Memperlihatkan bagian
tubuh yang mengundang fitnah; Membiasakan mata memandang yang haram; Membiasakan
telinga mendengarkan lagu-lagu tentang syahwat yang menggiring kepada hal-hal yang keji dan
sebab-sebab lainnya.
Mulut Dirobek dan Muka Dirusak
Hadits yang berkaitan dengan hal ini, adalah hadits tentang mimpi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Beliau bersabda,
"Kemudian kami mendatangi seorang laki-laki yang sedang bersandar pada tengkuknya, sedang
seorang laki-laki lainnya berdiri di hadapannya sambil memegang besi bengkok, yakni besi
yang dibengkokkan ujungnya. Kemudian laki laki yang memegang besi menghampiri salah satu
belahan muka laki-laki yang sedang bersandar dan merusak mukanya dengan merobek
mulutnya hingga ke tengkuknya (yakni merobek mukanya dari mulut hingga ke belakang, dari
hidung hingga ke tengkuknya dan dari mata hingga ke tengkuknya.)" Rasulullah bersabda, "
Setelah itu laki-laki yang memegang besi bengkok beralih ke belahan lain dari muka laki-laki
yang sedang bersandar dan melakukan perbuatan yang sama seperti yang dilakukannya
terhadap belahan muka yang pertama. Tidaklah laki-laki yang memegang besi selesai merobek
belahan muka satunya lagi kecuali belahan muka lain utuh kembali seperti semula, dan lakilaki
yang memegang besi menghampirinya kembali dan melakukan hal yang sama dengan yang
dilakukannya pertama kali."
Dalam redaksi lengkap hadits tersebut dijelaskan bahwa laki-laki yang disiksa itu adalah orang
yang keluar dari rumahnya di pagi hari dan melakukan kebohongan yang tersebar luas ke
berbagai penjuru (pelosok).
Mencakar Muka dan Dada Sendiri dengan Kuku dari Tembaga
Di antara orang-orang yang disiksa dalam kubur berdasar mimpi Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah sejumlah kaum yang tergelincir ke dalam perbuatan ghibah (menggunjing dan
mengumpat) yang diharamkan, sebagaimana hal itu dijelaskan dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, seraya
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Ketika aku dimi'rajkan, aku bertemu dengan suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga.
Mereka mencakar muka dan dada mereka. Aku bertanya, "Siapakah mereka itu wahai Jibril?”
Jibril menjawab, "Mereka itu ialah orang-orang yang suka memakan daging manusia (suka
menggunjing) serta merusak kehormatannya." (al-Musnad 3/224 dan Sunan Abu Dawud 4879)
Sumber: Buku “Perjalanan Ruh Setelah Mati” hal 37-44, Khalid bin Abdur Rahman asy-Syayi’.
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=291&Itemid=15
Kematian !!!! Siap Menjemput
Dikirim oleh Kontributor || Rabu, 04 Oktober 2006 - Pukul: 08:23 WIB
Antum pernah lihat acara ulang tahun? Jika ya, tentulah yang berulang tahun pada saat itu
kelihatan gembira. Sebenarnya ini adalah sesuatu yang ironis. Jika seseorang bergembira pada
saat jumlah tahun hidupnya bertambah 1 tahun, maka seharusnya ia bersedih karena jatah
hidupnya telah berkurang 1 tahun. Begitulah, 1 tahun kita lewati hidup ini, 1 tahun pula jatah
hidup kita berkurang. Dan dengan berkurangnya jatah hidup kita, kematian semakin mendekat.
Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman, yang artinya: "Setiap yang berjiwa akan merasakan
kematian, dan tidak akan disempurnakan balasan kamu melainkan pada hari kiamat." (QS: Ali
Imran: 185).
Kematian itu milik semua orang. Dan kematian itu datangnya tiba-tiba. Malaikat maut yang
bertugas mencabut nyawa itu tidak pernah ber-assalaamu'alaikum atau meimnta permisi pada
orang yang akan ia cabut nyawanya. Kita tidak tahu kapan ia datang, dan jika ia datang pun
kita tak bisa menolaknya. Mungkin sebelum kita selesai membaca tulisan ini, kita sudah dicabut
nyawa kita olehnya. Padahal jika kita mati, babak baru hidup kita pun dimulai. Waktu hidup,
kita bisa mempersiapkan diri untuk hari kiamat, tapi jika sudah mati, kesempatan itu musnah
sudah.
Ketika 'Amr bin Abdu Qais menjelang wafat, ia menangis dan berkata, "Aku menangis bukan
karena takut mati, bukan pula karena ingin hidup senang di dunia, melainkan karena telah tiba
pada satu batas waktu di mana aku tidak bisa lagi beribadah di siang hari dan shalat tahajud di
malam hari."
Sudah waktunya kita untuk segera beramal, jangan sampai kita menyesal. Al-Hasan berkata,
"Mengherankan. Orang masih sempat tertawa padahal di belakangnya ada kobaran api (neraka),
dan masih sempat-sempatnya bersenang-senang padahal kematian dari belakangnya "
Dalam kenyataannya ada dua macam akhir hidup, yaitu akhir hidup yang baik atau husnulkhotimah
dan akhir hidup yang buruk atau su'ul-khotimah. Husnul-khotimah adalah akhir
kehidupan seseorang yang beriman kepada Alloh dan percaya pada hari berbangkitnya manusia
dengan bermodalkan taqwa. Jadi iman dan taqwa adalah faktor utama untuk menuju husnulkhotimah.
Dan ketaqwaan yang berujud amal sholih itu adalah wujud dari keimanan. Contoh
husnul-khotimah adalah seseorang yang mati dalam memperjuangkan kalimat Alloh atau
sesorang yang akhir amalannya dalam taat pada Alloh. Rasululloh shallAllohu 'alaihi wa sallam
bersabda, yang artinya, "Siapa saja yang mengucapkan 'Laa ilaaha illaLlaah' pada akhir
hidupnya untuk mencari ridha Alloh , maka ia akan masuk surga. Siapa saja yang berpuasa
pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Alloh , maka dia akan masuk surga. Dan siapa saja
yang bersedekah pada akhir hidupnya untuk mencari ridha Alloh, maka ia akan masuk surga. "
(HR: Ahmad V/391).
Ketika hampir wafat, Amir bin Abdullah menangis dan berkata, "Pada saat kematian seperti ini
seyogyanya orang-orang mau mengambil pelajaran agar dapat beramal sholih. Ya Alloh, hamba
mohon ampunanMu atas segala dosa hamba. Hamba bertaubat dari segala dosa. Laa ilaaha
illaLlaah." Begitulah yang ia ucapkan terus menerus hingga ia meninggal dunia.
Saat hampir wafat, Alla bin Ziyad menangis dan ia ditanya, "Apa yang membuat Anda
menangis?" Ia menjawab, "Demi Alloh, aku ingin menyambut maut dengan tauba." Orang-orang
berkata, "Lakukanlah, semoga Alloh memberi rahmat kepadamu. "Dia meminta untuk bersuci
dan berpakaian baru, lalu ia menghadap kiblat lalu memberi isyarat dengan kepalanya dua kali
dan menelentangkan badan kemudian meninggal dunia.
Mush'ab bercerita, "(Ketika sakit) Amir bin Abdullah bin Zubair bin Awwam mendengar suara
adzan lalu dengan langkah yang berat -karena sakit- meminta untuk dituntun dengan berkata,"
Peganglah tanganku," Dia masuk masjid bersama imam lalu ruku' sekali, setelah itu ia
meninggal dunia.
Sedangkan su'ul-khotimah ialah apabila sewaktu akan meninggal dunia seseorang didominasi
oleh perasaan was-was yang disebabkan keragu-raguan atau keras kepala atau ketergantungan
terhadap kehidupan dunia yang akibatnya ia harus masuk ke neraka secara kekal kalau tidak
diampuni oleh Alloh subhanahu wa ta'ala. Sebab-sebab su'ul-khotimah secara ringkas antara
lain adalah perasaan ragu dan sikap keras kepala yang disebabkan oleh perbuatan atau perkara
dalam agama yang tidak pernah dituntunkan oleh Nabi shallAllohui 'alaihi wa sallam, menundanunda
taubat, banyak berangan-angan tentang kehidupan duniawi, senang dan membiasakan
maksiat, bersikap munafik, dan bunuh diri.
Ibnu Qayyim menyebutkan dari salah seorang saudagar bahwa seseorang di antara kerabatnya
sebelum meninggal dunia ditalqin untuk mengucapkan kalimat tauhid, Laa ilaaha illaLlaah.
Namun ia justru mengucapkan, "Barang ini murah. Barang pembelian itu bagus. Yang ini begini,
yang itu begitu...." dan begitu seterusnya hingga ia mati.
Beliau menyebutkan pula bahwa ada seorang lelaki penggemar musik sedang dalam keadaan
kritis lalu ditalqin agar mengucapkan kalimat tauhid, Laa ilaaha illaLlaah. Tetapi ia justru
menyenandungkan lagu, "Naanana...naanana..." hingga ia mati.
Ibnu Rajab Al-Hambaly mengutip ucapan Abdul Aziz bin Abu Rawwad sebagai berikut, "Aku
pernah melihat seorang lelaki yang dituntun untuk membaca kalimat syahadat menjelang
ajalnya. Namun tragisnya, kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya adalah kalimat yang
justru mengingkari kalimat syahadat, sehingga ia mati dalam keadaan seperti itu. Ketika
kutanyakan siapa dia sebenarnya, ternyata dia adalah peminum minuman keras" Abdul-Aziz lalu
berkata pada para pelayat, "Takutlah kalian dari berbuat dosa. Sebab dosa-dosa itulah yang
mencampakkan dia seperti itu. "
Ada pula yang tanda-tanda su'ul-khotimahnya tampak setelah si malang mati.
Syaikh Al-Qahthany bercerita, "Pernah aku memandikan mayat. Baru saja kumulai, mendadak
warna kulit si mayat berubah jadi hitam legam, padahal sebelumnya putih bersih. Dengan rasa
takut aku keluar dari tempat memandikan. Lalu aku bertemu dengan seorang laki-laki. Aku
bertanya,"Mayat itu milikmukah ?" Ia jawab, "Ya," Aku bertanya lagi, "Apa ia ayahmu?" Ia
menjawab, "Ya." Aku bertanya, "Kenapa ayahmu itu sampai begini?" Ia menjawab, "Sewaktu
hidupnya ia tidak sholat." Maka aku katakan kepadanya, " Urusi sendiri ayahmu, dan
mandikanlah ia !"
Ibnu Qayyim berkata, "Abu Abdullah Muhammad bin Zubair Al-Haiany bercerita pada kami,
bahwa suatu hari selepas Ashar ia keluar rumah untuk berjalan-jalan di taman. Menjelang
matahari tergelincir, ia meratakan sebuah kuburan. Tiba-tiba ia melihat sebuah bola api yang
telah menjadi bara dan di tengahnya ada mayat. Dia usap-usap matanya seraya bertanya pada
dirinya, apakah hal ini mimpi atau kenyataan. Setelah melihat dinding-dinding kota Madinah, ia
baru sadar bahwa hal ini suatu kenyataan.
Dengan rasa takut dan tubuh gemetar, ia pulang. Ketika keluarganya menyuguhi makanan, ia
tidak kuasa memakannya. Setelah cari info ke sana ke mari, akhirnya diperoleh jawaban bahwa
kuburan itu adalah kuburan penguasa yang zalim yang suka korupsi yang kebetulan mati hari
itu."
Kita mohon perlindungan Alloh dari su'ul-khotimah. Kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita
nanti, apakah baik atau buruk. Karena itu hendaknya kita instropeksi diri terhadap iman dan
taqwa kita.
Orang-orang sholih zaman dahulu pun takut akan keburukan akhir hidup mereka. Sufyan Ats-
Tsaury sering menangis sendiri dan berkata, "Aku begitu takut kalau dalam suratan takdir aku
tercatat sebagai orang yang celaka. Atau imanku lepas ketika akan menghadapi maut."
Ketika ajal hampir menjemputnya, Ibrahim An-Nakha-i menangis seraya berkata, " Bagaimana
aku tidak menangis pada saat aku menanti utusan Tuhanku, apakah membawa berita bahwa aku
ke sorga, ataukah ke neraka ?"
Ketika Abu 'Athi'ah menjelang wafat, ia menangis dan ketakutan. Orang-orang bertanya,
"Mengapa Anda ketakutan?" Dia menjawab, "Bagaimana mungkin aku tidak takut pada detikdetik
seperti ini dan kemudian aku akan dibawa ke mana, aku tidak tahu. "Begitulah kehidupan
orang-orang saleh terdahulu. Walau pun sudah terkenal kesalehannya, namun tetap saja
mereka takut pada su-ul khotimah.
Lalu bagaimana dengan kita? Sudah pantaskah kita untuk tidak merasa takut akan su'ulkhotimah?
Padahal mereka, yang tentu lebih baik agamanya dari kita pun masih merasa takut
akan su'ul-khotimah.
Lalu jika kita ingin mati dengan husnul-khotimah dan tanpa su'ul-khotimah, apa yang harus
dilakukan? Simak hadits ini: Dari Ali bin Abu Thalib radhiyAllohu 'anhu dari Nabi shallAllohu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Setiap diri yang telah dihembuskan nyawanya, maka Alloh
telah menentukan tempatnya di surga atau di neraka" Lalu ada seorang shahabat yang
bertanya, " Ya Rasululloh, kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita pasrah pada apa yang
telah ditentukan kepada kita dan kita tidak usah beramal ?" Rasululloh ShallAllohu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Beramallah! Masing-masing akan diberikan kemudahan trehadap apa yang
telah diciptakan untuknya. Adapun yang termasuk orang-orang yang bahagia, maka Alloh akan
memudahkannya melakukan amalan orang-orang yang bahagia. dan adapun yang termasuk
orang-orang yang celaka, maka Alloh akan memudahkannya melakukan amalan orang-orang
yang celaka. "Kemudian beliau membaca firman Alloh: "Adapun orang-orang yang memberikan
(hartanya pada jalan Alloh) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik
(surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orangorang
yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka
kelak Kami kan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar [QS: Al-Lail: 5-10]" (HR: Al-Bukhary dan
Muslim)
Begitulah jawabannya. Tetap saja kita diperintahkan untuk beramal sholih, walaupun celaka
atau bahagianya kita telah ditentukan sejak kita masih di rahim ibu. Sebab siapa saja yang
bertaqwa dan beriman, Alloh akan memudahkan beginya jalan menuju bahagia. Dan tentu saja
kita juga harus menjauhi amal-amal buruk agar Alloh menghindarkan kita dari jalan yang
celaka.
Tentu saja, beramal sholih dan menjauhi maksiat itu ada cara-cara yang jitu untuk
melakukannya. Siapa yang mengetahui cara-cara tersebut dan menerapkannya dalam
kehidupan tentu ia akan bahagia. Maka sudah sewajarnya kita berlomba-lomba mencari tahu
cara-cara tersebut lewat bertanya, membaca buku-buku agama, dan tentu saja dari materimateri
di majelis pengajian.
(Sumber Rujukan: Berbagai Sumber)
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/2269
Konsultasi : Aqidah
Seputar Siksa Kubur, Timbangan
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum wr. wb.
Bapak Ustadz yang terhormat
Saya ada pertanyaan yang sangat awam tentang siksa kubur:
1. Saya tidak ragu dengan akhirat, namun apakah ada dua proses penimbangan, satu di alam
kubur dan satu lagi di akhirat?
2. Bagaimana dengan orang yang meninggal tidak dikuburkan, misalnya di laut, dibakar atau
terbakar karena kebakaran, terkena bom nuklir seperti Hiroshima Nagasaki, yang dasarnya
jasadnya tak ada di kuburan alias telah berubah substansi?
3. Kalau orang mengalami siksa kubur, bagaimana keadilan waktunya antara orang yang diazab
kubur sejak zaman Nabi Adam misalnya dengan orang yang baru meninggal menjelang kiamat?
Pertanyaan ini mungkin mirip perdebatan Asyariah dan Muktazilah.
4. Meninggal hari Jumat bisa selamat dari siksa kubur? Bagaimana penjelasannya? Kalau Allah
SWT telah mentakdirkan si fulan meninggal harinya berbeda-beda, berarti yang meninggal hari
Jumat mendapat keistimewaan?
5. Memanjangkan kain melebihi mata kaki bisa kena siksa kubur? Apakah hal ini masih relevan
di zaman sekarang ketika hampir semua orang (termasuk muslim) memakai celana melebihi
mata kaki?
6. apakah jika orang meninggal dunia didahului oleh rasa sakit perut pertanda dia meninggal
dengan husnul khatimah?
Maaf kalau terlalu banyak, tetapi masih satu topik
Wassalam,
Musabbihah
Musabbihah
Jawaban:
Assalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh,
Al-hamdulillahi Rabbil `Alamin, Washshalatu Wassalamu `Ala Sayyidil Mursalin, Wa `Alaa Aalihi
Wa Ashhabihi Wa Man Tabi`ahu Bi Ihsanin Ilaa Yaumiddin, Wa Ba`d,
1. Pertanyaan Anda berkaitan dengan proses penimbangan ini perlu diklarifiasi secara tegas.
Karena ada istilah mizan yang maknanya adalah penimbangan dan ada istilah hisab yang
maknanya penghitungan atas amal.
Mizan ataus penimbangan maknanya adalah bahwa amal setiap manusia akan ditimbang
beratnya baik amal yang baiknya atau amal yang buruknya.
Allah SWT berfirman :
"Dan adapun orang-orang yang berat timbangan nya, maka dia berada dalam kehidupan yang
memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan nya, maka tempat kembalinya
adalah neraka Hawiyah. (Al-Qariah : 6-9).
Sedangkan hisab maknanya adalah penghitungan, yaitu berupa ketetapan atau keputusan Allah
kepada hamba-Nya sebelum berangkat ke padang mahsyar atas semua perbuatannya baik atau
buruk secara terperinci dan bukan hanya hasil penimbangan global, kecuali apa yang
dikecualikan.
Sehingga secara umum kita bisa membedakan antara mizan dan hisab, yaitu mizan adalah
penimbangan amal manusia secara umum dimana hasilnya sekedar memberi informasi global,
amal manakah yang lebih berat. Sedangkan hisab adalah rincian dari setiap amal tersebut,
maka yang baik dan mana yang buruk atau mana yang diterima dan mana yang ditolak oleh
Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
"Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka
apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitung amal perbuatan itu, padahal mereka telah
melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS.Al-Mujadilah : 6).
Hisab itu sendiri akan dilakukan saat manusia keluar dari kuburnya yaitu pada hari kiamat,
sedangkan mereka dalam keadaan tidak ingat apa yang telah mereka lakukan di dunia.
Sedangkan yang dialam kubur adalah proses dimana setiap orang akan ditanya oleh Malaikat
Munkar dan Nakir tentang masalah aqidah yang paling dasar, yaitu tentang Allah, Muhammad
dan Kitab Suci yang dikutinya.
2. Orang yang sudah wafat, maka jasadnya akan hancur dan tidak berbentuk lagi. Buat orang
yang tidak punya iman, maka kehancuran jasad dianggap akhir dari perjalanan manusia dan
tidak ada kamus dibangkitkan kembali untuk mempertanggung-jawabkan apa yang telah
diperbuat.
Allah SWT berfirman :
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan
kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali
tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.(QS.
Al-Jaatsiyah : 24)
Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang
hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?"(QS.
Al-Isra : 49).
Dan berkata manusia: "Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan
dibangkitkan menjadi hidup kembali?" Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa
sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali? Demi
Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama syaitan, kemudian akan Kami
datangkan mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut. (QS. Maryam : 67-68).
Sebaliknya, dalam kacamata aqidah Islam, kehancuran jasad manusia bukan berarti urusannya
telah selesai. Ada alam kubur, ada alam barzakh dan ada alam akhirat, surga dan neraka dan
seterusnya. Di semua alam itu, seorang manusia akan 'dihidupkan' kembali oleh Allah Yang Maha
Pencipta secara lengkap.
Ketika kita menyebut alam kubur, maka jangan samakan dengan kuburan. Ini adalah dua hal
yang berbeda. Apalagi bila seorang ingin melihat proses datangnya Malaikat Munkar dan Nakir
yang bertanya kepada mayat dengan menggunakan infra-red atau penginderaan satelit, sudah
jelas tidak akan bisa dilakukan.
Kenapa ? Karena alamnya berbeda dan hukum fisikanya pun jelas berbeda. Sehingga
pendeteksian dengan beragam teknologi penginderaan versi ciptaan manusia sama sekali tidak
bisa dilakukannya. Kalau pun terdeteksi, hanya jasad pisik biologis saja yang kelihatan hancur
dan dimakan belatung dan akhirnya menjadi tanah.
Tapi dengan kacamata alam lain atau dimensi lain, tidak sesederhana itu prosesnya. Alam atau
dimensi lain yang kita sebut itu dalam bahasa aqidahnya disebut alam ghaib. Sebuah sebutan
untuk mempermudah. Ghaib artinya kita tidak mengenalnya atau asing. Wujud makhluk dan
ciptaan Allah termasuk manusia di alam ghaib itu tidak bisa dikenali hanya dengan tekonologi
manusia yang terbatas dan sederhana. Terbuat dari apa yang bagaimana struktur tubuhnya,
tidak bisa diterangkan dengan ilmu bilogi dan faal tubuh manusia ini.
Jadi ketika seseorang dihidupkan kembali oleh Allah, jasadnya dikembalikan ke ruhnya dan
jadilah dia seorang manusia yang hidup di alam yang lain. Dan proses mengembalikan jasad itu
bukan hal sulit buat Allah. Sehingga kalau ada pertanyaan tentang bagaimana jasad orang mati
dimakan harimau, tenggelam di laut, atau badannya hancur menjadi serpihan kecil akibat
ledakan bom, maka jawabannnya mudah saja.
Bila kita perhatikan, jasad kita ini setiap hari mengalami pergantian sel. Sel-sel baru dari
proses makan yang kita lakukan tiap hari akan menggantikan sel-sel lama. Sehingga bisa
dikatakan setiap hari kita berganti unsur pembentuk jasad. Bisa kita katakan bahwa tubuh kita
ini selalu dalam proses pembentukan jasad baru meski zahirnya kita yang lihat selalu utuh.
Padahal setiap hari berganti.
Untuk membayangkan secara mudah, bila kita terluka dan kulit terkelupas atau dagingnya
tergores, maka secara otomatis tubuh kita akan melakukan perbaikan dan pembaharuan serta
mengganti kulit dan daging yang terluka itu. Dan sel-sel yang baru akan menggantikan sel yang
hilang. Sel itu sendiri kita dapat dari makanan yang kita setiap hari.
Kalau kita bayangkan secara teknologi ke depan, maka sekedar untuk membentuk tubuh
manusia, kita bisa melakukan dengan menciptakan teknologi sedemikian rupa yang bisa
memproses tumbuhnya sel dalam waktu cepat, sehingga seorang bayi yang baru lahir misalnya,
bisa dengan cepat tumbuh menjadi dewasa dan sempurna. Secara nalar sederhana,
kemungkinan dikuasainya teknologi ini masuk akal. Buktinya pada tumbuhan dan hewan hal itu
mudah dilakukan. Misalnya, ayam broiler yang kita makan sehari-hari adalah hasil dari rekayasa
teknologi sehingga meski usia anak ayam itu baru 30-40 hari, tapi badannya sudah besar dan
lebih besar dari ayam dewasa normal lainnya.
Bila kita bandingkan dengan teknologi Allah, maka terlalu amat sangat mudah buat Sang Maha
Pencipta untuk membentuk kembali tubuh manusia yang sudah musnah dalam sekejap. Bahkan
meski pun yang diinginkan adalah unsur / sel pembentuk tubuh yang sebelumnya, juga tidak
ada masalah. Proses mengembalikan jasan manusia sama sekali bukan kendala buat Allah Yang
Maha Kuasa.
3. Kasus yang sama juga berlaku dengan ukuran waktu. Selama ini di alam nyata kita hanya
mengenal garis waktu secara linier saja, sehingga ukuran waktu bisa menjadi sama di manamana.
Sekali lagi, Allah Maha Pencipta dan Dia-lah yang menciptakan waktu. Sehingga
relativitas waktu yang sering disenandungkan ilmuwan, bukan sesuatu yang aneh di alam lain
itu.
Sehingga orang yang menunggu terjadi hari kiamat di alam kubur sejak zaman nabi Adam bisa
saja hanya merasakan dua tiga detik saja. Dan sebaliknya, orang yang mati satu hari sebelum
matahari terbit di barat, bisa saja dia merasakan menunggu dua ratus juta tahun sampai
terjadinya hari kiamat.
Ketika kita bicara alam ghaib atau alam akhirat, maka dimensi waktu yang berlaku secara fisika
di alam nyata kita ini menjadi tidak berlaku disana. Dan semua itu adalah di bawah KEMAHAKUASAAN
Allah SWT.
4. pending
5. Masalah memanjang kain hingga melewati mata kaki termasuk perkara yang perlu diperjelas
motivasinya. Tidak semata-mata melakuka itu lantas masuk neraka. Kalau kita perhatikan
kontek wurud hadits yang berbicara tentang hal itu, maka kita akan dapati bahwa hadits-hadits
itu ada dalam bab riya` atau menyombongkan diri.
Dalam nash hadits, masalah isbal atau memanjangkan kain melebihi mata kaki ini memang
banyak disebutkan. Diantaranya adalah hadits-hadits berikut :
?Makan, minum, berpakaian dan bersedekahlah dengan tidak israf (berlebihan) dan
makhilah? HR. Bukhari
?Kain yang di bawah mata kaki tempatnya di neraka? HR. Bukhari
?Orang yang memanjangkan kainnya karena riya`, Allah tidak akan melihatnya di hari
kiamat?. Hr. Malik, Abu Daud, An-Nasai dan Ibnu Majah.
Siapa yang memanjangkan pakaiannya karena khaila`(karena sombong dan bangga diri), Allah
tidak melihatnya pada hari kiamat. Abu Bakar As-Shiddiq ra berkata,?Ya Rasulullah, kainku ini
longgar namun aku tetap menjaganya. Rasulullah SAW bersabda,?Kamu bukan termasuk orang
yang sombong dan bangga diri. HR. Bukhari dan Muslim
Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan hal itu. Namun berkaitan dengan
bentuk hukum yang diistimbat, para ulama berbeda pandangan tentang keharamannya.
Sebagian ulama mengaitkan hubungan antra isbal dengan motifnya, yaitu sombong dan bangga
diri. Sehingga isbal itu menjadi haram bila motvasinya adalah riya, sombong dan bangga diri.
Sedangkan bila tidak disertai dengan motif tersebut, maka hukumnya boleh.
Namun sebagian ulama lainnya menetapkan secara mutlak keharamannya, lepas dari apa
motivasinya.
Para ulama yang mengaitkan hubungan antara isbal dengan motif sombong mendasrkan
pendapat mereka dengan hadits Abu Bakar, dimana beliau menanyakan hukum isbal itu. Dan
ternyata Rasulullah SAW membolehkan Abu Bakar memanjangkan kainnya karena Rasulullah
SAW tahu bahwa motifnya bukan riya dan sombong.
Diantara ulama yang mendukung pendapat ini antara lain adalah Al-Imam An-Nawawi dan Al-
Hafiz Ibnu Hajar serta banyak lagi diantara para pensyarah hadits.
Paling tidak, hukum isbal itu tidak mutlak satu pendapat, karena masih didapat perbedaan
pandangan diantara para ulama salaf sendiri tentang kemutlakan haramnya.
Namun sebagai bentuk keluar dari khilaf, ada baiknya bila seseorang berusaha agar tidak
melakukan hal yang akan menimbulkan perbedaan dan kihlaf.
6.pending
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=345&Itemid=13
Anjuran dan Larangan dalam Urusan Jenazah
Dikirim oleh Kontributor || Ahad, 19 November 2006 - Pukul: 04:08 WIB
Prosesi jenazah dalam Islam memiliki makna yang sangat besar. Selain bisa mengingatkan orang
akan kematian juga mempunyai keutamaan dan bisa mendatangkan pahala, sebagaimana sabda
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, yang artinya: "Barangsiapa yang mengantarkan jenazah
seorang muslim karena iman dan mengharap pahala sedang ia selalu menyertai jenazah tadi,
sampai di shalati dan selesai dikubur, maka ia akan membawa pulang pahala dua qirath,
sedang satu qirath adalah sebesar gunung Uhud" (Shahihul Jami' No. 6136)
Demikian besar keutamaan mengikuti prosesi jenazah ini, namun perlu diketahui, bahwa untuk
memperoleh keutamaan tersebut tentu kita tidak boleh sembarangan dalam melaksanakan
proses mengurus jenazah tadi. Karena pahala tadi dijanjikan oleh Nabi Shalallaahu alaihi
wasalam, maka tentunya prosesi jenazah yang dilakukan harus mengikuti petunjuknya sebab
merupakan suatu yang aneh jika kita mengharapkan pahala atau keutamaan, namun cara yang
dianjurkan untuk memperolehnya tidak dilakukan dan bahkan cenderung menyelisihi.
Tulisan singkat ini akan memberikan beberapa penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan jenazah, perkara-perkara yang dibolehkan dan juga beberapa hal yang dilarang
berkaitan dengannya, semoga bermanfaat.
· Dibolehkan seseorang yang akan meninggal untuk berwasiat memberi-kan hartanya
(kepada selain ahli waris) dengan batas maksimal sepertiganya, dan bagi orang yang
menunggui di saat menjelang kematiannya di sunnahkan untuk menuntunnya membaca
(mentalqin) kalimat syahadat, la ilaha illallah supaya ucapan di akhir hayatnya adalah
kalimat tauhid. Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya: "Barang
siapa yang akhir ucapannya adalah la ilaha illallah (tiada sesembahan yang haq kecuali
Alloh) maka dia masuk surga." (HR: Abu Dawud dan al-Hakim dari Muadz bin Jabal
Radhiallaahu anhu ) Yang demikian adalah bagi orang yang mengucapkan, meyakini
serta mengamalkan konsekuensi kalimat tersebut semasa hidupnya, dan dia tidak
pernah melakukan sesuatu perbuatan yang d apat membatalkannya. Ini merupakan
salah satu dari tanda-tanda husnul khatimah, dan selain itu, ada beberapa tanda lain
dari husnul khatimah seperti meninggal ketika sedang melakukan amal shalih, syahid
atau meninggal fi sabilillah, meninggal karena tha'un (kolera/pes), sakit perut,
tenggelam, terbakar, TBC, tertimpa reruntuhan atau longsoran. Juga meninggal di masa
nifas bagi wanita setelah melahirkan.
· Jika ia telah meninggal dunia, maka dianjurkan memejamkan mata-nya, menutupinya,
dan memohonkan rahmat kepada Allah untuknya, kemudian keluarganya (ahlinya)
supaya bersegera dalam melaksanakan prosesi jenazah, tidak perlu disemayamkan
sampai berhari-hari. Bagi keluarganya juga di haruskan untuk cepat-cepat
menyelesaikan hutang yang ditanggung oleh si mayit (jika ia berhutang).
· Dibolehkan membuka wajah orang yang meninggal, lalu mencium dahinya (antara dua
matanya), dan bagi keluarga yang ditinggal supaya bersabar atas takdir Allah yang
menimpanya, janganlah mereka marah (meratapi) atas musibah tersebut.
· Disunnahkan berwudhu bagi orang yang mengangkat jenazah atau membawanya dan
tidak wajib baginya mandi. Jenazah hendaknya di bawa dengan tenang , khusyu' sambil
mengingat akhirat dan kematian.
· Disunnahkan memasukkan mayit ke dalam kubur, dengan meletakkan di atas lambung
kanannya, serta posisi wajah menghadap ke kiblat, seraya mengucapkan,
Artinya, "Dengan menyebut nama Alloh, dan atas jalan Rasululloh." Setelah itu ditimbun
dengan tanah, kubur hendaknya dibiarkan apa adanya, yakni tidak boleh dimarmer atau
di semen, kuburan juga tidak boleh ditinggikan atau di bangun, lalu dicat atau dikapur.
· Bagi orang yang hadir di kuburan hendaknya jangan terburu-buru untuk bubar, namun
supaya diam sejenak untuk mendo’akan mayit dengan cara masing-masing berdo’a
sendiri-sendiri, bukan salah seorang berdo’a lalu diamini oleh yang lainnya. Rasululloh
Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya:“Mohonlah ampunan untuk
saudaramu (mayit yang baru selesai di makamkan) dan mohonkanlah untuknya agar
Allah menetapkannya (dengan kalimat tauhid) karena dia sekarang sedang ditanya.”
(HR: Abu Dawud dan Al-Hakim)
· Disyariatkan untuk ta'ziah (mengibur) keluarga mayit dengan kalimat-kalimat yang baik
dan sesuai, dan ta'ziah ini boleh sampai tiga harinya. Contoh kalimat untuk menghibur/
membesarkan hatinya misalnya: "Sungguh hanya milik Alloh apa-apa yang Dia ambil,
sama juga apa yang Dia berikan adalah milikNya, segala sesuatu adalah hanya milikNya,
dan pasti ada batasnya sampai ajal yang telah ditentukan, maka sabarlah dan mohonlah
pahala atas musibah ini." Dan kalimat-kalimat lain semisal yang tidak menyelisihi
syari'at, namun pada intinya adalah untuk menguatkan hati keluarga yang ditinggal
supaya bersabar, menerima dan ridha dengan takdir Alloh, sehingga tidak larut dalam
kesedihan yang berkepanjangan.
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
· Membacakan surat Yaasin untuk si mayit bukan termasuk ajaran Islam, karena tidak ada
hadits shahih yang menjelaskan masalah ini. Bahkan dalam surat Yaasin tersebut ada
satu ayat yang menjelaskan bahwa Al Qur'an ini adalah pering atan bagi orang yag
hidup: “Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup
(hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” (QS: 36:
70)
· Dilarang niyahah (meratap) atas kematian seseorang apalagi sampai berteriak-teriak
dan meraung-raung menangis, menampar pipi dan merobek baju, ini semua termasuk
perkara-perkara jahiliyah.
· Jika seseorang meninggal dunia, maka diutamakan agar dikuburkan di negri tempat
meninggalnya tersebut. Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam pernah memerintahkan
untuk membawa pulang jenazah yang rencananya akan di bawa ke Madinah, beliau
memerintahkan agar jenazah tersebut di makamkan di negri tempat dia meninggal.
· Tidak dibolehkan menshalatkan orang yang murtad (keluar dari Islam) atau orang yang
tidak pernah shalat (karena para ulama menghukumi, bahwa orang yang tidak pernah
shalat, maka dia adalah kafir, pen), tidak pula memintakan ampun buat mereka.
Mereka juga tidak ada hak saling mewarisi dan tidak boleh di kuburkan di pekuburan
orang muslim.
· Termasuk kesalahan yang sering dilakukan oleh sebagian orang adalah
mengangkat/mengeraskan suara di depan jenazah misalnya menyerukan kalimat
tauhid, memanggil-manggilnya, menyebutkan syahadat dengan sangkaan, bahwa yang
demikian memberi manfaat kepadanya, padahal Alloh telah berfiman, yang artinya:
“Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan
(tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka
telah berpaling membelakang.” (QS: 27: 80)
· Mengumandangkan adzan di kubur adalah tidak ada tuntunannya di dalam Islam, baik
itu ketika jenazah dimakamkan ke liang kubur atau setelah selesainya penguburan.
Mereka mengira ini bisa mengingatkan si mayit. Bisa jadi mayit yang diadzankan itu
masa hidupnya termasuk orang yang sering mendengar adzan, namun tidak memenuhi
panggilan adzan tersebut. Dan bukankah adzan adalah panggilan untuk shalat
sedangkan shalat merup akan kewajiban orang Islam yang masih hidup?!
· Termasuk hal yang tidak benar adalah mengumpulkan orang, menyembelih binatang
(kambing atau sapi) dan makan-makan di tempat keluarga mayit, bahkan tidak jarang
ada yang berlebih-lebihan atau terkadang memaksakan diri dalam hal ini. Yang
dianjurkan adalah membuatkan makan untuk keluarga mayit, karena mereka sedang
dalam keadaan duka, sehingga mungkin tidak sempat untuk mema-sak, bukan
sebaliknya makan-makan di rumah mereka.
· Ada sebagian orang yang memberi persaksian, bahwa si mayit termasuk ahli iman,
orang baik dan orang shaleh padahal kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya.
Persaksian seperti ini tidak ada gunanya di hadapan Alloh, karena Dia Maha Tahu atas
segala sesuatu.
· Banyak orang yang menaburkan bunga, biji-bijian (misal, beras kuning) atau jenis-jenis
tanaman lain di atas kuburan. Hal ini juga tidak memberi manfa’at bagi orang yang
meninggal. Yang memberi manfaaat baginya adalah amal shalehnya: "Dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," (QS: 53: 39)
· Termasuk hal baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan juga para shahabatnya
adalah mengadakan acara-acara tertentu di mana orang-orang berkumpul, dudukduduk
dan tidak jarang sampai menutup jalan umum, biasanya selama tiga hari
berturut-turut. Hal ini bisa mengganggu jalan sesama muslim dan memperlambat
urusan mereka, disamping acara tersebut memang tidak pernah dicontohkan di dalam
agama Islam.
· Termasuk hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa, banyak para pelayat (orang yang
berta'ziyah) ketika jenazah selesai dikuburkan tidak mendo’akan untuknya. Namun
segera bubar lalu berbaris di pintu gerbang makam untuk menghibur (ta'ziyah) kepada
keluarga mayit, satu per satu memegangi pudak keluarga mayit tersebut.
· Merupakan hal yang baru juga: menulis ayat-ayat Al Qur'an di kiswah (kain penutup)
jenazah, menyembelih binatang di sekitar pintu rumah setelah jenazah dibawa keluar,
menyediakan tempat/ruangan khusus untuk orang yang berta'ziyah, serta berdiri menghadap
ke kuburan sambil bersedekap seperti shalat ketika mendo’akan mayit.
(Sumber Rujukan: Buletin Darul Wathan “Al-Mamnu’ wal Jaiz fi Tasyi’ Al-Janaiz”)
http://labbaik.wordpress.com/2006/03/20/dalil-tentang-siksa-adzab-kubur/
Dalil Tentang Siksa (adzab) Kubur
Syaikh Al-Albany ditanya :”Ada sebagian orang yang berkata bahwa apabila terdapat sebuah
hadits yang bertentangan dengan ayat Al-Qur’an maka hadits tersebut harus kita tolak
walaupun derajatnya shahih. Mereka mencontohkan sebuah hadits : “Sesungguhnya mayit akan
disiksa disebabkan tangisan dari keluarganya.” Mereka berkata bahwa hadits tersebut ditolak
oleh Aisyah Radliyallahu ‘anha dengan sebuah ayat dalam Al-Qur’an surat Fathir ayat 18
:”Seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.” Bagaimana kita membantah pendapat
mereka ini ?”.
Jawaban beliau :”Mengatakan ada hadits shahih yang bertentangan dengan Al-Qur’an adalah
kesalahan yang sangat fatal. Sebab tidak mungkin Rasulullah SAW yang diutus Allah memberikan
keterangan yang bertentangan dengan keterangan Allah sebagai yang mengutus, bahkan sangat
tidak mungkin hal itu terjadi. Dari segi riwayat/sanad, hadits di atas sudah tidak terbantahkan
lagi ke-shahih-annya. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Umar bin Khattab dan
Mughirah bin Syu’bah, yang terdapat dalam kitab hadits shahih (Bukhari dan Muslim). Adapun
dari segi tafsir, hadits tersebut sudah ditafsirkan oleh para ulama dengan dua tafsiran sebagai
berikut :
1.Hadits tersebut berlaku bagi mayit yang ketika hidupnya dia mengetahui bahwa keluarganya
(anak dan istrinya) pasti akan meronta-ronta (nihayah) apabila dia mati. Kemudian dia tidak
mau menasihati keluarganya dan tidak berwasiat agar mereka tidak menangisi kematiannya.
Orang seperti inilah yang mayitnya akan disiksa apabila ditangisi oleh keluarganya. Adapun
orang yang sudah menasihati keluarganya dan berpesan agar tidak berbuat nihayah, tapi
kemudian ketika dia mati keluarganya masih tetap meratapi dan menangisinya (dengan
berlebihan), maka orang-orang seperti ini tidak terkena ancaman dari hadits tadi.
Dalam hadits tersebut, kata al-mayyit menggunakan hurul alif lam (isim ma’rifat) yang dalam
kaidah bahasa Arab kalau ada isim (kata benda) yang di bagian depannya memakai huruf alif
lam, maka benda tersebut tidak bersifat umum (bukan arti dari benda yang dimaksud). Oleh
karena itu, kata “mayit” dalam hadits di atas adalah tidak semua mayit, tapi mayit tertentu
(khusus). Yaitu mayit orang yang sewaktu hidupnya tidak mau memberi nasihat kepada
keluarganya tentang haramnya nihayah.
Demikianlah, ketika kita memahami tafsir hadits di atas, maka kini jelaslah bagi kita bahwa
hadits shahih tersebut tidak bertentangan dengan bunyi ayat :”Seseorang tidak akan memikul
dosa orang lain.” Karena pada hakikatnya siksaan yang dia terima adalah akibat
kesalahan/dosa dia sendiri yaitu tidak mau menasihati dan berdakwah kepada keluarga. Inilah
penafsiran dari para ulama terkenal, di antaranya Imam An-Nawawi.
2.Adapun tafsiran kedua adalah tafsiran yang dikemukakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Rahimahullah di beberapa tulisan beliau bahwa yang dimaksud dengan adzab (siksa) dalam
hadits tersebut adalah bukan adzab kubur atau adzab akhirat melainkan hanyalah rasa sedih
dan duka cita. Yaitu rasa sedih dan duka ketika mayit tersebut mendengar rata tangis dari
keluarganya.
Tapi menurut saya (Syaikh Al-Albani), tafsiran seperti itu bertentangan dengan beberapa dalil.
Di antaranya adalah hadits shahih riwayat Mughirah bin Syu’bah : “Sesungguhnya mayit itu akan
disiksa pada hari kiamat disebabkan tangisan dari keluarganya.” Jadi menurut hadits ini, siksa
tersebut bukan di alam kubur tapi di akhirat, dan siksaan di akhirat maksudnya adalah siksa
neraka, kecuali apabila dia diampuni oleh Allah, karena semua dosa pasti ada kemungkinan
diampuni oleh Allah kecuali dosa syirik. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :”Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa-dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’ : 48).
Banyak hadits-hadits shahih dan beberapa ayat Al-Qur’an yang mengatakan bahwa seorang
mayit itu tidak akan mendengar suara orang yang masih hidup kecuali saat tertentu saja. Di
antaranya (saat-saat tertentu itu) adalah hadits riwayat Bukhari dari shahabat Anas bin Malik
Radliyallahu ‘anhu :”Sesungguhnya seorang hamba yang meninggal dan baru saja dikubur, dia
mendengar bunyi terompah (sandal) yang dipakai oleh orang-orang yang mengantarnya ketika
mereka sedang beranjak pulang, sampai datang kepada dia dua malaikat.”
Kapan seorang mayit itu bisa mendengar suara sandal orang yang masih hidup ?. Hadits tersebut
menegaskan bahwa mayit tersebut hanya bisa mendengar suara sandal ketika baru saja dikubur,
yaitu ketika ruhnya baru saja dikembalikan ke badannya dan dia didudukkan oleh dua malaikat.
Jadi, tidak setiap hari mayit itu mendengar suara sandal orang-orang yang lalu lalang di atas
kuburannya sampai hari ki amat. Sama sekali tidak.
Seandainya penafsiran Ibnu Taimiyyah di atas benar, bahwa seorang mayit itu bisa mendengar
tangisan orang yang masih hidup, berarti mayit tersebut bisa merasakan dan mendengar apa
yang terjadi di sekelilingnya, baik ketika dia sedang diusung atau dia dimakamkan, sementara
tidak ada satupun dalil yang mendukung pendapat seperti ini.
Hadits selanjutnya adalah :”Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-malaikat yang bertugas
menjelajah di seluruh permukaan bumi untuk menyampaikan kepadaku salam yang diucapkan
oleh umatku.” Seandainya mayit itu bisa mendengar, tentu mayit Rasulullah SAW lebih
dimungkinkan bisa mendengar. Mayit beliau jauh lebih mulia dibandingkan mayit siapapun,
termasuk mayit para nabi dan rasul. Seandainya mayit beliau SAW bisa mendengar, tentu beliau
mendengar salam dari umatnya yang ditujukan kepada beliau dan tidak perlu ada malaikatmalaikat
khusus yang ditugasi oleh Allah untuk menyampaikan salam yang ditujukan kepada
beliau. Dari sini kita bisa mengetahui betapa salah dan sesatnya orang yang ber-istighatsah
(minta pertolongan) kepada orang yang sudah meninggal, siapapun dia. Rasulullah SAW adalah
orang yang paling mulia di sisi Allah dan beliau tak mampu mendengar suara orang yang masih
hidup, apalagi selain beliau. Hal ini secara tegas diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat
Al-A’raf ayat 194 : “Sesungguhnya yang kalian seru selain Allah adalah hamba juga seperti
kalian. “Juga di dalam surat Fathir ayat 14 : “Jika kalian berdo’a kepada mereka, maka mereka
tidak akan mendengar do’a kalian.”
Demikianlah, secara umum mayit yang ada di dalam kubur tidak bisa mendengar apa-apa
kecuali saat-saat tertentu saja. Sebagaimana yang sudah diterangkan dalam beberapa ayat dan
hadits di atas.
(Dikutip dari “Kaifa yajibu ‘alaina annufasirral qur’anil karim” edisi bahasa In donesia “Tanya
Jawab dalam Memahami Isi Al-Qur’an”)
http://www.perpustakaan-islam.com/fatawa/detail.php?kategori=Manhaj&id_fatawa=8
Kemasukan Ruh Kiai
Pertanyaan :”Di kampung saya, ada seorang pemuda yang bisa kemasukan ruh para guru besar
Islam dan kiai yang sudah meninggal. Masyarakat meminta doa kepada kiai yang masuk tubuh
pemuda itu. Apakah hal itu dibenarkan dalam agama Islam ? Wassalam” , -
Spar Abdullah, Jalan Andi Tonra, Majene.
Jawaban :”Pertanyaan Saudara Spar Abdullah tidak cukup ruang untuk memberi
penjelasan tentang masalah gaib. Untuk sementara, cukuplah dikutipkan pendapat Yusuf
Qardawi tentang ruh manusia. Ruh manusia tetap ada setelah meninggal dunia. Ia tak binasa
bersama hancurnya tubuh kasar. Ia bisa merasakan nikmat atau pun azab (QS.Ali ‘Imran (3) :
169-170). Tetapi, kita tidak boleh percaya bahwa ruh orang yg sudah meninggal itu akan datang
mencampuri urusan yg tidak berguna baginya. “Pendapat Qardawi itu diperkuat oleh Ustaz
Hasan Abdul Wahab, ahli masalah ruh dan tulisannya banyak dimuat di harian al-Jumhuriyah,
Mesir, mengatakan, “Saya yakin bahwa yang dianggap sebagai ruh orang mati yang melakukan
penyusupan pada diri manusia adalah ulah setan atau jin yang bertujuan mengguncangkan
akidah.” Dalam hadis Rasulullah saw. diceritakan, “Seorang anak yang kemasukan jin, maka
Nabi mengatakan, ‘Keluarlah! Aku Rasulullah saw.” Kemudian anak itu terbebas dari
kesurupan.”
(H.R. Ahmad).
Dengan demikian, pemuda yang menganggap dirinya kesurupan ruh kiai, kemungkinan ia
kemasukan salah satu dari jin atau setan. Ia tidak perlu dipercayai dan dengan sendirinya
dilarang memohon pertolongan kepadanya untuk didoakan. Wallahu ‘alam bissawab.
http://www.fajar.co.id/ramadan/news.php?newsid=90
Labbaik, edisi : 019/th.02/DzulQoidah-Dzulhijjah/1426H/2006M
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/9442
Konsultasi : Aqidah
Setelah Manusia Mati, Apanya Yang Disiksa? Jasadnya Atau Rohnya ?
Pertanyaan:
Assalamualaikum WW
saya mengucapkan semoga tim syariah online slalu sehat dan bertambah maju aja websit ini
dan slalu jadi pemecah masalah yang ada. Amin
Saya pernah mendengar dan membaca dalam Alqur'an tentang kejadian manusia:
Yaitu apabila kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya rohKu...
Alqur'an shaad 72.
Pertanyaannya:
apabila manusia meninggal dunia jasad dikubur dan hancur kembali ketanah sedangkan roh
kembali kepadaNya, jadi apanya yang disiksa??sedangkan roh kepunyaan Allah.
sekian atas pertanyaanya saya ucapkan terimakasih
wassalammulaikum WW
Hendri
Jawaban:
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba?d.
Ketika manusia kafir dan berdosa disiksa di kubur atau di neraka, maka yang disiksa adalah
jasadnya. Jasad itu akan dibentuk lagi oleh Allah SWT nanti setelah sempat untuk beberapa
saat roh meninggalkan jasad. Memang secara pisik jasad itu hancur, namun Allah SWT akan
membentuk ulang jasadnya. Dan hal seperti ini sama sekali tidak sulit bagi-Nya.
Secara ilmiyah pun di dunia saat ini bisa dijelaskan dengan mudah. Yaitu realtias bahwa
sesungguhnya jasad kita ini selalu berganti setiap saat. Setiap hari ada bagian dari jaringan
tubuh kita yang usang, rusak dan terlepas. Lalu digantikan dengan jaringan baru. Jaringan baru
ini kemudain menjadi bagian dari tubuh kita. Setiap sel tubuh kita selalu mengalami
peremajaan dan pembaruan. Dan sel baru yang menggantikan sel lama itu terus menerus
terbentuk sejak janin di perut ibunya hingga lahir menjadi kanak-kanan, remaja, dewasa dan
sampai manusia itu mati.
Sedangkan bagaimana kemudian setiap sel itu bisa membentuk tubuh manusia tanpa berubah,
ada sebuah program yang menjadi master plan atau menjadi kerangka acuan pembentukan
tubuh manusia. Program itu adalah struktur canggih DNA kita. DNA itulah yang menjadi acuan
bagi pembentukan tubuh manusia. Sedangkan bahan baku tubuh manusia itu selalu berganti
tanpa kita rasakan dan secara sunnatullah akan membentuk diri menjadi bagian dari tubuh
manusia.
Jadi tubuh kita ini setiap hari mengalami peluruhan namun pada saat bersamaan juga
mengalami pembaruan. Semua terjadi tanpa kita rasakan. Dan ini adalah fenomena nyata dan
ilmiyah.
Maka ketika kita diberitahu Allah SWT bahwa nanti di akhirat jasad ini akan dibentuk lagi,
bukan hal yang aneh dan perlu dipertanyakan, bukan ? Apalagi buat kita yang sudah mengerti
bagaimana sistem terbentuknya tubuh kita ini.
Mungkin kalau manusia jaman dulu yang belum kenal teknologi, kita bisa maklum kalau sampai
terheran-heran dengan proses pembentukan tubuh kembali. Bacalah firman Allah SWT dalam
Al-Quran tentang pertanyaan orang kafir zaman dahulu mengingkari pembentukan ulang tubuh
manusia pasca kematian.
Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda
yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang
baru?" (QS. Al-Isra` : 49)
Mereka berkata: "Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan
tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan ? (QS. Al-
Mukminun : 82)
Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang,
apakah benar-benar kami akan dibangkitkan ? (QS. As-Shaaffaat : 16)
Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang
belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?, (QS. Al-
Waqi`ah : 47)
Semua ini adaah pertanyaan wajar dari manusia kafir zaman sebelum ditemukannya ilmu
pengetahuan. Sehingga proses membentuk ulang tubuh manusia dianggap hal yang aneh, ganjil
dan kemudian diingkari. Sedangkan orang kafir zaman sekarang tentu tidak layak lagi kalau
bertanya demikian, karena di dunia ini pun kita sekarang tahu bahwa ada sebuah proses
pembentukan tubuh manusia yang terjadi setiap saat. Namun mereka mengingkarinya kalau
semua ini adalah ciptaan Allah SWT. Mereka hanya mengatakan bahwa semua proses ini adalah
sekedar ?KEAJAIBAN ALAM?.
Jasad Manusia Dibentuk Ulang di Akhirat Untuk Bisa Merasakan Siksa
Di dalam Al-Quran seringkali Allah SWT menceritakan bagaimana pedihnya siksa neraka. Dan
siska itu adalah siksaan pisik. Sehingga pisik manusia memang harus dibentuk ulang agar bisa
merasakannya. Terbentuk ulang secara sempurna hingga jari-jari mereka pun tetap lengkap.
Bukan pembentukan ulang asal jadi saja.
Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya? Bukan
demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun jari jemarinya dengan sempurna. (QS. Al-
Qiyamah : 3-4)
Dengan terbentuknya kembali tubuh manusia, maka Allah SWT akan menyiksa mereka di
neraka dengan bentuk siksaan pisik. Salah satunya adalah dengan cara dibakar.
Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini :
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi
mereka, lambung dan punggung mereka kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang apa yang kamu simpan itu." (QS. At-
Taubah : 35)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan
mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan
kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS. An-Nisa : 56)
Inilah dua golongan yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka.
Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan
air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala
apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit . (QS. Al-Hajj : 19-20)
Bahkan termasuk kulit kepala manusia pun akan terkelupas dengan siksa jahannam.
Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas
kulit kepala, (QS. Al-Ma`arij : 15-16)
Maka marilah kita memohon kepada Allah SWT agar dihindari dari siksa neraka. Sebaliknya
kita minta kepada-Nya dengan sepenuh pengharapan agar kita dimasukkan ke dalam surga-
Nya. Tentunya doa itu harus diiringi dengan sikap taat, patuh dan tunduk kepada semua
perintahnya yang telah disampaikan kepada kita dalam bentuk syariat Islam. Maka
tegakkanlah syariat Islam bila memang takut dengan neraka. Dan tinggalkan saja syariat
Islam jika sudah merasa siap dibakar di neraka. Nauzu billahi min zalik.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=322&Itemid=22
Sekilas Tentang Keberadaan Surga & Neraka
Dikirim oleh Kontributor || Jumat, 27 Oktober 2006 - Pukul: 07:09 WIB
Surga dan neraka adalah dua makhluk Alloh Ta’ala. Sebagai seorang muslim kita harus
mengimaninya. Kita yakin bahwasanya surga dan neraka itu ada dan tidak akan pernah binasa.
Setiap insan yang beriman tentu ingin menikmati keindahan surga dan takut terjerumus dalam
siksa neraka. Oleh sebab itulah sudah seyogyanya kita kenali lebih dekat apa itu surga dan
neraka dan bagaimanakah cara agar kita bisa masuk ke dalam surga dan terhindar dari siksa
neraka.
Keberadaan Surga
Adapun kata Jannah atau surga secara bahasa artinya taman. Sedangkan maknanya yang
dimaksudkan dalam pembicaraan syari’at adalah sebuah tempat tinggal yang disediakan oleh
Alloh bagi orang-orang yang membela agama-Nya yaitu orang-orang yang bertakwa. Di dalam
surga itu terdapat kenikmatan yang tiada tara. Sebuah kenikmatan yang belum pernah dilihat
oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga dan belum pernah terbetik di dalam hati umat
manusia. Alloh ta’ala berfirman yang artinya, “Maka tidaklah ada jiwa yang mengetahui
balasan yang disembunyikan pengetahuannya terhadap mereka, yaitu keindahan yang
menyejukkan mata sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan” (QS: As Sajdah: 17)
Surga sekarang sudah ada. Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa surga sudah ada sangat banyak
jumlahnya. Beberapa dalil di antaranya adalah sebagai berikut:
Firman Alloh ta’ala yang artinya, “Ia (surga) telah disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa”
(QS: Ali Imran: 133) Juga firman Alloh ta’ala yang artinya, “Dan Muhammad sungguh telah
pernah melihatnya (malaikat Jibril) di kesempatan lainnya yaitu tatkala berada di sidratul
muntaha, yang di sisinya terdapat surga yang akan ditinggali” (QS: An Najm: 13-15)
Itu dalil-dalil dari Al Qur’an. Adapun dalil dari Al Hadits ialah: Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Sungguh aku telah menyaksikan dari tempatku ini segala sesuatu yang dijanjikan
untuk kalian. Sampai-sampai aku bisa melihat diriku sendiri hendak memetik dedaunan yang
ada di surga. Tatkala kalian melihatku maka akupun maju” (HR: Muslim)
Beliau juga bersabda, yang artinya: “Seandainya kalian melihat apa yang aku lihat, niscaya
kalian akan lebih banyak menangis (daripada tertawa)…, aku melihat surga dan neraka” (HR:
Muslim)
Keberadaan Neraka
Sedangkan An Naar atau neraka secara bahasa artinya api. Adapun yang dimaksudkan
dengannya dalam pembicaraan syari’at ialah tempat tinggal yang disediakan Allah ta’ala bagi
orang-orang yang memusuhi aturan-Nya. Di dalam neraka itu terdapat siksaan yang tidak akan
sanggup ditanggung oleh manusia dan hukuman berat yang tidak bisa digambarkan. Neraka itu
sudah ada sekarang. Beberapa dalil yang menunjukkan hal itu adalah: Firman Alloh ta’ala yang
artinya, “Ia (neraka) telah dipersiapkan untuk orang-orang kafir” (QS: Al Baqarah : 24)
Adapun dalil hadits ialah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Sesungguhnya
salah seorang di antara kalian jika meninggal maka akan ditampakkan kepadanya tempat
duduknya (di surga atau di neraka) pada waktu pagi dan petang. Apabila dia termasuk orang
yang diperkenankan masuk surga maka dia termasuk penghuni surga. Dan apabila ia adalah
orang yang berhak masuk ke dalam neraka maka dia termasuk penghuni neraka. Dikatakan
kepada mayit itu, “Inilah tempat dudukmu (engkau akan melihatnya) sampai Allah
membangkitkan dirimu pada hari kiamat nanti” (Muttafaq ‘alaih)
Juga hadits Nabi, shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Sungguh aku telah melihat api
neraka itu saling melahap satu sama lain, dan ketika kalian memergoki aku maka akupun
mundur” (HR: Muslim)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda, yang artinya: “Aku lihat neraka.
Belum pernah kusaksikan sebuah pemandangan yang lebih mengerikan daripada hari itu”
(Muttafaq ‘alaih)
(Sumber Rujukan: Al Kaba’ir karya Imam Adz Dzahabi rahimahullah, Al Is’aad fii Syarhi Lum’atil
I’tiqaad karya Syaikh Abu Musa Abdurrazzaaq bin Musa Ath Thubni Al Jazaa’iri, hal. 64-65)
http://www.waspada.co.id/islam/artikel.php?article_id=45364
01 Jun 04 08:43 WIB
Doa Anak yang Shaleh dan Siksa Kubur
WASPADA Online
Pertanyaan:
Bapak Syahrin Yth,
Saya cuma ingin bertanya, "Apakah do'a anak yang shaleh manfaatnya mengurangi siksa kubur
atau mengurangi siksa pada hari setelah kiamat?"
Demikian. Terima kasih.
Hotmal Jafar
Jawaban:
Islam menjelaskan bahwa setiap perbuatan manusia, baik maupun buruk akan mendapat
balasan dari Allah SWT. Orang yang baik akan memperoleh nikmat di kubur dan di akhirat.
Sementara orang yang melakukan perbuatan buruk akan memperoleh adzab di dalam kubur dan
di hari akhir (Q.S. 99/al-Zalalah: 7).
Al-Qur'an menjelaskan bahwa dosa seseorang tidak bisa dibebankan pada orang lain. Demikan
juga dengan nikmat yang diterima seseorang juga tidak dapat dibagi kepada orang lain (Q.S.
35/al-Fathir: 18).
Di dalam salah satu hadits Rasul disebutkan bahwa jika seseorang meninggal dunia maka akan
terputus segala amalnya kecuali tiga macam:
1. Shadaqah Jariyah
2. Ilmu yang diajarkan
3. Doa anak yang shaleh
(al-Hadits)
Salah satu do'a yang dianjurkan Rasul adalah "Keampunan terhadap orang tua" (H.R. Abu
Dawud).
Dengan begitu maka doa anak yang shaleh akan dapat mendatangkan keampunan Allah SWT di
alam Barzah dan tentu juga di hari akhir.
Hal ini tentu sangat dimungkinkan dan lagi karena kesediaan seorang anak untuk berbuat baik,
termasuk mendo'akan adalah merupakan kelanjutan wajar dari apa yang diajarkan orang
tuanya yang mendidiknya sejak kecil. Jadi adalah merupakan bagian dari karya orang tuanya
sendiri.
Demikian semoga jelas. Wa allahu a'lamu bi al-Shawab.
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/7456
Konsultasi : Aqidah
Siksa Kubur
Pertanyaan:
Assalalamualaikum wr.wb
Didalam surah Yasin ayat 52 disebutkan yang artinya /intisarinya Mereka terkejut dengan
datangnya hari kiamat dan berkata aduh siapakah yang membangunkan kami dari tidur.
Dari sini saya berlesimpulan bahwa mereka tidak diazab tapi tertidur/mati.
Demikian mohon penjelasannya .terimakasih
HAZM
Jawaban:
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,
Sebenarnya adanya azab kubur itu sesuatu yang sudah qath?i dan pasti sifatnya. Tidak perlu
dipermasalahkan lagi apalagi hanya dengan menggunakan pemahaman isyarat dari sebuah ayat
seperti yang anda sampaikan. Sebab makna membangunkan dari tidur dalam surat Yasin yang
anda sebutkan juga tidak bermakna bahwa mereka di dalam kubur itu kerjanya sepanjang
waktu hanya tidur-tiduran saja.
Dalam banyak ayat Al-Quran Al-Kariem dan juga tentunya hadits Rasulullah SAW, kita
mendapatkan bahwa dalil yang jelas dan qath?i. Demikian juga Rasulullah SAW menyebutnyebut
azab kubur secara tegas, jelas dan terang. Bagaimana mungkin kemudian
mengingkarinya semata-mata mengambil pengertian kedua dari ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem ?
A. Ayat-ayat Quran
1. Ayat Pertama
Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem tentang adanya azab kubur.
?Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada
dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, :
"Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan,
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.(QS. Al-Anam : 93)
2. Ayat Kedua
?Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab
yang besar.(QS. At-Taubah : 101)
Di ayat ini teramat jelas bahwa Allah SWT menyiksa orang zalim itu dua kali, yaitu pada alam
kubur dalam kematiannya yaitu setelah nyawa dicabut hingga menjelang hari kiamat. Dan
berikutnya adalah siksaan setelah hari kiamat yaitu di neraka.
3. Ayat Ketiga
Demikian juga yang Allah SWT lakukan kepada Fir?aun yang zalim, sombong dan menjadikan
dirinya tuhan selain Allah SWT. Allah SWT mengazabnya dua kali, yaitu di alam kuburnya dan di
akhirat nanti. Di alam kuburnya dengan dinampakkan kepadanya neraka pada pagi dan petang.
Ini merupakan siksaan sebelum dia benar-benar dijebloskan ke dalamnya dan terjadinya pada
alam kuburnya.
Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
Kiamat. : "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". (QS. Al-
Mu?min : 46)
4. Ayat Keempat
Ayat ini lalu dikuatkan juga dengan ayat lainnya yang juga menyebutkan ada dua kali kematian,
yaitu kematian dari hidup di dunia ini dan kematian setelah alam kubur.
Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali , lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu
jalan untuk keluar ?"(QS. Al-Mu?min : 11)
B. Dalil Hadits Shahih
Selain ayat-ayat Al-Quran Al-Kariem, hadits-hadits shahih pun secara jelas menyebutkan adanya
azab qubur. Sehingga tidak mungkin bisa ditolak lagi kewajiban kita untuk meyakini keberadaan
azab kubur itu, sebab bila sudah Al-Quran Al-Kariem dan hadits shahih yang menyatakannya,
maka argumentasi apa lagi yang akan kita sampaikan ?
1. Hadits Pertama
Dalam hadits yang pertama kami sampaikan tentang azab kubur ini, haditsnya masih amat kuat
berhubungan dengan ayat Al-Quran Al-Kariem. Yaitu firman Allah SWT dalam Al-Quran Al-Kariem
:
Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.(QS> Ibrahim : 27)
Sebuah lafaz dalam ayat di atas menyebutkan tentang ?ucapan yang tegus? yang dalam
bahasa Al-Quran Al-Kariem disebut dengan ?al-qouluts-tsabit? dijelaskan oleh Rasulullah
SAW bahwa itu adalah tentang pertolongan Allah SWT ketika seseorang menghadapi azab
kuburnya.
Dari Al-Barra? bin Azib dari Rasulullah SAW bahwa ketika seorang mukmin didudukkan di
dalam kuburnya, didatangilah oleh malaikat, kemudian dia bersyahadat tiada tuhan kecuali
Allah SWT dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah SAW, maka itulah makna bahwa Allah
meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh . (HR. Bukhari kitab
Janaiz Bab Maa Ja?a Fi azabil Qabri hn. 1280)
2. Hadits Kedua
Ada sebuah doa yang dipanjatkan oleh beliau dan diriwayatkan dengan shahih dalam shahih Albukhari.
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW berdoa dalam shalat,?Ya Allah, aku berlindung
kepadamu dari azab kubur ?(HR. Bukhari kitab azan bab doa sebelum salam hn. 789)
3. Hadits Ketiga
Dalam kitab shahihnya itu, Al-Bukhari pun membuat satu bab khusus azab kubur.
Dari Aisyah ra bahwa seorang wanita yahudi mendatanginya dan bercerita tentang azab
kubur dan berkata,?Semoga Allah SWT melindungimu dari azab kubur?. Lalu Aisyah
bertanya kepada Rasulullah SAW tentang keberadaan azab kubur itu. Rasulullah SAW
menjawab,?Ya, azab kubur itu ada?. Aisyah ra berkata,?Aku tidak pernah melihat
Rasulullah SAW melakukan shalat kecuali beliau berlindung kepada Allah SWT dari azab
kubur?. (HR. Bukhari kitab Janaiz Bab Maa Ja?a Fi azabil Qabri hn. 1283)
4. Hadits Keempat
Dalam kitab shahihnya itu juga , Al-Bukhari membuat satu bab khusus tentang berlindung
kepada Allah SWT dari azab kubur.
Dari Musa bin ?Uqbah berkata bahwa telah menceritakan kepada anak wanita Khalid bin
Said bin Al-Ash ra bahwa dia telah mendengar Rasulullah SAW berlindung kepada Allah SWT
dari azab kubur. (QS. (HR. Bukhari kitab Janaiz Bab At-Ta?awwuz min azabil Qabri hn.
1287)
5. Hadits Kelima
Dari Aisyah ra bahwa beliau bertanya kepada Rasulullah SAW tentang apakah manusia
diazab di dalam kubur, lalu Rasulullah SAW menjawab,?Aku berlindung kepada Allah SWT
dari hal itu (azab kubur). (HR. Bukhari kitab jum?at bab berlindung kepada Allah SWT dari
azab kubur ketika gerhana hn. 991, 996)
Kesimpulan :
Umat Islam sejak masa Rasulullah SAW hingga hari ini telah berijma? (bersepakat) bahwa azab
kubur itu adalah sesuatu yang pasti adanya. Sehingga mereka yang mengingkarinya hanya dua
kemungkinannya. Pertama, mereka kurang dalam dan luas dalam mempelajari ayat dan hadits.
Kedua, mereka tahu ada dalil dan nash yang sharih tapi mengingkarinya. Lepas dari motivasinya
masing-masing.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
http://aina-alqalby.blogspot.com/2006/10/sekedar-tau-alam-kubur.html
SEKEDAR TAU ALAM KUBUR
Berbicara masalah kubur tentu yang kita bayangkan hanya sekedar sebuah lobang yang digali
dengan ukuran 1x2 meter persegi,dimana ditempat itulah semua manusia akan di kubur.
Kubur dapat merupakan taman surga atau lubang neraka.Wahai manusia,jadikanlah kubur
kalian sebagai taman surga dengan melakukan kebajikan.Jangan jadikan kubur kalian lubang
neraka dengan melakukan perbuatan jahat.
Siapapun dia manusianya apabila telah meninggal akan dikirim ke alam barzah.Bagaimanapun
caranya apakah jenazah akan diletakakn didalam kubur atau di kremasi,dia tetap memiliki daya
memahami dan mengerti.Nabi saw berkata : Ketika jenazah di masukkan kedalam keranda dan
orang-orang mengusungnya kepemakaman,jika ia orang yang saleh dia meminta mereka
membawanya secepat mungkin dan jika jenazah itu pendosa,dia mengutuk keadaan buruk yang
disiapkan untuknya dan bertanya hendak di bawa kemana dia.
Alam kubur merupakan suatu alam gaib yang tidak akan terjangkau oleh manusia sebelum dia
meninggal dan dikuburkan
.Ada 6 perkara yang di alami manusia selama dia berada dialam kubur yaitu :
1,Dlammatul_qabr.
2.Su’aalul qabr.
3.Adzabul qabr wa na’iematul qabr
4.Maqqarur ruh
5.Ardlul maq’ad
6.Al ba’ts.
Yang dimaksud dengan Dlammatul qabr ialah,..himpitan dimana orang yang sudah mati akan di
himpit dalam kubur,siapapun dia besar atau kecil kafir atau muslim akan merasakan himpitan
kubur,sesuai dengan yang dikatakan dalam hadist :
Yang artinya :,.. Sesungguh nya kubur itu mempunyai himpitan,jika ada siapa-siapa yang
terlepas padanya nisacaya terlepas Sa’ad bin Mu’adz daripadanya (riwayat Ahamad dan Ibnu
jarier ).
Yang dimaksud dengan Su’aalul qabr ialah dimana orang yang sudah dikubur akan di periksa
I’tiqadnya.,sebagaimana sabda rasulullah saw ,………yang artinya,..
Allah Ta’ala berkata,… Masukkanlah nama simati itu didalam catatan orang-orang yang baik,dan
kembalikan dia kebumi.Lalu rohnya di kembalikan kebadannya.kemudian datang 2 malaikat
medudukkan nya dan berkata :Siapa Tuhanmu dan apa agamamu,maka dia menjawab Allah
Tuhanku dan islam agamaku.,lalu mereka bertanya lagi siapa dia laki-laki yang di utus kepada
mu dan diantara kamu ? Maka ia akan mejawab ia pesuruh Allah,…. Lalu ada satu seruan lagi
dari langit (katanya) Benar hambaku,karena itu bentangkanlah hamparan dari
surga,maka dapatlah dia bau surga dan wanginya dan kebunnya pun di luaskan sejauh mata
memandang. (riwayat Ahmad,Abu Dawud,Hakim dan Baihaqi).
Selain dari hadist itu ada satu hadist lain yang artinya :Seorang manusia apabila diletakkan
dia dalam kuburnya dan sahabatnya berpaling pulang sedang dia mendenger suara kasut
mereka akan datang kepadanya dua malaikat dan mendudukkan nya dan bertanya kepadanya
apa katamu tentang orang itu ?(yang dinamakan Muhammad) adapun orang mukmin akan
berkata :Aku mengaku bahwasannya ia itu hamba Allah dan rasul Nya,maka (diwaktu
itu)dikatakan padanya ‘lihatlah tempat duduk mu di neraka telah di tukar olehAllah dengan
kedudukan di surga.(Maka pada waktu itu dia lihat dua-dua tempat tersebut.Adapun orang yang
munafiq dan kafir ketika di tanya tentang siapa dia laki-laki itu,dia akan menjawab “aku tidak
tahu “,aku pernah mencela sebagaimana orang-orang berkata ,maka malaikat berkata”engkau
tidak tahu dan tidak membaca”,lalu dia dipukul dengan pemukul dari besi dengan satu
pukulan.hingga dia berteriak satu teriakan yang di dengar oleh semua yang ada di sekelilingnya
kecuali manusia dan jin.(riwayat bukhari muslim)
Kalau di lihat dari hadist diatas,terbukti bahwa orang-orang mukmin akan hidup dalam
kedamaian dan kesenangan dialam barzah dan mereka tidak kehilangan akan pikiran
sehatnya,mereka hanya memikirkan tentang doa-doa dan menjawab pertanyaan malaiakat
tanpa rasa takut.Ketika mereka mengetahui tentang keadaan mereka,maka mereka akan
memohon kepada malaikat agar sebelum beristirahat,mereka di perbolehkan menjumpai
anggota keluarga mereka. Ketika akan mendapatkan akhir pejalanan yang baik,mereka akan
berdoa dengan kegembiraan yang meluap2,agar hari kebangkitan dipersingkat sehingga mereka
dapat memasuki surga secepatnya.
Perlu juga di ketahui bahwa apabila seorang mukmin yang meninggal,maka setiap pojok
makamnya menghias diri utuk menyambutnya dan mengucapkan keinginannya agar dia di
kuburkan disebelahnya,Tetapi apabila seorang kafir yang meninggal kegelapan akan
menyelimuti makamnya dan setiap pojoknya mencari perlindungan Allah dan memohon
kepadaNya agar orang yang buruk itu hendaknya tidak di kuburkan di sebelahnya.
Yang dimaksud dengan Adzaaabul qabr wan a;iemul qabr ialah,ialah siksa kubur dan nikmat
kubur orang yang sudah meninggal dan sesudah di tanam itu akan dapat siksa atau kesenangan
dikubur tergantung ke imanan dan ketakwaan dari yang dikubur.Perbuatan baik atau buruk
seseorang akan mengambil bentuk kesengsaraan atau kenyamanan kepada pelakunya,meskioun
perbuatan itu abstrak.Ada beberapa tipe manusia yang akan mendapat siksa kubur,yaitu orangorang
kafir,orang munafiq dan orang mukmin dan yang mendapat nikmat kubur ialah orang yang
beriman.
Orang-orang mukmin akan disiksa dalam kubur karena kejahilannya terhadap Allah,juga karena
sikap mereka yang menyia-nyiakan hak _Nya dan perbuatan dosa yang mereka kerjakan. Nabi
saw telah menyebutkan sebagian pelaku maksiat yang akan mendapatkan azab kubur ,diantara
:
<1.mereka yang tidak bersuci ketika setelah buang air kecil,sehingga dia masih bernajis.
<2.mereka yang suka mengadu domba
<3.mereka yang suka berbuat ghulul(mengambil yang bukan haknya)
<4.mereka yang suka berbuat kebohongan.
<5.mereka yang membaca alqur’an tapi tidak melaksanakan apa-apa yang diperintahkan dan
dilarang dalam alqur’an(kepala mereka nanti akan di hantam dengan batu.)
<6.mereka yang malakukan zina(ruh para penzina ini nanti akan disiksa diatas tungku api dan
diatas tungku api itu akan di nyalakan api yang membara)
<7.mereka yang memakan riba(mereka akan berenang di sungai darah dan akan di hantam
dengan batu-batu setiap kali mereka menuju tepian)
<8.mereka yang berhutang (orang yang berhutang akan di tahan masuk surga karena
hutangnya).
Ada baik pasti ada buruk,dan apabila ada salah pasti ada benar,begitulah manusia ini di
ciptakan.Maka selain siapa –siapa yang akan mendapatkan azab kubur tentu kita ingin tahu
bagaimana dan siapa yang terhindar dari azab kubur dan amalan apa yang membuat manusia
terhindar dari dari azab kubur tersebut antara lain,:
1.sholat wajib,shaum,zakat dan perbuatan baik berupa kejujuran,menyambung
hubungan,segala perbuatan yang ma’ruf dan berbuat baik kepada manusia.
2.berlindung kepada Allah dari azab kubur.
Selain itu ada juga orang-orang yang terbebas dari azab kubur yaitu :
1.orang yang mati syahid dijalan Allah (mereka akan diselamatkan dari azab kubur)
2.orang yang ribat (orang yang terhindar fitnah kubur jika mereka meninggal dalam ribat di
jalan Allah)
3.orang yang meninggal pada hari jum’at,sebagimana Nabi saw bersabda yang artinya “:
“Tidaklah seorang mukmin meninggal pada hari jum’at melainkan dia akan diselamatkan dari
fitnah kubur “( HR Ahmad dan Tarmizi”)
dalam hadist lain di riwayatkan malaikat mendatanginya seraya bertanya,”Siapakah rabb-mu ?.
Orang itu menjawab,”hah..hah..aku tidak tahu”. Malaikat itu bertanya lagi,”Siapakah manusia
yang diutus kepada kalian ?”. “hah..hah. .aku tidak kenal”, jawabnya. Lalu diserukan suara
dari langit bahwa dia telah mendustakan hamb-Ku. Maka dekatlah ang di maksud dengan
Adzaabul_qabl wa na’iemul_qabr yaitu siksa kubur dan nikmat kubur di mana orang yang sudah
mati dan sesudah di tanam itu akan dapat siksa atau nikmat.Manusia yang telah mati tentu
akan mendapat siksa kubur dan nikmat kubur dan siksa kubur itu benar adanya seperti hadist
Rasulullah yang artinya “Azab kubur itu benar ( HR Bukhari). Dan satu lagi hadist yang artinya
Sesunggunya ahli kubur itu disiksa dikubur dengan siksaan yang akan di dengar oleh binatangbinatang.(
HR Bukhari Muslim).Kalau ada yang mendapat siksa kubur tentu ada yang mendapat
nikmat kubur yaitu orang-orang yang terbebas daro fitnah kubur seperti yang ter tulis diatas.
Yang dimaksud dengan Maqarrur_ruh yaitu,…tempat di mana ketetapapan roh itu,dimana orang
yang sudah meninggal akan ditetapkan di mana roh nya berada.
Seperti sabda rasulullah saw:Ruh-ruh orang yang matai syahid itu disisi Allah,ditemboloknya
burung-burung hijau,berjalan-jalan di sungai surga sebagaimana sukanay kemudian kembali
kepada kandil-kandil dibawah arasy.
Disamping ada hadist lain yang artinya : Sesungguhnya ruh-ruh orang mu’min itu ada dilangit
yang ketujuh melihat tempat kedudukan mereka di surga (HR Abu Nu’aim)
Sementara itu ada hadist lain yang lebi tegas menjelaskan keberadaan ruh.
“Sesungguhnya Ibnu Umar pernah menta’ziah (menghiburkan) siti Asma karena kematian
anaknya yang bernama Abdullah bin Zubair,sedang mayitnya disula orang,Ibnu Umar berkata :
Janganlah engkau berduka cita karena sesungguhnya roh-roh itu disisi Allah dilangit adapun
yang didedepan kita hanyalah badannya. Ruh itu lalu naik ke langit dan diperlakukan sesuai
dengan amalnya di dunia. Bila ruh itu berasal dari orang yang beriman, maka pintu langit akan
dibukakan untuknya dan disambut dengan hangat. Sebaliknya, bila ruh itu dari orang kafir,
zalim dan berlumur dosa, maka pintu langit akan tertutup untuknya dan mendapat perlakuan
yang hina. Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan
diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak
mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum . Demikianlah Kami memberi
pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.(QS. Al-A'raf : 40).
Bahkan ruh itu akan dicampakkan dari pintu langit sebagaimana firman Allah SWT :
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari
langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.(QS. Al—Hajj :
31).
Dua ayat inilah yang diucapkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadits shahih yang panjang ketika
menjelaskan bagaimana ruh orang beriman dan ruh orang jahat. Salah satu potongannya kami
nukilkan berikut ini :
Rasulullah SAW bersabda,”…Lalu ruh jahat itu dikembalikan ke dalam jasadnya dan dua
malakaikat men dengan neraka dan dibukakan pintu neraka hinga panas dan racunnya sampai
kepadanya. Lalu kuburnya disempitkan hingga tulang-tulang iganya saling bersilangan. Dan
didatangkan kepadanya seorang yang wajahnya buruk, pakaiannya buruk dan baunya busuk dan
berkata kepadanya,”Berbahagialah dengan amal jahatmu. Ini adalah hari yang kamu pernah
diingatkan. Dia bertanya,”siapakah kamu, wajahmu adalah wajah orang yang membawa
kejahatan ?”. “Aku adalah amalmu yang buruk”. “Ya Tuhan, jangan kiamat dulu”.(HR. Ahmad
dalam musnadnya 4/287 hadits no. 4753 dan Abu Daud 4/239 hadits no. 18557 – hadits Shahih) .
Adapun yang di maksud dengan Ar.dlul_maq’ad ialah :Perlihatkan tempat,ya’ni orang yang
sudah mati itu akan di perhatikan tempat ketetepannya di surga atau dineraka,setiap pagi dan
petang ,tentang ardlul maq’ad itu ada dalam hadist yang artinya :Sesungguhnya seorang dari
kamu jika mati akan di tunjukkan padanya tempat duduknya pagi dan petang,jika ia daripada
ahli surga (ia akan melihati dirinya) daripada ahli surga dan jika ia dari pada ahli neraka (ia
akan melihat dirinya ) daripada ahli neraka Akan dikatakan padanya ,itulah tempat dudukmu
hingga Allah membangkitkan mu kepadaNya pada hari qiyamat (HR Bukhari Muslim)
Adapun yang dimaksud dengan Al Ba’ts ialah Bangkitan ya’ni orang yang sudah mati
dibangkitkan kembali dari kuburnya setelah hari kiamat,yaitu dikumpulkan badan-badannya
dan dimasukkan ruhnya hingga jadilah ia seperti keadaanya di hari kematiannya.
Dalam masalah ini jelas di terangkan dalam surat Yaasiin yang artinya :
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya
(menuju) kepada Tuhan mereka( 51) Mereka berkata: "Aduh celakalah kami! Siapakah yang
membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha
Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya).(52)
Sungguh suatu hal yang maha dahsyat dimana saat israfil meniupkan terom[pet sangsakala
untuk pertma kalinya sekitar 40 tahun,atau 40 bulan atau 40 minggu sebalum dimulainya hari
kebangkitan.Suara nya sungguh sangat menakutkan semua manusia ,binatang dan semua yang
hidup diatas permukaan bumi akan merasa ketakutan.
Tubuh menusia akan menggigil dna gemetar,wajah-wajah menjadi pucat,jantung berdetak
dengan cepat (karena kesakitan),mata-mata akan masuk kedalam kelopak nya,dan semua
maksluk hidup akan mati.
Ini semua akan terjadi pada saat bagaiman sangsakala ditiupkan masih banyak hal lain akan
terjadi dan rasanya kali ini penulis pun tak sanggup untuk mengungkapkannya dengan lebih
lugas,disampin ilmu penuli sangatlah terbatas tapi semua yang penulis kemukakan bukan
direka-reka ada nya tapi begitulah nyata nya bila sang malaikat Izrail ,menghampiri dan
samapailah kita di alam kubur dan sampai hari berbangkit,
Semua yang ditulis berdasarkan sumber yang jelas,dna mohon di maaf jika masih banyak
kekukurangan nya disana sini,karena sesungguhnya yang benar itu datangnya dari Allah dan
yang salah dari penulis.
Wassalam bil maaf
Ainal Qalbyna
(sumber bacaan ,..Al Quran
.;..Khuthatun Li Mustaqbalika== Jasim Muhammad Al Muthawwi
,’’The Spectacle Of Death =Khawaja Muhammad Islam
;’’Tafsir Ahkam Ibnu Katsir
.:Al hadist Ryadddushusholihin
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/7323
Konsultasi : Aqidah
Fitnah Kubur
Pertanyaan:
Assalamualaikum Wr. Wb.
Ustad, apakah maksud dari fitnah kubur itu? Apakah sama dg siksa kubur? kenapa disebut
dengan fitanah?
Apakah mungkin jasad manusia yang telah terkubur bertahun2 tidak hancur?Padahal yang saya
tahu, hanya jasad para nabi saja yang terlarang untuk dimakan oleh bumi?
Terima kasih .
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Arifiah
Jawaban:
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,
Fitnah kubur memang sering disebut dengan siksa kubur juga. Disebut fitnah karena secara
makna fitnah itu adalah kekacauan, kegemparan dan huru-hara. Dan sisksa kubur itu menjadi
huru-hara bagi orang yang tertimpa olehnya.
Istilah fitnah ini juga sering digunakan untuk menyebutkan tersebarnya makar dan kezaliman di
suatu zaman. Misalnya fitnah Dajjal, maknanya adalah bahwa di masa itu Dajjal meraja lela
dan menjadi sumber permasalahan dan biang korok dari segala kezaliman. Disebut juga dengan
fitnah Dajjal.
Jasad Yang Terkubur Bertahun-Tahun Tidak Hancur
Secara ilmu pengetahuan, jasad yang terkubur bertahun-tahun bisa saja dianggap pasti hancur.
Misalnya dengan adanya proses oksidasi dalam waktu lama. Juga karena adanya bakteri dan
hewan yang memakan tubuh-tubuh itu dalam waktu yang lama, sehingga tinggal hanya tulang
belulang saja yang masih bertahan lama.
Namun buat Allah SWT, sekedar mengembalikan tubuh yang sudah jadi tanah itu menjadi tubuh
lagi, sama sekali bukan hal yang aneh atau sulit. Dalam sekejap, semua itu bisa saja terjadi
atas izin dan taqdir-Nya.
Dan sebenarnya, tubuh manusia yang hidup sekalipun tetap secara terus menerus berganti.
Jaringan yang sudah tua akan berganti dengan jaringan tubuh yang baru. Hanya saja kita tidak
pernah menyadarinya secara langsung. Padahal tubuh yang ada pada diri kita sekarang ini
sebenarnya unsur-unsur terus menerus berganti dengan yang baru yang asalnya bukan tubuh
manusia, tetapi dari unsur-unsur yang ada di dalam tanah.
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati , supaya kamu bersyukur.(QS. Al-
Baqarah : 56)
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya ; hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu
daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan
sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orangorang
yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.(QS. Al-Araf : 57)
Hanya orang-orang kafir saja yang akan mengingkari bahwa manusia akan dibangkitkan dari
kubur mereka.
Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda
yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang
baru?"(QS. Al-Isra? : 49)
Dan berkata manusia: "Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan
dibangkitkan menjadi hidup kembali?"(QS. Maryam : 66)
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=251&Itemid=15
Sebuah Renungan Mengingat Kematian
Dikirim oleh Kontributor || Jumat, 08 September 2006 - Pukul: 06:02 WIB
Adakah orang yang mendebat kematian dan sakaratul maut? Adakah orang yang mendebat
kubur dan azabnya? Adakah orang yang mampu menunda kematiannya dari waktu yang telah
ditentukan? Mengapa manusia takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa manusia
melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa berandai-andai,
padahal kita mengetahui kematian akan datang secara tiba-tiba?
"Sesungguhnya kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal lagi. Allah Subhanahu
wata'ala berfirman, artinya, "Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah
yang kamu selalu lari dari padanya." (QS: Qaaf: 19)
Adalah salah bila seseorang yang mengira bahwa kematian itu hanya ke-fana-an semata dan
ketidak-adaan secara total yang tidak ada kehidupan, perhitungan, hari dikumpulkan,
kebangkitan, surga atau neraka padanya!! Sebab andaikata demikian, tentulah tidak ada
hikmah dari penciptaan dan wujud kita. Tentulah manusia semua sama saja setelah kematian
dan dapat beristirahat lega; mukmin dan kafir sama, pembunuh dan terbunuh sama, si
penzhalim dan yang terzhalimi sama, pelaku keta'atan dan maksiat sama, penzina dan si rajin
shalat sama, pelaku perbuatan keji dan ahli takwa sama.
Pandangan tersebut hanyalah bersumber dari pemahaman kaum atheis yang mereka itu lebih
buruk dari binatang sekali pun. Yang mengatakan seperti ini hanyalah orang yang telah tidak
punya rasa malu dan menggelari dirinya sebagai orang yang bodoh dan 'gila.' (Baca: QS: At-
Taghabun:7, QS: Yaasiin: 78-79)
Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh berpindah dari satu
tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu taubat dan pemberian
tempo pun terputus.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya: "Sesungguhnya Alloh menerima
taubat seorang hamba selama belum sekarat." (HR: At-Turmu-dzi dan Ibn Majah, dishahihkan
Al-Hakim dan Ibn Hibban)
Kematian Merupakan Musibah Paling Besar!!
Kematian merupakan musibah paling besar, karena itu Alloh Subhanahu Wa Ta'ala
menamakannya dengan 'musibah maut' (QS: Al-Maidah:106). Bila seorang hamba ahli keta'atan
didatangi maut, ia menyesal mengapa tidak menambah amalan shalihnya, sedangkan bila
seorang hamba ahli maksiat didatangi maut, ia menyesali atas perbuatan melampaui batas yang
dilakukannya dan berkeinginan dapat dikembalikan ke dunia lagi, sehingga dapat bertaubat
kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dan memulai amal shalih. Namun! Itu semua adalah
mustahil dan tidak akan terjadi!! (Baca: QS: Fushshilat: 24, QS: Al-Mu'minun: 99-100)
Ingatlah Penghancur Segala Kenikmatan!!
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat kematian. Beliau
bersabda, yang artinya: "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (maut)" (HR: At-
Tirmidzi, hasan menurutnya). Imam Al-Qurthubi rahimahulloh berkata, "Para ulama kita
mengatakan, ucapan beliau, "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan", merupakan
ucapan ringkas tapi padat, menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian
wejangannya. Sebab, orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi
kenikmatan yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita mendapatkannya di
masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari mengangankannya, sekalipun hal
itu masih memungkinkannya.
Namun jiwa yang beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan yang lebih lama dari
para penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan sebab bila tidak, sebenarnya ucapan
beliau tersebut dan firman Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat Ali 'Imran ayat 185, (artinya,
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati") sudah cukup bagi pendengar dan pemerhatinya.!!"
Siapa Orang Yang Paling Cerdik?
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma pernah berkata, "Aku pernah menghadap Rasululloh
shallallahu 'alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum
Anshor berdiri seraya berkata, "Wahai Nabi Alloh, siapakah manusia yang paling cerdik dan
paling tegas?" Beliau menjawab, "(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan
paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati)
dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat." (HR: Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)
Faedah Mengingat Kematian
Di antara faedah mengingat kematian adalah:
· Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya.
· Memperpendek angan-angan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang fana ini, karena
panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian.
· Menjauhkan diri dari cinta dunia dan rela dengan yang sedikit.
· Menyugesti keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta'at.
· Meringankan seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia.
· Mencegah kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi.
· Mendorong untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu.
· Melunakkan hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan mempelajari agama
dan mengusir keinginan hawa nafsu.
· Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu'), tidak sombong, dan berlaku zhalim.
· Mendorong sikap toleransi, me-ma'afkan teman dan menerima alasan orang lain.
(Sumber Rujukan: Buletin berjudul Kafaa bilmauti Waa'izha, Dep. Ilmiah Darul Wathan)
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=214449&kat_id=105&kat_id
1=147
Jumat, 23 September 2005
Kisah Tayangan Yang Berlebihan
Ada saja kendala yang ditemui saat pemakaman Seiman, pria penggemar judi toto gelap yang
meninggal tertimpa karung besi. Sewaktu jenazah dibawa ke liat lahat, tiba-tiba turun hujan
lebat. Di tengah jalan, jenazah Seiman terbanting dari keranda, hingga terpaksa dibawa hanya
dengan berbungkus tikar. Sesampainya di liang lahat, tiba-tiba liang lahat yang telah
dipersiapkan penuh dengan air. Bumi menolak Seiman.(Cuplikan sinopsis sinetron Iman di SCTV,
Rabu (21/9) pukul 15.30-16.30 WIB)
Usai sinetron berbau klenik dan mistik hilang dari layar kaca, kini muncul tayangan bernuansa
religi sebagai gantinya. Sekilas dari judulnya, seolah ada tema agama yang hendak diusung.
Tapi nyatanya jauh panggang dari api. Tayangan sinetron "religi" tadi tak ubahnya sinetron
mistik dengan jalan cerita yang dibumbui alam gaib. Jadilah kritik pedas kembali menerpa. Dai
kondang KH Abdullah Gymnastiar seperti dilansir www.detik.com, misalnya, mengaku prihatin
dengan apa yang disebutnya "sinetron yang judulnya tampak Islami, tapi isinya kurang Islami"
ini.
Kematian dan siksa kubur memang jadi cerita utama. Di sana digambarkan tentang kematian
dari orang-orang yang dinilai ingkar kepada Allah SWT; tubuh gosong, arwah gentayangan,
ditolak di liang kubur, dan sebagainya. Tak heran bila Aa Gym, demikian pimpinan Pondok
Pesantren Daarut Taubah ini kerap disapa, mengaku khawatir. Tayangan seperti ini menurutnya
tidak mendidik karena menampilkan hal gaib menjadi tampak.
Islam sendiri pada intinya memandang kematian, maut dan alam gaib sebagai sesuatu yang
harus diterima. Seperti dikutip dari buku Ensiklopedi Islam, maut adalah akhir dari kehidupan
sekaligus awal kehidupan yang baru. Maut merupakan satu peralihan dari suatu dunia ke dunia
lain.
Maut disebut awal kehidupan karena pada dasarnya maut hanya terjadi pada badan jasmani,
tetapi roh atau jiwa manusia akan tetap hidup dan memiliki suatu kedudukan hayati dalam
suatu cakrawala lebih tinggi daripada unsur jasad dan material. Inilah yang menurut para filsuf,
bahwa pertanggungjawaban manusia setelah menemui maut terletak pada roh.
Pertanggungjawaban ini dilalui di dalam kubur. Bagi mereka yang di dunia senantiasa berbuat
baik dan mengamalkan ajaran agama dengan taat, maka Allah SWT akan melapangkan
kuburnya. Sebaliknya, bagi manusia yang ingkar dan zalim, niscaya dia akan menerima adzab
berupa siksa kubur.
Ditegaskan dalam Alquran dan hadis
Siksa kubur itu memang ada dan telah ditegaskan oleh Alquran dan hadis. Oleh karenanya,
siapapun yang menolak adanya siksa kubur, harus berhadapan dengan kedua sumber ajaran
Islam itu. Tentang kematian, Allah SWT menggambarkannya secara gamblang dalam Alquran,
antara lain dalam surat Al-An'am ayat 93. Tentang azab, misalnya, dijelaskan dalam Alquran
antara lain surat At Taubah [9] ayat 101.
Bahkan siksaan yang dialami di dunia dan alam kubur tersebut tidak seberapa dahsyat bila
dibandingkan dengan siksa neraka di akhirat kelak. Alquran juga menggambarkan pada waktu
orang meninggal dan di dalam kuburnya, balasan-balasan yang kelak akan diterima di akherat
nanti diperlihatkan kepadanya. Sehingga orang-orang yang banyak berbuat maksiat dan selama
hidupnya di dunia belum berbuat kebaikan, merasa ketakutan dan menyesal serta berharap
bisa dikembalikan ke dunia untuk berbuat baik dan beribadah.
Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita : "Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah SAW
sebuah kubur, lalu Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih, kemudian
beliau berdoa kepada Allah SWT." lu saya bertanya kepada Rasulullah: "Ya Rasulullah
mengapakah engkau menangis?" Lalu Rasulullah bersabda "Wahai Tsauban, mereka itu sedang
disiksa dalam kuburnya, dan saya berdoa kepada Allah, lalu Allah meringankan siksa ke atas
mereka". Sabda Rasulullah lagi: "Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa
satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa di
dalam kubur."
Berangkat dari sini, ulama menyatakan bahwa ruh terkadang bersambung dengan jasad,
sehingga siksa itu menimpa ruh dan jasad. Barangkali ini pula yang diisyaratkan oleh Rasulullah
SAW : "Sesungguhnya kubur itu akan menghimpit orang kafir sehingga remuk tulang-tulang
rusuknya".
Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia (BKPPSI), KH Ahmad Kholil Ridwan
menegaskan manusia wajib mengimani adanya maut, kematian dan alam gaib walaupun tidak
mengetahui hakekat sesungguhnya."Sebab yang paling mengetahui hanyalah Allah SWT,
sehingga kita harus percaya dan yakin," ungkap Kholil yang juga Wakil Ketua Komite Indonesia
untuk Dunia Islam (KISDI) ini ketika dihubungi per telepon.
Sesuai yang ditegaskan dalam Alquran maupun hadis, imbuh dia, segala yang akan dialami oleh
manusia setelah kematiannya kelak di alam akhirat, sangat ditentukan oleh amal perbuatannya
di dunia. Bila imannya kuat, niscaya akan diberikan kemudahan di akherat. Sebaliknya, jika
tidak mengindahkan ajaran agama, akan mendapat siksa kubur dan dibukakan pintu neraka
kepadanya.
Kembalikan pada sumbernya
Maka dari itu menyikapi maraknya adegan tentang kematian dan alam gaib pada sinetron
televisi dewasa ini, Kholil menyatakan bahwa semuanya harus dikembalikan pada Alquran dan
hadis. "Manakala gambaran-gambaran yang disinetronkan tidak kita temukan dasarnya dalam
Alquran dan hadis, tentu tidak bisa dipercaya kebenarannya," tandasnya.
Dalam amatannya sejauh ini, Kholil melihat apa yang disuguhkan oleh beberapa sinetron "religi"
tersebut sudah berlebihan. "Walau katanya diangkat dari kisah nyata, tapi kan kita sulit percaya
bila diperlihatkan adegan kuburan yang keluar tangan," ujar dia. Lebih jauh Kholil
mengharapkan apabila ingin membuat tayangan yang mendidik, janganlah yang terlampau
berlebihan semacam itu.
Sementara itu, Direktur Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, KH Didin Hafidhuddin
melihat, dari segi ide, sinetron itu bagus. ''Saya melihat latar belakangnya adalah ingin mencari
sinetron alternatif yang dianggap lebih mendekati aspek pendidikan, agar orang semakin dekat
kepada Allah karena sinetron-sinetron yang sekarang ini berkembang,'' ujarnya.
Namun, kata dia, jika sinetron itu lantas melenceng ke hal-hal yang bersifat takhayul, ia kurang
sependapat. ''Kalau kita bicara masalah alam kubur itu kan masuk ke dalam alam gaib.
Acuannya harus betul-betul berdasarkan pada keterangan yang terdapat dalam Alquran dan
sunah. Jadi kalau betul-betul ada dalam Alquran, ada dalam hadis, ya silahkan,'' tambahnya.
Dia menggarisbawahi sebuah hadis Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa alam ghaib itu
adalah maa laa 'ainun raat, walaa udzunun sami'at, walaa khathara fi qolbi basyarin. Alam
ghaib adalah sesuatu yang sebenarnya tidak bisa dilihat oleh mata kepala kita, tidak bisa
didengar oleh telinga kita dan juga tidak bisa dibayangkan oleh hati kita. Jadi, jika sinetron ini
sekadar ilustrasi untuk memudahkan pemahaman mengenai alam kubur, sah-sah saja. Asal
jangan kebablasan dan menjurus ke arah syirik.
( yus/dam )
http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=view&id=245&Itemid=15
Pelajaran dari Kematian
Dikirim oleh Kontributor || Ahad, 03 September 2006 - Pukul: 07:23 WIB
Pernahkah kita membayangkan kalau diri kita sedang berada di atas ranjang kematian, apa
yang kita perbuat kala itu? Sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh semua manusia yang
masih hidup. Lalu bagaimanakah keadaan detik-detik terakhir dari nafas kita yang akan berlalu
itu? Apakah kita termasuk orang yang senang untuk bertemu Alloh Subhanallohu Wa Ta’ala,
ataukah sebaliknya seperti budak yang melarikan diri dan takut bertemu tuannya karena
kesalahan yang dilakukannya?
Belajar dari akhir kehidupan para umat terdahulu yang sholeh adalah sangat perlu bagi kita
semua, mereka adalah orang-orang terdepan dari umat ini, para pemimpin dan ulama kaum
muslimin. Sungguh mereka sangat takut kalau menghadap Alloh Subhanallohu Wa Ta’ala dalam
keadaan membawa dosa dan kemaksiatan.
Aisyah Radhiallaahu anha menceritakan bahwa Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam tatkala
menjelang wafat disediakan untuk beliau satu wadah air, beliau memasukkan tangannya ke
dalam air lalu mengusapkan ke wajahnya seraya bersabda: "La ilaha illallah, sesungguhnya di
dalam kematian ada sakaratul maut." Kemudian beliau menengadahkan kedua tangan-nya lalu
mengatakan, "Fir Rafiqil A'la" lalu beliau wafat dan tangannya tergeletak lemas.
Ketika Umar al Faruq menjelang ajal, beliau berkata kepada putranya Abdullah, "Letakkan
pipiku di atas tanah”, namun Abdullah enggan untuk melakukan itu. Beliau berkata hingga
untuk ketiga kalinya, "Letakkan pipiku di atas tanah, semoga Alloh melihatku dalam keadaan
demikian, kemudian Dia merahmatiku." Diriwayatkan, bahwa beliau terus menangis sehingga
pasir-pasir menempel di kedua mata beliau seraya mengatakan, "Celakalah Umar, celaka juga
ibunya, jika Alloh tidak memaafkannya."
Ketika Abu Hurairah sakit parah beliau menangis, lalu ditanya, "Apa yang membuat anda
menangis? Beliau menjawab, "Saya menangis bukan karena dunia ini, namun saya menangisi
perjalanan setelah ini (dunia), bekalku yang sedikit, lalu saya akan menapaki tempat yang
menanjak lagi amat luas, sementara saya tidak tahu akan dimasukkan ke neraka atau ke surga."
Utsman Radhiallaahu anhu berkata di akhir hayatnya, "Tidak ada ilah selain Engkau, Maha Suci
Engkau ya Alloh, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang berbuat aniaya. Ya Alloh
aku mohon pertolongan dalam seluruh urusanku, dan aku memohon kesabaran dalam
menghadapi ujian yang menimpaku."
Wahai manusia! Kini saatnya orang-orang yang tertidur untuk bangun dari tidurnya, sudah
saatnya orang yang lalai sadar dari keterlenaannya, sebelum datang maut dengan membawa
kegetiran dan kepahitan, sebelum tubuh berhenti bergerak dan sebelum nafas terputus.
Mumpung belum memasuki perjalanan menuju alam kubur dan kehidupan akhirat yang kekal
abadi.
Abu Darda' ketika menjelang wafat mengatakan, "Apakah seseorang tidak mau beramal untuk
mempersiapkan panggung pergulatan ini? Mengapa orang tidak beramal untuk menghadapi
waktu ini? Mengapa orang tidak beramal untuk menyongsong hariku ini? Kemudian beliau
menangis, maka istri beliau bertanya,"Mengapa engkau menangis, bukankah engkau telah
menemani Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ? Beliau menjawab, "Bagaimana aku tidak
menangis sementara aku tidak mengetahui bagaimana dosa-dosa telah menyerangku."
Dan berkata Abu Sulaiman ad-Darani, "Aku berkata kepada Ummu Harun seorang wanita yang
rajin beribadah, "Apakah anda senang dengan kematian? Maka dia menjawab, "Tidak! Aku
bertanya, "Mengapa? Maka dia mejawab, "Demi Allah, andaikan aku berbuat kesalahan kepada
makhluk saja, maka aku takut untuk bertemu dengannya, maka bagaimana lagi jika aku
bermaksiat kepada Khaliq Yang Maha Agung?
Atha' as Sulami ditanya tatkala sakit yang mengantarkan pada ajalnya, "Bagaimanakah keadaan
anda? Beliau menjawab," Kematian berada di leherku, kuburan ada di hadapanku, kiamat
adalah akhir perjalananku, jembatan Jahannam adalah jalanku, dan aku tidak tahu apa yang
akan terjadi pada diriku. Kemudian beliau menangis dan terus menangis sehingga pingsan.
Ketika sadar kembali beliau mengucapkan, "Ya Allah kasihanilah aku, hilangakanlah kesedihan
di dalam kuburku, mudahkan kesulitanku ketika menjelang kematian, rahmatilah kedudukanku
di hadapan-Mu wahai Dzat Yang Paling Pengasih di antara para pengasih.”
Sementara itu ketika Sulaiman at Taimi telah dekat wafatnya, dikatakan kepada beliau, "Kabar
gembira buat anda, karena anda adalah orang yang sangat bersungguh-sungguh di dalam
ketaatan kepada Alloh Azza wa Jalla." Maka beliau menjawab, "Janganlah kalian mengatakan
demikian, sesungguhnya aku tidak mengetahui apa yang tampak di hadapan Alloh Azza wa
Jalla, karena Dia telah berfirman, yang artinya: "......Dan jelaslah bagi mereka azab dari Alloh
yang belum pernah mereka perkirakan.” (QS. Az Zumar: 47)
Disebutkan, bahwa Abu Darda'z apabila ada seseorang yang meninggal dalam keadaan yang
baik, maka beliau berkata, "Berbahagialah engkau, andaikan aku dapat menggantikan dirimu. "
Maka Ummu Darda' bertanya kepadanya tentang hal itu, lalu beliau menjawab, “Betapa
bodohnya engkau, bukankah engkau tahu, bahwa ada seseorang yang pagi-pagi dia beriman,
namun di sore hari telah menjadi munafik, ia lepaskan keimanannya tanpa dia menyadari hal
itu."
Muhammad al Munkadir menangis tatkala menjelang wafatnya, lalu ia ditanya, "Apa yang
membuat anda menangis? Beliau menjawab, "Demi Alloh aku menangis bukan karena dosa yang
aku ketahui telah aku lakukan, namun aku takut jika telah melakukan sesuatu yang aku anggap
sepele namun dihadapan Alloh ternyata itu adalah sesuatu yang amat besar."
Sufyan ats Tsauri berkata, "Tidak ada tempat yang lebih dahsyat bagiku daripada (tempat)
terjadinya sakaratul maut, aku sangat takut kalau dia (sakarat) terus menerus menekanku, aku
telah meminta keringanan, namun dia tidak menghiraukan, sehingga aku terkena fitnahnya."
Kemudian beliau menangis semalaman hingga menjelang pagi, ketika beliau ditanya, "Apakah
tangis tersebut karena dosa? Maka beliau mengambil segenggam tanah dan berkata, "Dosa lebih
ringan dari pada ini (tanah, maksudnya adalah maut- pen), aku menangis karena takut terhadap
su'ul khatimah (akhir hidup yang buruk).
Shofwan bin Sulaim mengatakan, "Di dalam kematian ada rahah (istira-hat) bagi seorang
mukmin dari huru hara dan hiruk pikuk dunia, walaupun harus merasakan putusnya nafas dan
kepedihan. Kemudian beliau mengu-curkan air mata.
Wahai saudaraku! Marilah kita mengumpamakan diri kita masing masing sebagai seorang yang
sedang berbaring menunggu ajal. Saudara dan tetangga sedang mengerumuni kita, lalu di
antara mereka ada yang berkata, "Si Fulan telah berwasiat, sedangkan hartanya telah
dihitung." Ada lagi yang berkata, "Si fulan sudah tidak dapat berbicara, sudah tidak mengenali
para tetangganya dan mulutnya tertutup rapat. Orang-orang memandangi kita, kita mendengar
apa yang mereka perbincangkan, namun tidak kuasa untuk menjawabnya. Lalu kita lihat anak
kita yang masih kecil menangis seseng-gukan di sisi kita seraya mengatakan, "Wahai ayah
tercinta siapakah yang akan mengasuhku nanti setelah ayah pergi? Siapakah yang akan
memenuhi kebutuhanku nanti? Kita mendengarkan semua itu, namun demi Allah kita sudah
tidak mampu manjawab lagi.
Syafiq bin Ibrahim berkata, "Bersiap-siaplah kalian semua di dalam menghadapi kematian,
jangan sampai ketika ia datang lalu kalian minta di kembalikan lagi ke dunia (karena belum
beramal)."
Al 'Alla' bin Ziyad mengatakan juga, "Hendaknya setiap orang dari kalian merasakan, bahwa
dirinya telah meninggal, lalu memohon kepada Alloh Azza wa Jalla untuk dikembalikan ke
dunia, kemudian Allah memenuhinya, maka hendaklah kalian beramal ketaatan kepada Alloh
Azza wa Jalla."
Syamith bin 'Ajlan menuturkan, "Manusia itu ada dua macam, pertama orang yang terus
mencari bekal di dunia, dan ke dua orang yang terus bersenang-senang di dunia. Maka lihatlah,
termasuk golongan yang manakah dirimu?”
Dikisahkan, bahwa suatu hari al Hasan al Bashri melewati sekelompok pemuda yang sedang
tertawa terbahak-bahak, maka beliau bertanya, "Wahai anak saudaraku, apakah kalian pernah
menyebrangi ash Shirath (jembatan Jahannam)? Para pemuda itu menjawab, "Belum." Beliau
bertanya lagi, "Apakah kalian tahu ke surga ataukah ke neraka kalian akan dimasukkan?" Mereka
menjawab, “Tidak." Kemudian beliau berkata, "Lalu untuk apakah tawamu yang demikian itu?"
Semoga Alloh Azza wa Jalla memberi maaf kepada kalian semua. Dan ketika beliau menjelang
wafat beliau menangis seraya mengatakan, "Jiwa yang lemah, sedang urusan sangat dahsyat
dan besar, sesungguhnya kita adalah milik Alloh Azza wa Jalla dan sesungguhnya kepada-Nya
kita akan kembali."
Wahai saudaraku! Kita semua tidak dapat membayangkan bagaimanakah keadaan malam
pertama di alam kubur itu. Anas Radhiallaahu anhu pernah berkata, "Maukah kalian kuberi tahu
dua hari dan dua malam yang belum pernah diketahui dan didengar oleh manusia (yang masih
hidup)? Hari yang pertama adalah hari di mana datang kepadamu pembawa berita dari Alloh
Azza wa Jalla, baik dengan membawa keridhaan-Nya maupun murka-Nya (waktu meninggalpen),
dan kedua yaitu hari dimana kalian dihadapkan kepada Alloh Azza wa Jalla untuk
mengambil buku catatan amal, dengan tangan kiri ataukah dengan tangan kanan. Sedangkan
dua malam, adalah malam pertama kali di dalam kubur dan malam dimana pagi harinya
dilenyapkan tatkala terjadinya Hari Kiamat.
Kematian adalah perkara yang mengerikan, urusan yang sangat dahsyat, suguhan yang
rasanya paling pahit dan tidak disukai. Dia adalah peristiwa yang menghancurkan seluruh
kelezatan dunia, memutuskan ketenangan, serta pembawa duka dan kesedihan. Dia
memutuskan segala yang telah tersambung, memisahkan anggota badan dan menghancurkan
seluruh tubuh, sungguh dia adalah perkara yang sangat besar dan mengerikan.
Kita bayangkan bagaimana keadaan kita tatkala kita diangkat dari tempat tidur kita, dibawa ke
suatu tempat untuk dimandikan, lalu kita dibungkus dengan kain kafan, keluarga dan tetangga
bersedih, saudara dan teman menangis. Orang yang memandikan kita berkata, "Dimanakah istri
si fulan, dia akan melepas kepergian suaminya, dan dimanakah anak-anak yatim si fulan,
"Kalian semua akan ditinggalkan oleh ayah, kalian tidak akan bertemu lagi dengannya setelah
ini."
Jika para Nabi dan Rasul, shalihin dan muttaqin semuanya mengalami hal itu, maka apakah kita
akan terlena dari mengingatnya? Wallahu a'lam bish shawab.
(Sumber Rujukan: Buletin Dar Ibnu Khuzaimah, judul " 'Ala Firasyil Maut.")
Penulis dan Kontributor: Al Akh Suparlin Abdurrahman
http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/1/cn/5174
Konsultasi : Aqidah
Fungsi Doa Bagi Yang Sudah Meninggal
Pertanyaan:
setahu saya hanya 3 hal yang dapat membuat mayyit masih mendapat kiriman pahala, amal
jariah, anak yang sholeh, dan ilmu yang bermanfaat. di luar itu tidak ada lagi yang bisa
meringankan dosa si mayyit. demikian yang saya pahami selama ini. belakangan saya jadi
bertanya-2 bagaimana dengan doa yang berbunyi Allahummaghfir lil mu'minina ..... al ahya i
minhum wal amwat, yang kalo nggak salah berarti juga mendoakan ampunan bagi yang sudah
meninggal. kalo itu dikabulkan berarti kan ada peluang lain selain 3 hal di atas yang bisa
meringankan mayyit di alam kubur sana. mohon penjelasan..
Eki Abbas
Jawaban:
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil mursalin, wa ba`du,
Masalah ?pengiriman pahala? kepada orang yang telah wafat, kami sebenarnya sudha sering
kali membahasnya. Kalau Anda sedikit usaha, pasti akan menemukan jawabnya di dalam
database kami. Namun tidak ada salahnya kami memberikan gambaran untuk Anda saat ini.
Khilaf Di Antara Para Ulama
Kita menerima kenyataan bahwa para ulama memang terbagi-bagi dalam memahami masalah
ini. Ada diantara mereka yang berpendapat bahwa orang yang sudah wafat itu sama sekali tidak
bisa menerima pahala dari orang yang masih hidup. Sebagian lagi mengatakan bisa menerima,
namun hanya jenis pahala tertentu saja yang bisa. Dan yang terakhir mengatakan bahwa semua
jenis pahala bisa disampaikan kepada orang yang sudah mati.
Lebih rincinya, berikut ini kami uraikan satu persatu pendapat mereka :
1. Pendapat Pertama : Mutlak Tidak Sampai
Pendapat ini berangkat dari pengertian beberapa ayat Al-Quran Al-Kariem yang seklias memang
menyebutkan bahwa tiap orang akan menerima sesuai dengan yang pernah dikerjakannya.
Allah SWT telah berfirman di dalam Al-Quran Al-Kariem :
Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya?. (QS. Al-Baqarah : 286)
2. Pendapat Kedua : Hanya Pahala Ibadah Maliyah Saja Yang Bisa Sampai
Mereka membedakan antara ibadah badaniyah dan ibadah maliyah. Pahala ibadah maliyah
seperti shadaqah dan hajji sampai kepada mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat
dan bacaan Alqur?an tidak sampai.
Pendapat ini merupakan pendapat yang masyhur dari Madzhab Syafi?i dan pendapat Madzhab
Malik. Mereka berpendapat bahwa ibadah badaniyah adalah termasuk kategori ibadah yang
tidak bisa digantikan orang lain, sebagaimana sewaktu hidup seseorang tidak boleh
menyertakan ibadah tersebut untuk menggantikan orang lain.
Dalil yang mereka gunakan adalah sabda Rasul SAW:
Seseorang tidak boleh melakukan shalat untuk menggantikan orang lain, dan seseorang
tidak boleh melakukan shaum untuk menggantikan orang lain, tetapi ia memberikan
makanan untuk satu hari sebanyak satu mud gandum? (HR An-Nasa?i).
3. Pendapat Ketiga : Semua Jenis Pahala Bisa Sampai
· Hadits Populer
Dalil yang paling populer untuk masalah ini adalah hadits yang sudah sangat kita kenal
bersama, yaitu :
Rasulullah SAW bersabda,?Bila anak Adam wafat, maka amalnya terputus kecuali
tiga hal : [1] Shadaqah jariah, [2] Ilmu yang bermanfaat dan []3 Anak shalih yang
mendoakannya. (HR. Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa?I dan Ahmad )
· Terkabulnya Doa Selain Dari Anak
Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk berdoa dan mendoakan mayat yang telah
wafat. Dan tidak harus untuk yang masih ada hubungan saudara dan darah. Melainkan
kepada semuanya, yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Logikanya, bila Allah SWT
sendiri memerintahkan untuk mendoakan mereka, bagaimana mungkin dikatakan
bahwa doa itu tidak ada gunanya.
Bahkan di dalam Al-Quran Al-Kariem sendiri, ada teks doa itu dan memang telah dibaca
oleh umat ini.
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka
berdo?a :? Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang
telah beriman lebih dahulu dari kami? (QS Al Hasyr: 10)
Juga ada hadits Rasulullah SAW yang menceritakan doa kepada mayyit :
Dari Ustman bin ?Affan ra berkata:? Adalah Nabi SAW apabila selesai
menguburkan mayyit beliau berdiri lalu bersabda:? mohonkan ampun untuk
saudaramu dan mintalah keteguhan hati untuknya, karena sekarang dia sedang
ditanya? (HR Abu Dawud)
Kalau kita diminta untuk memohon ampun bagi orang yang sudah wafat, logiskah bila
masih akan dikatakan bahwa tidak ada pengaruh amal orang hidup untuk orang yang
telah wafat ?
· Disyariatkannya Shalat Jenazah
Kira-kira, apa sih gunanya shalat jenazah ? Dan adakah bedanya bila jenazah
dishalatkan dengan tidak dishalatkan ?
Tentu saja shalat jenazah itu disyariatkan karena jenazah yang dishalatkan itu memang
akan mendapatkan pahala dan keringanan siksa di dalam kuburnya. Paling tidak shalat
itu bukan hanya berpengaruh kepada amal yang melakukannya, melainkan juga kepada
jenazah yang dishalatkan itu sendiri.
Apalagi bila dilihat lafaz shalat jenazah yang intinya tidak lain adalah doa untuk mayit.
Artinya, mayit itu didoakan agar dia mendapatkan segala yang dibutuhkannya di alam
quburnya.
Dari Auf bin Malik ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW ? setelah
selesai shalat jenazah-bersabda:? Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia,
maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah
kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala
kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat
tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari
keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia dari
siksa kubur dan siksa neraka? (HR Muslim).
Kalau doa ini disyariatkan, artinya memang ada perintah untuk itu dna tentu saja Allah
SWT tidak akan memerintahkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
· Sampainya Pahala Sedekah Untuk Orang Mati
Rasulullah SAW pun memerintahkan shahabat untuk bersedekah yang pahalanya untuk
orang yang telah wafat. Haditys berikut ini menjelaskan bagaimana hal itu.
Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa Saad bin Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia
tidak ada ditempat, lalu ia datang kepada Nabi SAW unntuk bertanya:? Wahai
Rasulullah SAW sesungguhnya ibuku telah meninggal sedang saya tidak ada di
tempat, apakah jika saya bersedekah untuknya bermanfaat baginya ? Rasul SAW
menjawab: Ya, Saad berkata:? saksikanlah bahwa kebunku yang banyak buahnya
aku sedekahkan untuknya? (HR Bukhari).
· Dosa Hutang Yang Terhapus
Hadits Abu Qotadah menjelaskan bahwa seseorang mati dalam keadaan berhutang.
Tentu saja di kubur dia mendapat masalah. Lalu ketika keluarganya membayarkan
hutangnya sebanyak dua dinar, maka nabi SAW bersabda:
Sekarang engkau telah mendinginkan kulitnya? (HR Ahmad)
· Pahala itu adalah hak orang yang beramal. Jika ia menghadiahkan kepada saudaranya
yang muslim, maka hal itu tidak ada halangan sebagaimana tidak dilarang
menghadiahkan harta untuk orang lain di waktu hidupnya dan membebaskan utang
setelah wafatnya.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=80
Dampak Beriman Kepada Hari Akhir Terhadap Sikap Dan Perilaku Manusia
Kamis, 04 Maret 04
Iman kepada hari ahkir adalah termasuk rukun iman, dan merupakan akidah Islam yang
fundamental. Karena memepercayai hari kebangkitan di akherat merupakan pilar akidah
setelah mengesakan Allah Ta'ala. Keberadaan hari Kiamat adalah merupakan sesuatu hal yan
qoth'i (pasti) dan tidak perlu memperdebatkan dengan logika sempit dan filsafat sesat.
Sedangkan menging-karinya adalah merupakan kekafiran.
Hari akhir adalah hari kiamat yang hari itu seluruh manusia dibangkitkan untuk dihisab
(diperhitungkan amal-nya) dan diberi balasan. Dikatakan hari akhir karena tidak ada hari
setelahnya, dimana setiap penghuni surga akan menetap di Surga dan ahli Neraka akan
menetap di neraka.
Beriman kepada hari akhir mengandung empat unsur:
Pertama: beriman kepada hari kebangkitan, yaitu saat dihidupkannya kembali orang-orang mati
tatkala ditiup sangkakala kedua. Seluruh manusia bangkit menghadap Allah tanpa alas kaki,
tanpa mengenakan pakaian serta dalam keadaan tidak berkhitan Firman Allah: "Kemudian
sesudah itu sesung-guhnya kamu sekalian benar-benar akan mati, kemudian kamu sekalian
benar-benar akan dibangkitkan (dari kubur-mu) di hari kiamat." (QS. Al-Mu'minun: 15-16)
Nabi bersabda:
"Wahai manusia, sesungguhnya kamu sekalian dikumpulkan (di hari kiamat) kepada Tuhanmu
tanpa alas kaki, telanjang dan tidak berkhitan." (HR. Muslim)
Kedua : Beriman kepada hisab (perhitungan) dan jaza' (pembalasan).
Firman Allah Ta'ala :
"Sesungguhnya kepada Kami-lah mereka kembali, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah
menghisab mereka". (Al-Ghasyiyah : 25-26)
Di saat itu semua amal perbuatan manusia akan diperhitungkan dan tidak ada sedikitpun yang
akan lolos dari hisabnya. Walaupun sekecil titik debu, pasti ia akan menuai balasannya.
Ketiga: Beriman kepada adanya Surga dan Neraka, bahwa keduanya adalah tempat kembali
yang abadi bagi manusia. Surga adalah tempat penuh dengan kenikmataan, dipersiapkan untuk
orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Adapun Nereka adalah tempat berbagai macam adzab
yang disediakan Allah bagi orang kafir dan dzalim.
Keempat: Termasuk rangkaian iman kepada hari akhir adalah mengimani segala sesuatu yang
terjadi setelah kematian, seperti fitnah kubur, siksa dan nikmatnya. Kenikmatan kubur hanya
diperuntukkan bagi orang-orang mukmin yang jujur.
Firman Allah Ta'ala :
"Seseunguhnya orang-orang yang mengatakan : "Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka
meneguhkan pendi-riannya, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) :
'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah merasa sedih dan bergem-biralah kamu akan
(memperoleh) Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (Fushshilat: 30)
Adapun siksa kubur diperuntukan bagi orang zalim dan orang-orang munafik serta kafir. Firman
Allah:
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang dzalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sekaratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil
berkata): "Keluarkan nyawamu, di hari ini kamu dibalas dengan siksaaan yang sangat
menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar, dan
karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." (Al-An'am : 93)
Orang mukmin di dalam setiap gerak amal kesehariannya senantiasa memeprtimbangkan
hitungan akherat, ia selalu menghitung untung ruginya dalam hisab Allah Ta'ala. Adapun orang
kafir, ia berbuat laksana binatang yang tidak pernah merasa ada akibat apapun dari amalnya,
sehingga tidak sedikitpun hatinya memperdulikan timbangan akherat. Tidak ada undang-undang
dan aturan apapun di dunia ini, yang mampu menjadikan penganutnya bersemangat penuh
keikhlasan untuk melaksanakan kebaikan dan menjauh dari keburukan selain kerena iman
seorang terhadap syari'at Islam Ini.
Adapun beriman kepada hari akhir akan dapat memberikan dampak sebagai berikut:
Pertama : Senang dan tekun menjalankan ketaatan serta mengharap-kan pahala untuk
persiapan hari pembalasan.
Kedua : Takut dan gelisah di saat bermaksiat karena mengimani akan adanya suatu siksaan yang
sangat pedih di hari pembalasan.
Ketiga : Penghibur bagi orang mukmin yang tidak sempat menda-patkan kenikmatan dunia,
sebagai gantinya ia punya harapan yang akan ia peroleh di hari akherat berupa kenik-matan
dan pembalasan pahala.
Sesungguhnya percaya kepada Allah, hari akhir, pahala serta siksaan akan memberi arah yang
nyata terhadap perilaku manusia untuk berbuat kebaikan. Tidak ada undang-undang ciptaan
manusia yang mapu menjadikan perilaku manusia tetap tegak dan lurus seperti beriman kepada
hari akhir. Oleh karena itu, dalam masalah ini akan ada perbedaan perilaku antara orang yang
ingkar terhadap Allah dan hari akhir dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.
Orang yang beriman mengetahui dunia adalah tempat simpanan sementara, sedang amal sholeh
adalah bekal untuk mal akherat.
Maka bagi orang yang percaya hari pembalasan dia akan berbuat dengan melihat kepada
timbangan langit, bukan timbangan bumi. Dan dia akan melihat hisab akherat, bukan hisab
dunia. Adapun bagi orang yang tak beriman kepada Allah dan hari akhir, hisab dan balasan,
maka ia mencoba menjalani rutinitas kehidupan dunia ini dengan mengejar kesenangan yang
disertai kerakusan, mengumpulkan harta benda dengan berbagai cara tak peduli halal dan
haramnya. Karena itu dia akan dihisab dan akan celaka karena dia tidak menghiraukan hari
pembalasan.
"Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus-menerus. Ia bertanya" Bilakah hari kiamat
itu datang?" (Al-Qiyamah : 5-6)
Begitulah pemikiran orang-orang bodoh dan sempit yang banyak menjadi pemicu terjadinya
berbagai tindakan kriminalitas di muka bumi karena keingkaran mereka terhadap hari
pembalasan. Sebagaimana Allah gambarkan tentang keadaan mereka dalam firman-Nya: "Dan
tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja dan kita
sekali-kali tidak akan dibangkitkan." (Al-An'am: 29)
Bahkan paham-paham kekufuran terhadap hari akhir di zaman ini selalu berkembang dengan
sangat suburnya. Seperti kita lihat misalnya pengingkaran secara total di balik alam materi,
yang dilakukan orang komunis dengan berbagai kelompok dan organisasinya sekarang. Menurut
mereka , kehidupan itu meteri belaka dan di balik materi itu tidak ada sesuatu yang lain. Hal
itu sebagaimana dikatakan pemimpin mereka Karl Marx yang berpendapat bahwa , Tuhan itu
tidak ada dan kehidupan itu hanya materi. Oleh Karena itu, tak heran bila mereka seperti
binatang. Mereka tak bisa menangkap arti kehidupan.
Demikian juga aliran Materialisme, mereka menjadikan harta sebagai tujuan dan tenggelam
dalam pencarian-nya tanpa memperhitungkan batas hidup yang sangat sempit dan singkat. Dan
mereka bila melihat kehidupan di dunia, meraka berani berkorban demi untuk memperoleh
kesenangan yang berlipat ganda dengan tanpa memikir-kan datangnya kematian. Mereka tidak
perduli pertangungjawaban kehidupan lain, dan tidak memperdulikan kejadian yang akan
menimpa pada masa yang akan datang dalam kehidupannya. Wallahu a'lam bisshowab (Khanif
Muslim Bin Hasyim)
Maraji':
· Tafsir Al-Qur'anul 'Adzim, Ibnu katsir
· Asyratus Sa'ah, Yusuf bin Abdullah Al-Wabil
· Kitabut Tauhid, Syaikh Al-Fauzan.
· Syarh Salatsatul Ushul, Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin.