Rabu, 02 Februari 2011

cinta = ??

Cinta itu �



O, my luve, is like a red, red rose,
That�s newly sprung in June.
O, my luve, is like the melodie
That�s sweetly played in tune.

- Robert Burns -

We can do anything in the name of love. Thousands of seas and tough of forest will be defeated by one word, i.e. love. Love can not vanish because of time and distance. It can not be cracked by the age. But one thing for sure, love means absurd. There are one eleven hundred definitions about love but no one can define precisely of love itself because each person has different experience about it�

Cinta, cinta� seperti apa sih wujudnya? Bulat, panjang, lonjong, kotak? Seperti apa sih rupanya? Seperti Dian Sastro? Nadine Chandrawinata? Nicholas Saputra? Atau seperti Mandra? Malih? Kata orang, cinta itu seperti lemon, kadang manis juga kadang asam. Atau mungkin juga sepet. Para pujangga recehan, yang hari-harinya disibukan untuk mendefinisikan apa itu cinta karuan dibuat bingung tujuh belas keliling oleh satu kata misterius sekaligus setengah mampus ini. Ya, itulah cinta. Tapi entah bodoh atau memang idiot, berulang mereka menorehkan tintanya demi satu kata ini, berulang kali pula KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) menolak mentah-mentah untuk melegalisir hasil pemikiran tujuh malam tujuh purnama ini.

Ya itu dia, seperti saya bilang tadi, cinta itu mungkin -- kalau boleh dibilang -- salah satu makhluk Tuhan yang paling misterius mukjizatnya yang tak lekang dimakan zaman. Tengok, teks-teks lagu cengeng, puisi-puisi gombal, rayuan play boy berat di ongkos, sampai detik ini masih saja ditunggu launching-nya oleh jutaan remaja di seantero jagat raya. Walaupun satu tema satu kata, tapi cinta bisa melahirkan jutaan bahkan miliaran ekspresi para pembuatnya. Bagaimana dengan aku?� apa aku juga korban pujangga recehan tersebut? Dengan tegas dan lugas, aku tekankan, TIDAK SAMA SEKALI�!! Tolong bung, harap dicatat!

Kalaupun ada skala pengukur ketampanan misalnya, mungkin aku ini masuk ke dalam kategori angka lima setengah, tapi sekali lagi, aku ini pria tulen, perjaka tangguh, lelaki sejati, yang idealismeku tinggi. Percuma buku-buku Jean-Paul Sartre, Michael Foucault, Jacques Derrida, F. Nietzsche, Karl Marx dan sederet para pemikir dunia terpampang di rak buku-buku kamarku. Apa kata seniorku nanti? Mahasiswa jurusan Akidah Filsafat menjadi korban kata-kata penyair picisan, penggombal nomor wahid di dunia? Huh, mau ditaruh mana wajahku nanti?

Walaupun sampai detik ini usiaku sudah berada diujung kepala dua dan masih tetap setia membujang, aku sama sekali tidak khawatir. Walaupun teman-teman wanitaku banyak yang menyarankan agar aku segera melabuhkan layarku ke tepian dermaga cinta, aku sama sekali tidak bergeming. Walaupun emak-bapak di kampung terus nyerocos ingin menimang cucu dariku, aku rapat-rapat menutup ini punya telinga. Aku disini masih kekeuh menggenggam perkataan Edwad Said dalam Intellectual Exile-nya yang berkata: �Intellectual man is always be fugitive man.� atau lebih lugasnya lagi perkataan Bernart Shaw ; �Don�t ever think you can frighten me by telling me that I�m alone. France is alone� and God is alone� the strength of God in His loneliness��


*********


�Edan�, elo tau si Sinta anak 2004? Kemarin gue ketemu sama dia di Blok M. waktu gue hunting kaset Bon Jovi. Dia pakai baju tank-top, man. Body-nya cing, bodynya�!� Pancing Rudi kawanku di kantin sore itu.

�Sinta anak 2004, jurusan management akuntansi itu maksud lo?�. Tanya balik Dodi, penasaran.

�Yoi, man. Sape lagi?�

�Yang kayak gitu lo bilang �bagus�? Alaah, bagi gue sih dia itu BMW�.

�BMW? Setau gue dia perginya pake taksi dech! Lagian elo tau-tauan dia perginya pake BMW? Emange elo juga ada disana? Kok gue ga liat? Lagian kok lo ga negor gue sih?� Tanyanya lugas.

�Goblok, pantesan lo sampe semester ini kaga lulus-lulus. Lo tau BMW? �Body Mengalahkan Wajah� tau�!

�Maksud lo?�

�Busyet, ini orang kaga mudeng-mudeng juga ya? Lo kuliah dimana sih? Udah semester berapa lo sekarang?�

�Yach� kan gue juga sekelas sama lo� sama-sama udah nggak punya kelas� udah deh to the point aje. Sama-sama bego dilarang saling mendahului�

�Sialan� bisa nge-kick juga lo ye? Gini Rud, bodi sih oke dech, tapi lo liat mukenye� kaya bulan purnama tau�!�

�Lha, apa yang jelek? Bagus toh, bulan purnama? Apa yang salah�?�

�Muke lo jauh�, lo tau bulan purnama�? Dari jauh emang sih bagus. Coba lo lebih jeli. Lo todongin tuh biji mata lo biar deket. Bopeng-bopeng tau�!! Kalo gue? Nggak banget kali ya��

�Ooo��

�Masih mending si Siti, biar kalem-kalem gitu, tatapannya itu lo��

�Apa lagi tuch?�

�Woi�woi�woi!!! Sampe bab berapa lo mau diskusiin makhluk halus super sensitif itu? Jadi kaga nich diskusinya? Sialan lo pade ye! Nge-gawein gue. Gue yang bikin paper, ntar lo yang terima jadi, gitu�?? Ah� buang-buang waktu gue disini. Mending gue balik aja deh kalo gitu. Capek kuping gue dengerin topik murahan kaya gitu�!!� Potongku sengit sambil mengambil langkah menuju pintu keluar kantin.

�Hei�hei, lo mo kemana �ndra? Yah� gitu aje sensi� lo lagi �dapet� ya?


*********


Sesampainya di kamar kostku, langsung kurebahkan tubuh kurus ini menuju peraduan. Terngiang ucapan kawanku tadi di kantin kampus. Yah, begitulah kawan-kawanku. Terkadang aku juga heran mengapa aku bisa alot berkawan dengan mereka sampai detik ini. Tak terasa waktu melesat begitu cepatnya berkelebat. Sudah lima tahun kami jalan bersama. Terhitung semenjak kami menginjakan jejak pertama di kampus ini, tak dinyana kami menjalin persahabatan yang akrab satu sama lain.

Ya, kami berlima. Rudi, Sumargono, Darwis, Pepenk (nama aslinya entis, entah mengapa ia suka dipangil dengan sebutan itu?) dan aku sendiri. Dan diantara mereka, akulah yang paling alergi kalau mereka mulai �kumat� membicarakan makhluk super sensitif ditengah-tengah pembicaraan kita.

Entah mengapa? Terkadang mereka juga heran dengan sikapku yang begitu dingin dan sok pasang harga terhadap makhluk yang satu ini. Padahal sudah bisa dipastikan, kalau ada salah satu gadis yang berusaha mendekatiku dan ingin tahu lebih dalam tentang diriku. Ditengah-tengah eksplorasi, mereka pasti akan segera merasakan badai ill fell. Ill feel karena mungkin merasa perjuangan mereka tidak ada feed back-nya. Padahal aku ini tidak �alim-alim� banget. Setidaknya kalau dibandingkan dengan kawanku Ahmad, yang menjabat ketua seksi dakwah kampus, yang gemar memakai celana �komprang� sampai sepuluh senti diatas mata kaki. Atau bila dibandingkan dengan Andi ketua Pencinta Alam Mayapada, yang tersohor dikampus karena dadanya yang bidang menyerupai bidangnya petak sawah kakek di kampung. Aku hanyalah mahasiswa biasa. Sangat biasa. Hanya saja kebetulan, karena hobiku membolak-balik buku dan gemar berdiskusi, beberapa kawan mempercayaiku untuk menjabat sebagai ketua forum kajian filsafat dan kesusastraan. Itu saja, selebihnya, tak ada yang bisa dibanggakan dari diriku. Aku hanyalah mahasiswa biasa� sangat biasa.

Bagiku menjalin hubungan dengan wanita, hanya akan mengurangi ruang gerakku sebagai manusia bebas. Mau kesini harus mempertimbangkan aspek psikologis pasangan. Belum lagi kalau ia minta diantar kesana-kesini. Minta anterin shopping, dating, hunting, ahhh� pusinggg�!! Lebih enak seperti ini. Bebas, tak ada yang ngekang mau terbang kemana, mau nginep dimana, mau seperti apa, hanya aku dan diriku yang menentukannya.


*********

Ndra, lo bsa kmri kn? Gw bth bntuan nh. Kita kdtngn tmu dr depok, dy mau konsolidasi sma forum kita mngnai kjian gbngan mnggu dpn. Cpt kmari�

Sebuah sms masuk ke kotak inbox-ku. Wah, dari Mas Ipay, seniorku di forum kajian. Aku yang sedang santai-santai menyeruput kopi di depan komputer sambil menikmati lagunya Blackmore�s night karuan saja langsung ambil langkah kilat. Mengganti baju, ambil tas ransel, dan menyalakan sepeda motorku untuk melaju ke tempat itu. Sekarang juga�

�Ini Rani, ketua kajian feminisme forum Bangkit dari Depok. Ran, ini Indra ketua kami disini. Silahkan kalian rembukan saja dahulu. Sorry, saya tinggal dulu, ada janji.� Sapa mas Ipay, ketika aku sudah ada di base camp saat itu.

�Rani�� Ujarnya memperkenalkan diri.

�Ya, saya Indra, silahkan masuk dulu�� Balasku sopan.

Begitulah perkenalan singkat kami. Rani, wanita yang kira-kira umurnya dibawahku selang empat tahun, ternyata gadis yang cerdas. Tak disangka mahasiswi jurusan politik ini mengerti betul seluk beluk dunia kajian, terutama feminisme. Suatu saat, dikala forum kami berdua bertemu, paparannya yang singkat mengenai dunia organisasi begitu gamblang dan jelas. Selain cerdas, ternyata ia juga aktif dalam organisasi. Terbukti, kudengar dari beberapa kawan, ia juga memimpin organisasi perempuan dikampusnya. Benar-benar gadis yang melewati batas pemikiran anak seusianya, yang biasanya bangga terhadap aksesoris keluaran terbaru, HP model baru, fashion baru, sampai gossip-gossip murahan selebritis terbaru. Tapi ia berbeda, sungguh berbeda. Ia jauh lebih bangga bila ia mempunyai buku keluaran terbaru, dan model pemikiran terbaru yang biasanya ia serap dari para pemikir dunia di belahan Eropa sana. Luar biasa�

�Edannn� bener-bener �macan� si-Rani itu� waahh, gimana kalau aku jadi pacarnya ya? Hehehehe, cocok nggak �Rud?�

�Alaahh� itu mah bak langit dan sumur �Penk!� Salah-salah elo malah dikuliahi abis-abisan sama dia masalah kesetaraan gender lagi� tau kan �lo wawasan elo kan paling mentok masalah perceraian selebritis yang marak belakangan ini, �Penk!

�Hahahaha� gue setuju �Rud. Mana ada pantes-pantesnya si Pepenk sama Rani. Yang satu �Kuda putih Australi� yang satu lagi �Kerbau Krawang-Bekasi��!! Hahaha�� Goda Darwis lagi.

�Anjrit, loe semua� kalo ngiri bilang aje�! Dasar lo ye pade, anak kodok�� Seru Rudi sewot siang itu, seperti biasa ditempat kongkow kami, di pojokan kantin kampus.

�Eh, guys� kecuali si ketua putri itu bersanding sama ketua kite� mungkin cocok kali�! Ditambah kan si Indra sampe gini hari belon ade yang diapelin tuch saban malem minggu� iye gak? Mau ampe kapan nge-jomblo? Sampe Dajjal turun ke bumi? Bisa-bisa basi dimakan usia deh� Menurut loe semua gimane?�

�Nggak�nggak�, ntar salah-salah bukan bunga yang dia bawaain di malem minggu, malah Das Capital-nya Karl Marx lagi yang ia berikan� iiihhh, ngeri gue ngebayanginnya��

�Hahahahaha�� Tawa mereka berbarengan seolah tak memperdulikan kehadiranku disisi mereka saat ini.

�Terus� terus deh�! ceweee... mulu yang ada di otak elo pade. Heran gue sama tingkah elo pade. Kagak ada abis-abisnya nggegosipin orang. Pikirin tuh nasib judul skripsi lo yang ditolak berkali-kali sama dosen�!� Balasku tak mau kalah.

�Yahhhh, ini orang bener-bener deh. Pasti kalau mentok, urusannya skripsi lah pake dibawa-bawa� ahh, nggak asik lo �ndra!�

�Iya gue setuju sama elo gon, si Indra ini emang makhluk yang super aneh, kalau kita pada ngomongin soal cewe, pasti dia ini yang jadi demikian �sensi�. Gue jadi curiga lama-lama sama dia. Eh, ndra, elo masih �normal� kan�.?� Goda Pepenk lagi padaku.

�Hahahahaha��


*********


Huh, memang kalau dilayani mereka akan semakin menjadi-jadi. Dan biasanya aku yang selalu jadi bahan �cengan� mereka kalau membicarakan masalah wanita. Tapi sebenarnya, jauh didalam lubuk hatiku ada sejentik rasa kagum bersemayam pada sosok yang satu ini. Ia berbeda. Benar-benar berbeda. Tapi, tak serta merta aku pelihara perasaan yang satu ini. Aku sudah sangat terbiasa tuk menghalau perasaan model seperti ini. Biasanya, cukup dengan satu bab eksistensialisme, pikiran tentang dirinya bisa ku hela jauh-jauh.

Tapi memang, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya pun akan jatuh juga. Kira-kira itulah pribahasa yang paling tepat untuk menggambarkan sikapku kini. Belakangan ini, Rani sering meneleponku malam-malam, ketika sepasang mata ini memang belum aku pejamkan. Mulanya ia hanya tanya-tanya mengenai referensi yang aku punya, tapi lama kelamaan hubungan kami lebih dari sekedar patner dalam diskusi. Ia merambah jauh, melesak kedalam pribadiku. Sampai disitu ia lantas bersemayam, tak beranjak walau sejenak.

Pernah suatu kali ia mengajakku hunting buku ke Pasar Senen, kwitang. Ia mencari bahan untuk tulisannya guna dipresentasikan dalam sebuah diskusi. Panasnya matahari kala itu kita rangkul bersama, begitupun dengan desakan manusia dalam bus juga kita selami berdua. Ahh, indah sekali saat itu. Saat ia menggenggam jemariku tatkala menyebrangi jalan raya Matraman. Saat ia menghela peluhku ketika keringat membasahi dahi ini. Ia begitu perhatian padaku. Hal itulah yang tak pernah aku dapati dari wanita manapun. Yang membuatku lebih jauh kagum padanya adalah sikapnya yang bersahaja dan tak kenal gengsi. Pernah suatu kali, ia aku ajak makan di warung nasi yang agak kumuh yang berada di pojokan pasar. Ia sama sekali tidak mengeluh, bahkan terlihat lahap menyantap ikan peda-nya bersama tempe orek yang menghiasi sisi piringnya. Betul-betul gadis yang tahan banting pikirku.

Rani, Rani. Kalau saja hubungan kita lebih dari ini� kalau saja kau mau menjadi pendampingku� kalau saja aku tak �kere� seperti ini� ahhh, ingin rasanya hati ini berterus terang padamu, bahwa aku begitu sangat menginginkanmu� Rani, Rani�!

�STOP�!!! Jangan mulai lagi! Ingat harga dirimu, idealismemu, bagaimana dengan kebebasanmu? Bukankah dengan menjalin hubungan akan membatasi ruang gerakmu?� Disatu sisi Batinku berujar, namun disisi lain ia pun membantah.

�Ahh, Rani tidak akan seperti itu. Kan kau tahu ia berbeda dengan gadis-gadis lainnya. Ia tidak akan merepotkan kok! Tenang saja, ia wanita yang tahu memposisikan dimana dirinya harus berpijak.�

Aduuhhh� semakin pening aku jadinya. Sudah selang tiga bulan sejak perkenalan kita saat itu. Saat mas Iyan memperkenalkan kita berdua di base camp. Tapi sampai kini, sepatah kata �cinta� pun belum pernah terucap dari bibir ini. Ahhh, Rani� Rani�

�Halo, ini Indra kan? �ndra, besok kita bisa bertemu �gak? Mmm� aku ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Kamu besok sibuk?� Tiba-tiba sebuah suara begitu mengalun merdu di telfon gengamku.

�Mmm� nggak, nggak kok, aku tidak acara besok. Ada apa? Dimana? Ooo� bolehlah, kau atur saja itu.� Balasku sedikit menutupi rasa kikuk yang ada.

Waah.. pucuk dicinta, ulam tiba, batinku dalam hati. Apa ya kira-kira yang akan ia bicarakan? Sepertinya sedemikian penting hingga ia urung membicarakannya via telepon. Jangan-jangan� Ia ingin mengutarakan perasaannya padaku? Ah, yang tidak-tidak saja. Mana mungkin gadis sekelas dia mau melakukan hal sekonyol itu? Tapi bisa saja toh. Mengingat sikapnya akan kesetaraan gender, bisa saja ia yang mulai duluan. Curi start dalam mengutarakan isi hatinya padaku tanpa rasa tedeng aling-aling. Ah tapi�? Yah, kita lihat saja besok bagaimana.


*********


�Hai ndra, udah lama? Sorry aku kelamaan ya? Tadi aku ada sedikit urusan dengan dosen mengenai nilaiku yang keliru dicantumkan dalam buku besar akademik. Biasalah, namanya birokrasi. Sudah jelas-jelas mereka yang salah, tapi akhirnya aku juga yang ketempuan imbasnya.� Sapa Rani siang itu di tempat biasa, di pinggir danau UI.

�Nggak kok, santai saja. Aku juga baru tiba sekitar lima menit yang lalu. Eh, Ran, sebenarnya ada apa sih? Sepertinya sedemikian penting sehingga kita harus membicarakan hal ini secara langsung?� Balasku langsung menuju inti sari permasalahan.

�Aduuuhhh, kamu ini� emang benar-benar tipe orang yang tak kenal basa-basi ya? Baru juga aku tiba. Biarkan lah aku �nafas� barang sejenak.�

Akhirnya kami pun bercakap-cakap kesana kemari. Heran juga aku ini, ketika aku tegaskan apa sebenarnya inti yang ingin ia sampaikan malam tadi, ia selalu berkelit, memutar arah pembicaraan. Tapi sebagai orang yang tahu diri, aku pun tidak lantas memberondongnya dengan pertanyaan yang akan memojokkannya. Takut nanti suasana yang terbangun jadi tidak enak. Tetapi lama kelamaan, rasa penasaran begitu menggedor ini hati. Ada apa sih sebenarnya?

Sampai pada akhirnya, selang sebelum kita berpisah, ia pun akhirnya mengeluarkan suaranya juga sehubungan dengan apa yang aku tunggu-tunggu.

�ndra, mmm� maaf kalau aku bertanya agak lancang. Kalau menurut kamu tuh, hal apa yang paling dibenci sama lelaki?�

�Mmm, apa ya? Wah, pertanyaan kamu tiba-tiba sekali Rat. Bingung aku kalau begitu, menjawabnya juga.�

�Yah, contoh sederhana saja lah��

�Menurutku itu � sepertinya sama, hal yang paling dibenci oleh kaum lelaki dengan kaum perempuan. Dalam hal ini sepertinya mereka tidak suka kalau dibohongi atau juga dikhianati.�

�Ooo begitu, kalau itu mah aku juga tahu. Kongkretnya donk!� Tanyanya sekali lagi.

�Waduuuhh, repot juga pertanyaanmu Rat. Tapi kalau aku sih, sebenarnya semua itu tergantung manusianya juga. Kita tidak bisa serta merta menyamakan sifat mereka satu sama lain. Kamu ingat kan, kata Poespowardoyo dalam ide-ide besar sejarah intelektual Amerika, disitu dia bilang manusia itu bukan saja misteri yang tak akan habis-habisnya dipecahkan karena kompleksitas struktur emosinya juga masing-masing berbeda. Tidak seperti kaum naturalis, yang menyebut manusia itu pada dasarnya memiliki pola pikir dan perasaan yang sama. Jadi semua kembali ke individu pria itu juga.�

�Kalau menurut kamu juga, adakah yang salah apabila �� seorang wanita mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu terhadap seorang pria?� Tanyanya lagi yang kali ini membuat aku dag-dig-dug tak menentu. Cuma demi menjaga agar aku tidak kelihatan grogi, aku menarik nafas dalam-dalam.

�Rat, kamu ini ada apa sih? Kok pertanyaannya jadi aneh begitu �� Potongku sebelum menjawab pertanyaannya yang satu ini.

�Sudahlah jawab saja�!�

�Baik, baik� inget Rat, kita ini sudah bukan lagi berada di zaman feodalondo. Dimana seorang wanita itu masih dipandang drajatnya lebih rendah dibanding kaum pria. Juga kala itu seorang wanita akan dipandang rendah bila menyatakan perasaannya terhadap seorang pria. Itu menyalahi kodrat, norma, adat atau apapun tetek bengek aturan-aturan lainnya kata mereka kala itu. Tapi kini? Kita sudah memasuki millennium ketiga Rat, sekarang sudah bukan jamannya lagi aturan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kamu ini bagaimana? Bukankah yang satu ini kamu paling getol berdiskusi mengenai gerakan feminisme? Tapi kok kini�?

�Iya, iya� aku tahu. Habis bagaimana lagi saat ini aku sedang tak bisa berfikir dengan logis. Kata orang, ketika emosi cinta menjamah peraduan jiwa maka hilanglah daya nalar serta logika� fiuhh, ternyata berat juga ya �ndra mengalami perasaan yang satu ini.�

�Cinta? Apa kamu nggak salah Rat?� Tanyaku padanya yang kali ini membuat dia kikuk luar biasa. Kedua telapak tangannya pun kini menutupi bibirnya yang mungil yang tersemat pada wajahnya. Ternyata, barusan ia berbicara di bawah alam sadarnya. Ia kelepasan bicara seperti itu, tak biasa.

Untuk beberapa saat, kami pun terdiam satu sama lainnya. Entah berapa detik, menit, atau mungkin hitungan jam. Tak jelas juga aku ini. Yang terdengar kini hanya desir angin membelai dedaunan yang jatuh dari pepohonan. Kecipak ikan sapu-sapu dari dalam danau pun terdengar begitu jelas dari sini. Kami benar-benar tak mengucapkan sepatah kata pun. Kulihat wajahnya kini memerah, bak bunga baru saja merekah yang siap dihinggap oleh sang kumbang dari segala arah. Pandangan matanya pun terasa menerawang jauh meninggalkan jasadnya kini yang berada disampingku. Namun saat-saat itu pun kembali ia pecahkan dengan menanyakan sesuatu padaku.

�ndra��

�Iya��
�Mmm� boleh aku Tanya sesuatu padamu?�

�Yyyyaa� tentu saja. Aaaapa?� Jawabku kini yang diamuk perasaan grogi tak menentu.

�Menurut kamu��� Tanyanya tanpa meneruskan lanjutannya membuat aku terasa semakin tenggelam membenam dalam tanah ini.

�Aaaapppa Rat, tanya saja� tak usah malu-malu��

�Ah, apa pantas aku menanyakan hal ini padamu?�

�Pantas saja Rat, apa sih bedanya lelaki dengan wanita saat ini. Bagiku itu sama saja.�

�Tapi janji kamu tak akan menertawai aku kan?�

�Iya aku janji.� Ujarku sudah sedemikian tak sabar.

�Menurut kamu� mas Ipay itu sudah punya pacar belum ya?�


*********

Ciputat, 4 April 2007
01.15 AM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar