Senin, 07 Februari 2011

ketika penyair bercinta

KETIKA PENYAIR BERCINTA
Sebuah Antologi Berbagai Anak Bangsa Lintas Negara
Ketua Penyelenggara
Moh. Ghufron Cholid
Diterbitkan via ebook
Cetakan Pertama, Juli 2010
Bekerjasama Dengan
Segenap Penyair FB Lintas Negara
KETIKA PENYAIR BERCINTA 1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah adalah kata yang paling pantas untuk melukiskan
segala kebahagiaan setelah merampungkan Antologi Puisi
Cinta berjudul Ketika Penyair Bercinta.
Berbicara tentang cinta takkan pernah kehabisan maddah oleh
karena itu, Antologi Puisi ini hadir ketengah-tengah pembaca
sebagai sumbangsih kami, yang telah sepakat untuk berbagi
pengalaman, keinginan dalam bentuk puisi.
Antologi ini tergolong unik karena ditulis oleh berbagai anak
bangsa lintas negara. Sungguh merupakan perjuangan yang
tidak mudah dalam membuatnya karena melewati berbagai
macam fase yang harus ditempuh namun berkat keteguhan
hati yang diiringi ridla Tuhan akhirnya Antologi ini hadir.
Antologi Puisi ini berjumlah tiga puluh satu puisi. Dibuka
dengan puisi berjudul KEKASIH karya penyair Weni Suryani dan
ditutup dengan puisi berjudul AKU TELAH MENCINTAIMU
SECARA DIAM-DIAM karya M. Hasan Sanjuri..
Beraneka cinta ditampilkan di dalamnya agar kita bisa
menelaah bersama, semua ini dihadiahkan bagi segenap
pembaca budiman.
Antologi ini bisa dinikmati dengan sangat mudah dan gratis
lantaran para penyairnya merelakan puisinya dikonsumsi
secara suka cita. Tak hanya itu, seluruh penyair yang berada
dalam Antologi ini berharap agar bisa sama-sama
menerjemahkan cinta yang ada di dalamnya dengan sangat
suka cita.
Akhirnya kepada segenap penyair yang karyanya terangkum
dalam Antologi Puisi Cinta ini saya selaku ketua penyelenggara
mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga semoga Tuhan
membalas segala kebaikan. Mohon maaf pun saya ucapkan
kepada penyair yang telah mengirimkan karyanya namun tidak
termuat dalam Antologi ini. Selanjutnya bagi segenap pembaca
saya ucapkan selamat membaca semoga kita bisa memetik
hikmah di dalamnya. Anien ya rabbal ‘alamien.
Segala hal yang ingin disampaikan bisa menghubungi ketua
penyelenggara di alamat email
KETIKA PENYAIR BERCINT2 A
putra_blega”yahoo.com/lora_sun31”yahoo.com atau via HP
087852121488.
Al-Amien, 17 Juli 2010
Ketua Penyelenggara
Moh. Ghufron Cholid
KETIKA PENYAIR BERCINTA 3
DAFTAR ISI
COVER
DALAM……………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR………………………………………………….
………..2
DAFTAR
ISI…………………………………………………………....................3
Weni Suryandari (KEKASIH)……...
……………………………………………..4
Nurul Aulia Latifah (KISAH ITU)…………………...
…………………………...5
Shinta Miranda (AKU INGIN MENEMANIMU)……………...
………………..6
Imron Tohari (TADABUR CINTA)
……………………………………................7
Pringadi Abdi Surya (JALAN KENANGAN)……………………...
…………….8
Kwek Li Na (TEPERANGKAP JALA ASMARA)
……………………………...9
Dimas Arika Mihardja (MENGUKUR JARAK KERINDUAN)
…………..........10
Isbedy Stiawan ZS (TAMAN CINTA)…………………………...
……………...11
Ersis Warmasyah Abbas (AKU DATANG MEMINANG CINTA)
……………12
Handoko F Zainsam (BIRAHI OMBAK)
………………………………………13
Saifun Arif Kojeh (MENERJEMAHKAN RINDU)
……………………………14
Isma Wasingatun (MARI BERCINTA SAYANG)
……………………………...15
Adrian kelana (KUNISANKAN RINDU DI HATIMU)
……………………….16
Sayuri Yosiana (PUISI UNTUK IBU)
…………………………………………..17
Dedy Nur (UNTUKMU BIDADARI)…………………………………………
19
KETIKA PENYAIR BERCINT4 A
Sandra Palupi (CINTA)………………………………………………...
……….20
Davit Arianto (KERNA GELAP TAK PERNAH BENAR-BENAR
HILANG.21
Ananda Dwi (TENTANG CINTA)…
…………………………………………22
Lia Salsabila (SELAMAT MALAM SAYANG).…………………………...
……23
Zam Zamee (TANPA CINTA)………………………….
……………………...24
Retno Handoko (KIDUNG RINDU)……………………………..
……………25
Abd. Qadir Jailani (BERSAMA GENANG AIR MATA)...
……………………..27
Erfan Setiawan (AKU LUPA SEPARUH WAJAHMU)………………..
……….28
Dianing Widya Yudhistira (I LOVE YOU, IBU)
………………………………..29
Munajat Sunyi (ODE)…………………………..
………….....................................30
Indah Hairani (DENGAN PENA BAHASA)…………………………...
……....31
Ach. Shodiqil Hafil (SAJAK CINTA SEORANG LAKI-LAKI BERPECI
KEPADA PEREMPUAN BERKERUDUNG PELANGI)……...
…………….32
Eti Puji (ADALAH CINTA)…………….
……………………………………...33
Elis Tating Bardiah, S.Pd (JEMARI MEMORI MENGANTAR JAWAB)
……...34
Moh. Ghufron Cholid (SEBELUM BERANGKAT)
…………………………...35
M. Hasan Sanjuri (AKU TELAH MENCINTAIMU SECARA DIAMDIAM)...
36
BIODATA PENYAIR……………..
…………………………………………...37
Weni Suryandari
KETIKA PENYAIR BERCINTA 5
KEKASIH
Kekasih, tlah kita gempur kejemuan
Di sudut sudut rumah yang kita ukur
Dengan lapis dusta dan asmara semu
Semalam kalender usang tlah kita bakar
Tak ada sesal sampai ke akar
Bunga-bunga mekar
Cintamu tak pernah pudar
Kekasih, tlah kunikmati dini hari
Seperti cinta agung dariNya
Sambil berzikir basah oleh setubuh sakral
Ah, jika kukata perkawinan adalah jeruji,
Aku ingin abadi dalam jerujiNya
Sebab setiamu tak terbatas
Jika Rasullullah membolehkan
; Tentu aku bersujud di kakimu
Mei 2010
KETIKA PENYAIR BERCINT6 A
Nurul Aulia Latifah
KISAH ITU
kita yang dahulu tak mengenal tak menyapa
kini ditaman itu kita di pertemukan..
kita dipersatukan, dijadikan ikatan
ikatan nyata dalam persahabatan..
sapa kita dahulu merantau
kini sapa begitu nyata bagiku
hanya dalam hitungan waktu
kita seakan begitu erat
harapku pada satu waktu
iktan ini takan pernah terputus
takan raib terhapus oleh desiran itu
takan terbawa arus permusuhan
28 Februari 2010
KETIKA PENYAIR BERCINTA 7
Shinta Miranda
AKU INGIN MENEMANIMU
air laut kental keperakan
membuncah di karang berongga
kikis setiap sarat hasrat
di buih putih sisa rintih
seperti menjerang masa panjang
ada jejak silam terinjak di pasir pantai
kusebut namamu yang telah hilang
pada laut aku melempar angan
setitik pasir mungkin debu jasadmu
yang kuangkat dari hamparannya
angin laut tak mampu menerpamu
kuingin temanimu di atas batu karang
pelabuhan ratu, 1 mei 2010.
KETIKA PENYAIR BERCINT8 A
Imron Tohari
TADABUR CINTA
Banyak sudah pedih kurasa
Terjal berliku ujian Cinta
Dalam kumbangan madu cekat
Gejolak asmara terkungkung sekat
O malam, malam suram bulan bertudung
Kutulis sajak di mural jantung
Kuseduh hikmah segala coba
Menadaburkan cinta berkalam surga
Kini, saat kembali mengingatmu
Dalam kedalaman Istiqomah nurani
Hangat air mata tiada lagi pilu
: Karena jiwaku tlah berkhalwat
________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 3 Mei 2010
KETIKA PENYAIR BERCINTA 9
Pringadi Abdi Surya
JALAN KENANGAN
sejak kemarau satu tahun lalu itu, bangau dan burung-burung
nasar tak lagi pernah
hinggap di pohon jambu belakang rumah. sebab kandang ayam
di sebelahnya sudah
kosong tak berpenghuni direnggut influenza yang tak tahu
caranya menyerang kami.
daun-daun ranggas, ulat-ulat yang tabah mencerna angin
sudah melanggar sumpah
untuk setia pada batang pohon yang mulai mengenal
kematian. seekor lebah tengah
membangun rumah dari kotoran hidung, dan laba-laba masih
menunggu tanpa
kepastian kapan seekor nyamuk berani singgah untuk
dibuatkan secangkir kopi.
sejak kemarau satu tahun lalu itu, kami sudah tak pernah
duduk di kursi lapuk dan
tidur di atas kasur kapuk. kami berdiri dengan berani di atas
genting menangkap
kabar angin dari negeri seberang yang sudah mencuri layanglayang
kami dulu.
04 Juni 2010
KETIKA PENYAIR BERCINT10 A
Kwek Li Na
TEPERANGKAP JALA ASMARA
Hari hampir usai,
nyanyian rindu belum selesai
Di lembaran malam
Kutulis surat tentang rindu yang dalam
Embun sebentar lagi menguap
Akankah dalam mimpi saling bertatap?
Di dua tempat,
sepasang angsa menahan gejolak rasa yang berat
Cinta laksana panah
bikin hati bernanah
Sulit luput dari resah dan air mata
Jika teperangkap jala asmara
Taiwan, 12 Juni 2010
KETIKA PENYAIR BERCINTA 11
Dimas Arika Mihardja
MENGUKUR JARAK KERINDUAN
kicau murai pagi hari merayakan tetes embun
ujung daun berayun serupa gerak pendulum
ruang lengang
merindumu pulang
siapakah telentang berbantal resah?
usai sudah mimpi basah!
bengkel puisi swadaya mandiri
jambi, 2010
Biodata Penyair
KETIKA PENYAIR BERCINT12 A
Isbedy Stiawan ZS
TAMAN CINTA
bunga yang kutanam pagi ini tak mekar. tak ada wanginya.
ingin kusemai di lahan wajahmu, namun musim kering saat ini
telah menguncupkan kelopaknya.
di wajahmu ingin kubuat taman cinta
2010
KETIKA PENYAIR BERCINTA 13
Ersis Warmasyah Abbas
AKU DATANG MEMINANG CINTA
Kusapa kalian melalui pahatan warkah
selami madah-madah jiwa merah
bertukar salam meniti angin
jabat erat di rumah masa
gelombang cinta tanpa sua
di belantara ranah kalian ku terdampar
Ajari daku, wahai pencinta segala hikmah
tentang kata-kata tentang kearifan
tentang hidup tentang indah sanubari
seperti kalian layari di samudera memberi
rumah kedamaian hati purnama
aku datang meminang cinta
Banjarbaru, 5 Februari 2006 (11.15)
KETIKA PENYAIR BERCINT14 A
Handoko F Zainsam
BIRAHI OMBAK
Ada perawan menyulam cinta
Saat senja dipetik cakrawala
Bukan rupa kali mendera
Rasa menawar rindu muka
Biar!
Biar luka teriak, “Ha ha!”
Atau sederhanaannya rasa aku ingin
Namun kita tetap dalam bilangan irisan
Sunguh,
tujuh lapis gelombang berlari
gerhana rindu kuat menepi
mengurai ombak
Membopong tubuhmu
“Aih, puisilah kau!”
“Cepat pulanglah Dara
Amuk rindu kian mengemuka!”
Ciputat, April 2010
KETIKA PENYAIR BERCINTA 15
Saifun Arif Kojeh
MENERJEMAHKAN RINDU
Bila kutahu
Bahasa air yang mengalir ke muara
Sudah ribuan rindu mampu kuterjemahkan
Rindu ingin terbang seperti burung merpati
Dengan kesetiaannya
Mengantarkan amanat pengirimnya
Kepada orang yang ditujunya
Rindunya Leuser mengarungi laut luas
Menemui bidadari di ujung pulau impian itu
Menantang ombak dan badai yang mengganas
Untuk sampai di sana
Berbagi perasaan yang telah melepas sauh di hati
Bila kutahu
Bahasa bintang menerangi malam
Sudah ribuan rindu mampu kuterjemahkan
Balber, 04032008
KETIKA PENYAIR BERCINT16 A
Isma Wasingatun
MARI BERCINTA SAYANG
Mari bercinta sayang,
saat lembab fajar masih menyapa
ketika dingin masih menggelayut manja
Mari bercinta sayang,
saat terik surya mulai melanda
ketika bayang tegak tak terasa
Mari bercinta sayang,
saat penatku makin meraja
ketika bibir enggan tertawa
Mari bercinta sayang,
saat petang menjelma
ketika raga mulai tak berdaya
Mari bercinta sayang,
saat ku mulai terlena
ketika mimpi bukan lagi cerita
Sekali lagi mari bercinta sayang,
hingga nanti aku tak lagi nyata...
KETIKA PENYAIR BERCINTA 17
Adrian kelana
KUNISANKAN RINDU DI HATIMU
malam ini aku menatap langit kelam tanpa suluh rembulan
desau angin yang bersetubuh dengan daundaun bambu
aku resah menggumam rindu yang bergelayut di reranting
kalbu
di sana adakah kau merasakan galau yang ku kirim
bersama keranda cinta yang kupesan, lengkap kembang melati
dan sepasang nisan ,bertuliskan
rinduku telah terkubur pada lekuk hatimu yang dalam
cintaku tak lagi terguras waktu walau jarak yang merentang
telah kunisankan rindu di hatimu , sampai nyawa enggan di
badan
adrian kelana
jakarta .24062010
KETIKA PENYAIR BERCINT18 A
Sayuri Yosiana
PUISI UNTUK IBU
Seperti yang pernah kusampaikan pada ayah.
"Aku tak pernah mampu membuat puisi untuk ibu.
Setiap huruf kembali meloncat berpencaran dari barisan kata
sebelum mengutuh kalimat.
Lalu...bagaimana kupersembahkan sebentuk puisi bila setiap
huruf menolak berbaris rapi, ayah?''
Ayah merunduk. Membantuku memunguti kembali huruf-huruf
yang sengaja berjatuhan di kakiku. Huruf-huruf itu mengejekku.
Namun ayah tetap percaya. Suatu saat huruf-huruf akan
menjelma kalimat indah. Membariskan kata demi ibu. Lewat
jemari putrinya yang ragu.
Hari ini, setelah ayah pergi...
Huruf-huruf berbaris anggun. Tiada lagi keangkuhan. Mereka
membentuk kata, menjelma kalimat, mengutuh, penuh. Hatiku
bersorak dalam duka. Ayah tak pernah sempat melihat...
"Ibu...Mungkin kau tak pernah tahu. Betapa hati masih teteskan
embun satu satu.
membentuk aliran muara heningmu. Mengkristal dalam
keabadian.
Tak ada yang mampu menyelami kedalamannya. Selain
hatimu..hatiku
Langit kirimkan cerita tentang senja terakhir. Saat kupeluk
tubuh lunglaimu
meninggalkan cahaya kehidupan. Sisakan siluet
senyum..mengubah matahari jadi bulan.
Kini kuhanya mampu bersurat. Lewat bumi yang menadah
rindu.
Semesta mengirimnya lewat bisik angin petang.Yang kunanti
tiap malam.
KETIKA PENYAIR BERCINTA 19
Tahukah ibu?
Setiap detik ingin kuceritakan lewat puisi. Tentang teman
teman-baru yang membuat sunyiku jadi riuh. Atau tentang
seseorang, yang mengirimkan puisi kematian.
Mengubah rasa-rasa didada. Sepi..sunyi..senyap
Menggores kelembutan hatiku. Yang terbuat dari hatimu.
Namun bait puisi tak pernah mampu kurangkai. Menjadi siluet
sosokmu. Bahkan senyummu yang diam.
Hidup ini lucu ya, ibu ?
Seperti yang pernah kau katakan. Bahwa damai lebih indah
dari perang.
Bahwa hidup memang perjuangan. Meski puisi setengah jadi.
Namun rinduku menjadi-jadi.
Ingin rasanya kuakhiri puisi ini dengan akhir yang senyum.
Bahwa disini aku bahagia.
Berteman puisi, dongeng pagi, siang dan malam.
Demi malam yang menjelang fajar. Dan air terjun dimataku.
Kukirimkan sebentuk kisah. Dan bait bait kata. Didalamnya ada
hati yang meranum senyum.
Seperti yang pernah kau ajarkan.
Bacalah dan dekaplah. Agar getirnya hidup menjadi tawa yang
sumringah.
Ibu..kata orang diiparasku terukir keayuanmu.
Semoga tak menjadi bencana semesta.
Yang membuatmu menangis disana..."
somewhere, Juni 2010
KETIKA PENYAIR BERCINT20 A
Dedy Nur
UNTUKMU BIDADARI
Sejak mengenalmu ada keyakinan yang begitu kuat
Menggenggam hati
Jiwaku terbang bersama angin
Kerena engkau begitu Indah laksana Bintang yang bertabur
Ceria, adalah wajahmu
Rambut yang terurai laksana sutra
Halus seperti air
Malam ini, aku benar-benar ingin memuji ketulusanmu
Sejak dulu, aku senang memandang wajahmu
Menyaksikan tawamu
Dan tersenyum oleh waktu
Untukmu jiwa ini akan terus ada
Wahai pemilik malam, izinkan aku untuk menyentuh hatinya
Berbisik lirih diujung pendengarannya
Bahwa aku tak sanggup melawan dunia tampanya
Untuknya kebahagianku akan kupersembahkan
Bahkan jika aku sanggup mengenggam langit, akan kuberikan
padanya.
27 Desember 2009
.
KETIKA PENYAIR BERCINTA 21
Sandra Palupi
CINTA
Kau sayat tubuhku hingga getah
kutemukan bahagia sebab terluka
2009
KETIKA PENYAIR BERCINT22 A
Dave Sky
KERNA GELAP TAK PERNAH BENAR-BENAR HILANG
kerna ada yang jadi bayang-bayang
maka gelap tak benar-benar hilang
meskipun cahaya begitu benderang
di rentang jarak
mereka berkecipak
kadang meluluh lantak
aku seperti anai-anai
dipermainkan jelai-jelai
payah bersepai-sepai
ini tak semata tentang rindu
tapi juga cemburu yang beradu
kerna semuanya kian membadai
kerna semuanya begitu memberai
ini tentang ingin
yang ditelan angin
semua kurasa telah menjadi angan
yang terkulai lesu di jambangan
@Dave Sky
(2009)..
KETIKA PENYAIR BERCINTA 23
Ananda Dwi
TENTANG CINTA
Pulang, pulanglah dengan peta urat-urat daun
di likunya sudah teralamatkan satu rasa
di golongan kepompong
mengukir sayap-sayap
untuk diterbangkan kemudian hinggap di jarimu.
KETIKA PENYAIR BERCINT24 A
Lia Salsabila
SELAMAT MALAM SAYANG
Selamat malam sayang
Lelaplah dalam dekap malam
Rasakan cinta dalam kesunyian
Walau hanya tersampaikan lewat
Nyanyian usang
Selamat malam sayang
Nyenyaklah dalam peluk malam
Rasakan semesta berbisik
Pada angin, bintang, dan rembulan
Tentang kedamaian yang tak terusik
Selamat malam sayang
Mari lelap dalam hening malam
Rasakan kedamaian mengalun
Pada ayat ayat langit berkumandang
Sampaikan kerinduan lewat zikir zikir panjang
Kenanglah dalam ingatanmu sayang
Rinduku selalu ada meski biasa saja
Seperti pagi menanti matahari
Dan malam menanti rembulan
Selamat malam sayang
Kenanglah aku dalam nadi dan nafasmu
Agar aku yakin hanya aku dalam hatimu
160909
KETIKA PENYAIR BERCINTA 25
Zam Zamee
TANPA CINTA
bercerita tentang cinta
bersama puisi yang kalian tulis
aku malu
dan membuatku bodoh tentang kata
karena hingga kutak mampu menghitung senja
cinta tak kunjung menyapa
aku iri,
iri pada cinta, yang
kalian ramu menjadi tawa
bahkan pada cinta, yang
kalian eja menjadi bulir air mata
: tertawa, menangis
semua karena cinta
ah, Cinta
Haruskah aku mengadu pada bising tawa
agar engkau berbelas kasih membagi bahagia
Atau aku harus memelas pada sakit nestapa
agar engkau sedikit kejam memberi derita
Cinta, memang tanpa paksa
20042010
KETIKA PENYAIR BERCINT26 A
Jurang Sepi
KIDUNG RINDU
ada fajar menantang langit
di situ, ada indah menjerat-jerit
ada magenta meredam langit
ketika itu, hujan bukan lagi air
ia rendam benak, alih-sulih jiwa terpaku
pada senar-sinar pelita langit melejit telak
ada genta-cinta pada tubuh serta jiwa
ketika kau di sana, menyulam udara;
kuhirup...
udara lesap tak bersisa
ada genderang perang bertabuh riuh
ketika kau disana, menjahit angin;
kulesap...
angin hirup tak bersisa
di tanah basah, di kelilingi ilalang
aku coba hitung debu
eja bahasa petir kiriman langit
terjemah setiap gemericik hujan
karena aku mau tangkap hadirmu kerap
dan izinkan senandung lirih kidung bumiku
kacau kau punya langit, sedikit saja
biar lekas lantas lepas
ini genderang meradang rindu;
kau curah-gundahkan pada untaian hujan
kau lesat-titipkan pada semilir petir
kau embus-hempaskan pada senyapnya udara
menuju tanah-resah basahku meremuk
ambruk
KETIKA PENYAIR BERCINTA 27
aku ada pada ilalang, memutari tanah basah
masih hitung debu, eja petir, merumus hujan
karena aku mau tangkap hadirmu kerap
itu saja mauku, tapi hadirmu...
KETIKA PENYAIR BERCINT28 A
Abd. Qadir Jailani
BERSAMA GENANG AIR MATA
Bersama genang air mata yang tumpah bersama cinta
Aku meraba ke dalaman hatimu
Menyusuri ruang hampa tak bertepi
Menapaki jalan terjal dan berbatu
Aku telungkup dalam obituari
Di kedalaman hatimu
Ku temukan muara yang mengaliri gelombang percintaan kita
Serupa perahu dan gelombang
Kita berselancar menuju pelabuhan penantian terakhir
Menabuh riak gelombang
Di sebuah lorong tak bernama
Kau taburi tubuhku dengan semburat ciuman tak bersuara
Meski desahmu sesekali terdengar
“ah…”
Aku terdiam sejenak melihat lekat wajahmu
Yang putih mulus tanpa noda
Sambil sesekali ku saksikan
Kau tengah asyik bercerita dengan tubuhku
Menceritakan tentang keindahan dan kesedihan
Di akhir cerita
Kecupan ringan bibirmu menyatu dengan bibirku
Mengganti bekas bibirnya di bibirku dengan bibirmu
Bersama genang air mata
Aku menatap senja di kedalaman matamu
Dan ku katakan
“…inikah akhir ceritamu…?”
SSA, 07 Juni 2010 M.
KETIKA PENYAIR BERCINTA 29
Erfan Setiawan
AKU LUPA SEPARUH WAJAHMU
melukis wajahmu dengan kanvas dahaga. patahan-patahan
igau menguncup
sembilu menjadi abjad-abjad yang tak terbaca. “aku terlanjur
tidak mengerti
tentang cinta” desahmu. sungguh telah kutapaki sejarah penuh
biografi-biografi sunyi yang garam. menilam rindu pada
setangkai harap
yang basah disorot matamu. tajam
“dik, tidak ada lagi yang berguna selain airmata” tiba-tiba saja
bibirku
bergetar dan aku benar-benar lupa separuh wajahmu.
sedingin angin memuluk dedaunan, yang ada hanya gigil mata
kanvasku
berusaha mengingat separuh wajahmu yang kulupa.
dik, aku rindu, rindu sekali. merapatlah kedinding waktu yang
masih berkabut
nyanyikanlah lagu yang sengaja kukirim lewat telegram sunyi
atau larik-larik puisi lirisku yang tertinggal dikeheningan malam
nemun maaf bila huruf-hurufnya mulai memudar, sebab waktu
terus berkarat.
atau bila kau tak lagi bisa membaca larik-larik puisi lirisku ini,
disebabkan
kabut terus menebal di bola matamu. tafsirkanlah butir-butir
hujan
yang kan singgah malam nanti. basahilah tubuhmu secangkir
demi secangkir
agar aku merasakan harum tubuhmu yang kasturi.
dik, bila nanti aku berkunjung ke rumahmu dan aku lupa jalan
KETIKA PENYAIR BERCINT30 A
pulang
tunjukkanlah aku peta warna merah yang dulu aku lukis di
tangan kananmu
di situ telah kutanam beribu bunga melati yang sengaja kupetik
dari percintaan kita yang dibatasi oleh jarak: sunyi
juga beribu doa yang kulafazdkan di setiap sujud tahajjudku
: semoga hujan datang diakhir may nanti, akan kujemput
separuh
wajahmu yang kulupa.
KETIKA PENYAIR BERCINTA 31
Dianing Widya Yudhistira
I LOVE YOU, IBU
Wajahmu membayang pada senyap,
arloji yang meleleh
juga langkah yang berkarat
Gurat bibirmu membayang --
pada wajah anak-anak,
angin yang sederhana
juga keheningan langit senja
Kemuning yang kautanam
dihalaman rumah dulu
tak lagi kokoh berseri.
Ia telah merontokkan setiap daunnya
merimbun di bumi yang melata
Kini aku telah menjadi ibu
Barangkali tak seperti engkau.
Senantiasa datang
dengan mawar jngga di tangan
merayapi hati dengan keheningan.
Wajahmu membayang
pada butiran embun, jejak pelangi
juga kehangatan matahari
Wajahmu kian membayang
menusuk-nusuk darah
Aku masih ingat jalan pulang
Depok, Dsember 2007
KETIKA PENYAIR BERCINT32 A
Munajat Sunyi
ODE
Dengan apa aku harus mengukur rindu?
-jika tidak dengan matamu
sebab bagiku rindu lebih rumit dari rumus matematika
yang diajarkan ibu guru
di kota itu, apakah kau masih mengenangku?
ketika gelap menyelimut saat mati lampu
atau kau telah lupa
akan kemesraan kita di taman bunga
melintasi jalan-jalan kecil kota tua
kau dekap aku, diatas dua roda
kita melaju
Dengan apa aku harus mengukur rindu?
-saat wajahmu begitu jelas dalam khayalku
semoga kau tahu; tak ada pedang setajam rindu
setajam namamu
(Yogyakarta, Maret 2010)
KETIKA PENYAIR BERCINTA 33
Indah Hairani
DENGAN PENA BAHASA
Dengan pena bahasa
kutulis bisik sukmaku
dalam susun aksara
rindu yang kian tua
pada daun yang meluruh
di halaman jiwa
Ketika senja jingga
kutulis setiaku yang dewasa
pada pipi mentari
dan ketika semilir angin
mengucup bibir rembulan
ketika embun mulai
meniduri dada malam
dan tinta masih tersisa
kutulis lagi bisik sukmaku
dengan pena bahasa
dalam susun aksara
kalimah cinta
yang lebih sempurna
KETIKA PENYAIR BERCINT34 A
Ach. Shodiqil Hafil
SAJAK CINTA SEORANG LAKI-LAKI BERPECI KEPADA
PEREMPUAN BERKERUDUNG PELANGI
alif ba ta
alif lam mim
karena cinta
doaku tak pernah
selesai di ujung
amien
Al-Amien, 2010
KETIKA PENYAIR BERCINTA 35
Eti Puji
ADALAH CINTA
Pernah kau bertanya pada senja yang merona.
Mengapa dia biarkan malam diamdiam menyergap
dan menutupnya dengan selubung hitam gelap?
Padahal setelah semua terselimuti, malam pun pergi
menjemput pagi.
Karena cinta katanya, dan senja pun berlalu meninggalkanmu
yang diam termangu.
Lalu kau bertanya pada daundaun gugur pohon belimbing di
taman samping.
Mengapa dia biarkan diri terlepas dari sang induk lalu
membusuk menjadi rabuk* ?
Padahal setelah daun terurai, akar menyerapnya dan
mengedarkan ke dahandahan tempat dia dulu pernah
bertahan.
Karena cinta katanya, dan daundaun gugur itupun mematung
mengabaikanmu yang nampak linglung.
Dan sore ini, kau bertanya padaku (lagi)
Mengapa aku rela melepas jubah satriaku dan membiarkan
diriku ikut mengembara bersamamu?
Padahal kau hanya seorang sudra, pencinta katakata tanpa
harta tanpa tahta.
Karena cinta kataku, seraya menyodorkan secangkir kopi
tubruk kesukaanmu.
Kali ini kau mengerti dan tersenyum penuh arti.
Adalah cinta, yang dengan rela mengikuti ke mana arah
takdirnya.
(2009)
KETIKA PENYAIR BERCINT36 A
cat.
*rabuk : pupuk dalam bahasa jawa
KETIKA PENYAIR BERCINTA 37
Elis Tating Bardiah, S.Pd
JEMARI MEMORI MENGANTAR JAWAB
Suatu siang engkau datang alamat apa yang kau bentang
membawa segenggam bunga kamboja berbau melati
yang kau tanam di bukit cinta beribu purnama
hatiku berdesir mengalir bak air, sejuk
kau singkap sobekan luka kecewa
kau ulur jemari memori
yang kini belum mati
ribuan harap
berceloteh
ting!
menghilang
disapu realita
tajamnya sembilu
menoreh lebamnya rindu
hingga pagi kauunjuk suara
syahdu rindu menangkap erang
tanyapun terlempar cintamu sedetik nadi
jawabnya: "namun kekuatannya menghidupiku
matamu masih tersimpan jauh di samudera cintaku
pendaran warnanya mengisi tempurung jagad bathinku
bumi berkerut langit terpecah detak jantungmu masih kurasa."
by: 'Liz
Bdg,23 Mei 2010
KETIKA PENYAIR BERCINT38 A
Moh. Ghufron Choldu
SEBELUM BERANGKAT
Sebelum berangkat
Ku mau
Langit dan rumput
Saling bersujud padaMu
Sebelum berangkat
Ku mau
Riak dan gelombang
Saling menjadi sajak
Tentang jejakMu
Sebelum berangkat
Ku mau
Badai dan sepoi
Saling berpuisi
Tentang rahman-rahimMu
Sebelum berangkat
Ku mau
Terang dan petang
Saling menjadi saksi
Tentang kesempurnaan ciptaMu
Al-Amien, 29 Juni 2010
KETIKA PENYAIR BERCINTA 39
M. Hasan Sanjuri
AKU TELAH MENCINTAIMU SECARA DIAM-DIAM
aku telah mencintaimu secara diam-diam
tanpa pesan singkat atau dering panggilan di telpon genggam
aku telah mencintaimu secara diam-diam
tanpa mawar atau ukiran wajah dari pualam
aku telah mencintaimu secara diam-diam
tanpa surat cinta atau titipan salam
aku telah mencintaimu secara diam-diam
dengan puisi yang sebentar lagi akan terkubur dalam-dalam
09 Juli 2009
KETIKA PENYAIR BERCINT40 A
BIODATA PENYAIR
Weni Suryandari, Lahir di Surabaya 4 Februari 66, menulis
puisi, cerpen dan novelette, Novelettenya pernah masuk
kategori Terpuji Lomba Tabloid Nyata, 2008. Buku Antologi
Puisi bersama : Merah Yang Meremah, Perempuan Dalam
Sajak. beberapa Cerpen dan puisinya pernah dimuat di media
cetak maupun maya ; Kompas.com dan melalui blog
pribadinya.
Nurul Aulia Latifah, lahir di Bogor 5 november 199, memiliki
hobi, listening music, writing, reading, memiliki citat-cita
menjadi seorang penulis puisi yang hebat, Guru, psikolog, Ahli
Desain. Menjadi operator warnet,sampingan sebagai pngjar
les,mendesain, menulis : puisi, cerpen adalah aktivitas yang
sangat digemarinya. Berdomisili di : Bogor Ciomas , bubulak
Alamat email che_auli@yahoo.com. CP : 08998571072
Shinta Miranda, lahir di Jakarta 18 Mei Pendidikan Sekolah
Menengah Kesejahteraan Keluarga AtasMenulis sejak kelas 3
SD, karena pengaruh dari ibu yang seorang dosen sastra
Inggeris (kini bermukim di Belanda) dan ayah almarhum yang
seorang jurnalis.Karya puisi saya pernah dimuat di Surat Kabar
Suara Pembaruan dan Suara Karya dan telah menerbitkan 2
buku antologi puisi berjudul Merah yang Meremah (bersama 9
penyair perempuan) dan Perempuan Dalam Sajak (bersama 8
penyair perempuan). Kini sedang menyiapkan sebuah antologi
puisi tunggal dan sebuah novel.
Imron Tohari, seorang penikmat sastra, menulis esai, puisi,
tinggal di Lombok tulisan-tulisannya tersebar di berbagai
media, bisa juga dibaca di blog pribadinya
http://lifespiritpuisisair.blogspot.com/
Pringadi Abdi Surya, kelahiran Palembang, 18 Agustus 1988.
Terpilih menjadi Duta Bahasa Sum-Sel 2009. Kumpulan puisi
tunggalnya berjudul ALUSI (Pustaka Pujangga, 2009) dan karya-
KETIKA PENYAIR BERCINTA 41
karyanya termuat dalam beberapa antologi lain seperti Koloid
(Kumcer Aksara, 2010), Kain Batik Ibu (Kumcer Pemenang
Lomba Bumiputera), MGP (Puisi Mengenang Padang), G 30 S,
Kepada Cinta (Gagas Media, 2009), dan Teka-Teki tentang
Tubuh dan Kematian. Pun menulis di media cetak seperti
Batam Pos, Harian Global Medan, Jambi Ekspres, Berita Pagi
Palembang, Linggau Pos, Jurnal Bogor, dan Suara Merdeka.
Karya lainnya bisa
Kwek Li Na atau biasa dipanggil A Ling. Lahir di Semitau,
Kalimantan Barat, 4 April 1979. Berpendidikan SMEAK
IMMANUEL dan ABA Pontianak. Ibu dari dua putra. Hsu Sheng
Hsin dan Hsu Sheng Fong. Saat ini berdomisili di Taiwan,
bekerja di toko makanan penghangat milik keluarga. Di waktu
luang senang membaca dan menulis apa saja. "Dengan
menulis, mencoba mengungkapkan dan memindahkan segala
rasa berharap bisa berbagi dengan sesama," ujarnya.Gunung
dan pantai dua adalah tempat favoritKUBuku yang telah
terbit :Antologi Puisi Merah Yang Meremah (bersama 10
penyair), Antologi Perempuan Dalam Sajak (bersama 9
penyair),Himpunan Puisi Padang 7,6 SR bersama Solidaritas 25
sastrawan dan JEJAK PARA KAUL I bersama 16 penulis dari
Indonesia, Singapura dan Malaysia untuk gempa Padang
Dimas Arika Mihardja (DAM) lahir 3 Juli 1959 di Jogjakarta.
Sejak 1986 menjadi staf pengajar puisi pada Pendidikan Bahasa
dan Seni FKIP Universitas Jambi. Gelar Doktor diraih 2002
dengan disertasi "Pasemon dalam Wacana Puisi Indonesia"
(telah diterbitkan menjadi buku oleh Pusat Studi Penulisan
2003). Ada puluhan buku antologi puisi pribadi dan antologi
bersama. Direktur eksekutif Bengkel Puisi Swadaya Mandiri,
Networker seni dan budaya, dan pembina Pusat Studi Teater di
Kampu
Isbedy Stiawan ZS. Saya lahir di Tanjungkarang, Lampung
pada 5 Juni 1958 dan hingga kini masih menetap di kota yang
KETIKA PENYAIR BERCINT42 A
sama. Saya merupakan anak keempat dari delapan bersaudara
pasangan Zakirin Senet (alm) bersuku Bengkulu dan Ratminah
(Winduhaji, Sindanglaut, Cirebon). Saya memiliki lima anak dan
dua cucu, buah perkawinan dengan istri tercinta, Adibah Jalili.
Anak-anak saya: Mardiah Novriza (26), Arza Setiawan (24), Rio
Fauzul (21), Khairunnisa (15), dan Abdurrobbi Fadillah (9)
Menjadi pengarang adalah pilihan hidup saya. Selain menulis
karya sastra (cerpen, puisi, esai sastra), kini saya aktif di
Dewan Kesenian Lampung dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Lampung. Pernah diundang ke berbagai pertemuan sastra dan
budaya di Tanah Air dan luar negeri seperti Malaysia, Thailand.
Sempat membacakan puisi-puisinya di Utan Kayu Internationan
Binnale (2005), Ubud Writers and Readers Festival (2007), dan
lain-lain. Karya-karya sasya dipublikasikan di Kompas, Koran
Tempo, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Jawa Pos, Suara
Merdeka, Sinar Harapan, Suara Karya, Pikiran Rakyat,
Republika, Horison, Kedaulatan Rakyat, Lampung Post, Radar
Lampung, Riau Pos, dll.
Handoko F Zainsam, lahir di Madiun, 06 Oktober 1975. Ia
pengagas dan pendiri Komunitas Mata Aksara (KomMA) Jakarta.
Karya-karyanya: Risalah Luka Sang Pecinta—Tahun 2000 (Prosa
Liris); Antologi Puisi Bersama Sastra Jawa (2001); I’m Still A
Woman—Tahun 2005 (novel); Antologi Puisi Kota Sunyi Tahajud
Cinta Kunang-Kunang (2009). Kenang Sebayang Antologi
Bersama Puisi Lekas (2010). Kini sedang menyelesaikan
kumpulan puisinya “Ma’rifat Bunda Sunyi” dan “Kitab Negeri
Hening”. Beberapa karya lain pernah dimuat di berbagai media
cetak seperti; Jawa Pos, Koran Republika, Jurnal Bogor, Majalah
Matra, dll.
Ersis Warmasyah Abbas, dosen pada FKIP Unlam
Banjarmasin. Lahir di Muara Labuh, Solok Selatan, 15
November 1957. Magister Pengembangan Kurikulum
Pendidikan IKIP (UPI) Bandung (1995), Alumnus Pendidikan
Teori, Metodologi dan Aplikasi Antropologi UGM (1993), pernah
kuliah di PK Fakultas Filsafat UGM (1982), Sarjana IKIP (UNY)
KETIKA PENYAIR BERCINTA 43
Jogja (1980) Sarjana Muda IKIP (UNP) Padang (1978), dan
alumnus PGAN Padang (1975). Karya-karyanya dimuat
diberbagai media, seperti Kedaulatan Rakyat, Berita Nasional,
Sinar Harapan, Suara Pembaharuan, Jayakarta, Kompas,
Haluan, Bandung Pos, Radar Banjarmasin, Dinamika Berita,
Pelita dan media cetak lainnya. Era 1986-1990 aktif di
Perwakilan HU Pelita Jawa Barat dengan puncak prestasi
jurnalistik Suplemen Lustrum VII IKIP Bandung. Menerbitkan
antologi puisi: Surat Buat Kekasih (2006) dan terbitan bersama:
Garunum (2006), Taman Banjarbaru (2006), Tajuk Bunga
(2006), Kolaborasi Nusantara dari Banjarbaru (2006).
Penyunting antologi puisi: Hamami Adaby: Kaduluran (2006),
dan kumpulan cerpen Jamal T. Suryanata: Bulan di Pohon
Cemara (2006). Kini menjabat sebagai Pemimpin Umum
GAGAH dan Bandjarbaroe Post adalah Presiden LPKPK.
Melakukan kerjasana dengan Asia Foundation, PT Djarum
Kudus, Pemda Kabupaten dan Kota dan lembaga lainnya.
Saifun Arif Kojeh adalah nama pena dari Rd. Sarifudin, yang
terlahir di Durian Sebatang, 8 Desember 1977 dari rahim
Raden Ajeng Jetiah Bujang Saheran dan ayahandanya Raden
Koman Sahar. Menulis karya sastra sejak masih Sekolah
Menengah Umumkelas tiga sampai sekarang. Karyanya berupa
puisi, cerpen, cerber, novel mini, novel, Diari Seorang Penulis,
Catatan Harian Seorang Penulis, bahkan kini merambah
menulis artikel populer di berbagai media massa. Memiliki
semboyan dalam menulis, “Suatu coretan kreatif sependek
apapun dalam menuangkan impresi atau ekspresi jiwa akan
melahirkan keindahan rasa yang terasa bagi orang yang
merasa.” Karya-karyanya yang telah terbit dalam bentuk buku
Cerpen Tunggalnya, Kembalinya Tarian Sang Waktu (Literer
Khatulistiwa, 2010) dan Puisi tunggalnya adalah Tafakur Cinta
(Pijar Publishing, 2006) dan Sembahyang Puisi; menerjemah
rindu (Literer Khatulistiwa, 2010). Juga terkumpul dalam karya
bersama seperti antologi bersama Bianglala terbitan BKK
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak edisi 2001.
Alumnus SMA Negeri 2 Pontianak dan FKIP Untan Pendidikan
KETIKA PENYAIR BERCINT44 A
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah ini sekarang
mengabdikan dirinya sebagai guru. Berbagai pengalaman
dalam dunia tulis menulis banyak dilaluinya. Kalau ingin lebih
mengenal lebih akrab tentang penyair maka bisa mengunjungi
langsung alamat karya penyair di situsnya:
Http://msaifunsalakim.blogspot.com/
danHttp://kemuliaancintasakim.blogspot.com/. Atau bisa
dengan cara menghungi penyair di Kontak person: Jalan Atot
Ahmad Nomor 05, Perumnas II, (0561) 778384, Nomor HP
(085252411358), Pontianak 78113.
Isma Wasingatun Terlahir di kota gaplek "Wonogiri", pada
tanggal 06 Januari 1989. Sekarang masih menempuh studi
sebagai mahasiswi semesterakhir program studi gizi di salah
satu universitas swasta di Surakarta. Suka menulis sejak SD
hingga sekarang. Beberapa karya puisi pernah dimuat disalah
satu koran harian lokal di kota "The Spirit of Java" ini. Tulisan
tidak hanya sebatas puisi dan cerpen remaja, namun akhirakhir
ini sudah mulai menulis ilmiah populer juga. Karya-karya
lainnya bisa dilihat di Blog pribadinya
ismawasingatoen.blogspot.com/. Kini berdomisili di Jln.Deposito
no.1 Nilasari,Pabelan,Kartasura,Surakarta. Segala hal yang
ingin ditanyakan pada penyair bisa dikirim via email
isma.wasingatoen@gmail.com atau via handphone
HP:085642493321
Adrian kelana, lahir di kampung pujangga lama.bukit
tinggi.ranah minang . 15 Desember 1976. Beristrikan mualaf
gadis keturunan tiongho aktifitas. Wiraswasta di jakarta.Ikut
dalam buku .antologi puisi tarian ilalang.
Sayuri Yosiana, lahir dan besar di Jakarta. Menyukai dunia
seni, sejarah dan heritage. Punya hobi membaca, fotografi dan
travelling. Karya-karyanya belum banyak. Diantaranya pernah
dimuat di kompas.com berupa prosa dengan judul Tiga wajah
ibu dan Ketetapan Di Penghujung malam, masih menggunakan
nama Pena DaraJingga. Lalu fiksi anak, Angela kecilku (judul
KETIKA PENYAIR BERCINTA 45
asli, Angela dan petualangan kecilnya) dimuat di media cetak
Jurnal Perempuan edisi 65. Serta beberapa esai yang tersebar
di beberapa situs online seperti andaluarbiasa.com dan
visimuda.com. Bersama rekannya, Andre Birowo mendirikan
dan mengelola situs kesehatan holistik kabarsehat.com. Serta
dipercaya sebagai marketing kreatif di sekolah menulis
visikata.com. Saat ini masih aktif bekerja menekuni dunia
bisnis online, serta menerima jasa editing dan pengembangan
tulisan untuk naskah-naskah ringan berupa fiksi dan non
fiksi. Bercita-cita membuat kumpulan cerpen, novel, esai dan
puisi dalam bentuk buku atau format ebook. Segala hal
menyangkut penyair bisa langsung ditanyakan via email
sy@sayuriyosiana.com atau lewat via Hp di nomer 0856 9291
3223, 0819 3227 5033. Karya lainnya bisa dibaca dib log
pribadinya http://www.sayuriyosiana.com
Dedy Nur Lahir didesa kaloang Sulawesi Selatan 23 Agustus
1981, Penikmat Sastra
Sandra Palupi, Lahir di Jakarta, 1 April 1972. Tinggal di
Semarang. Ibu rumah tangga dan bekerja di sebuah yayasan
pendidikan. Penyinta puisi...
Davit Arianto. Dave Sky adalah nama pena saya. Lahir 10
April 1980. Kegemaran tentunya menulis, membaca dan
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan alam. Buku
Antologi yang sudah pernah terbit adalah Antologi 44 Penyair
Bandung "Ziarah Kata-kata" (2010) dan "Suara-suara Nurani
Kemanusiaan"
Ananda Dwi, lahir di Banjarmasin 15 Januari 1976. Pekerjaan
swasta. Menulis puisi sejak 1987 sampai sekarang di bawah
bimbingan Kony Fahran wartawan senior di Kaltim yang juga
penyair dan cerpenis.
Lia Salsabila, lahir di bulan yang dinaungi bintang cancer,
tepatnya di bulan juli tgl 17 bershio anjing. suka sastra setahun
KETIKA PENYAIR BERCINT46 A
yang lalu yaitu bulan mei 2009. Aktifitas sekarang, mengelola
taman baca sosial dan bermain dengan anak-anak yang
berkunjung di dalamnya. Karya-karyanya tersebar diberbagai
media. Karya-karya lainnya bisa di lihat di blog pribadi antara
lain www.ladangsastra.com, www.lia-kekasihhati.blogspot.com
dan www.liasalsabila.multiply.com alamat asal jember jawa
timur, email : yulia.yulia@rocketmail.com
Zam Zamee, Lahir di Bangkalan, 28041989 berdomisili di
Blega Bangkalan Madura. Kontak: +6281 937 3333 49. E-Mail:
emje.a6@gmail.com
Retno Handoko memiliki nama pena Jurang Sepi.Mahasiswa
lulusan Fakultas Sastra Inggris Universitas Islam Sumatera
Utara. adalah seorang pengelana kelahiran Kelahiran. Kini
berdomisili di Jl. Tirta Raharja II F/267 Jati kramat, jati asih ,
Bekasi. Jalan Cendana Gang 4 Samarinda
Abd. Qadir Jailani---Lahir dan besar di madura tepatnya di
pedalaman kota sumenep (Lenteng). Sekarang masih
melanjutkan studinya di TMI Al-Amien Prenduan (kelas akhir).
Sekarang menjabat sebagai Pemred Khazanah sisipan majalah
Qalam. Beberapa bukunya yang akan segera terbit Menatap
Masa Depan Bangsa dan antologi tunggal puisinya Selembar
Kertas Purnama. Penulis bisa dihubungi melalui E-Mail
aq_jeilaniel_a90@yahoo.com atau di no Hp. 081703581866
Erfan Setiawan. Lahir Ganding, Sumenep 07 Agustus 1990.
Kini penulis masih melanjutkan studinya di Pondok Pesantren
Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura, dan aktif di berbagai
komunitas sastra. Antara lain: Sanggar Sastra Al-Amien (SSA),
Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI) cabang Sumenep,
Forum Lingkar Pena (FLP) ranting Al-Amien dan Forum Bahasa
dan Sastra Indonesia Beberapa karyanya berupa puisi
dipublikasikan di lokal dan nasional. Antologi puisinya yang
pertama Di Bawah Sayu Matamu.
KETIKA PENYAIR BERCINTA 47
Dianing Widya Yudhistira, lahir di Batang 6 April 1974.
Menulis puisi, cerpen dan resensi buku, mulai tahun 1992.
Dipublikasikan ke berbagai media antara lain Republika, Media
Indonesia, Koran Tempo, The Jakarta Post, Nova, Horison
(Jakarta), Wawasan, Cempaka, Suara Merdeka (Semarang),
Memorandum, Jawa Pos (Surabaya), Pikiran Rakyat (Bandung),
Waspada (Medan), Serambi Indonesia (Banda Aceh), Suara
Nusa (Nusa Tenggara Barat), Bali Pos (Denpasar), Majalah GEN
dan Tunas Cipta (Malaysia) dan Bahana (Brunei Darussalam).
Kemampuannya dalam menulis tidak diragukan lagi, dari
tangannya banyak lahir buku bersama seperti, antologi puisi
“Mimbar Penyair Abad 21” (1996), “Forum Pesta Penyair Jawa
Tengah 1993” (1993), “Dari Negeri Poci II” (1994), “Dari Negeri
Poci III”, “Antologi Puisi Indonesia” (1998), “Kicau Kepodang IV”
(1997), “Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka” (1995),
“Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia” (ed Korrie Layun
Rampan, 2001) , “Surat Putih 2” (2002), “Kiara I” (2000), “Kiara
II” (2003), “Aceh dalam Puisi” (2003), ”Bisikan Kata, Teriakan
Kota” (2003), “Mahaduka Aceh” (2005), dan lain-lain.
Cerpennya bisa ditemukan dalam sejumlah antologi cerpen,
seperti kumpulan cerpen “Kembang Manyang” (2000), “Dunia
Perempuan” (ed. Korrie Layun Rampan, 2002), “Yang Dibalut
Lumut” (CWI, 2003), “Kota yang Bernama dan Tak Bernama”
(2003), “Bunga-Bunga Cinta” (Senayan Abadi, 2004), “Jika
Cinta….” (Senayan Abadi, 2004). Novelnya “Sintren”, termasuk
lima besar Khatulistiwa Literary Award 2007. Perempuan
Mencari Tuhan”, Penerbit Republika 2007). Kumpulan cerpen
tunggalnya “Kematian yang Indah” (Grasindo, 2005). Novel
terbarunya “Nawang” (Pustaka Republika, 2009) dan “Weton”
(Grasindo, Oktober 2009). Kini ia sedang menunggu terbit
kumpulan esainya tentang perempuan berjudul “Satu Istri Saja
Cukup”. Tahun 1996 diundang dan mengikuti “Mimbar Penyair
Abad 21” di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Desember
2003 diundang Dewan Kesenian Jakarta untuk baca puisi dalam
forum “Temu Sastra Jakarta”. Kini tinggal di Perumahan Vila
Pamulang, Blok Dj-7/8, Pondok Petir, Sawangan, Depok 16517,
KETIKA PENYAIR BERCINT48 A
Email: dianing@gmail.com dan dianingwidya@yahoo.com.
Facebook: http://www.facebook.com/dianingwy
Munajat Sunyi, nama pena dari Badrul Munir Chair. Lahir di
pesisir Ambunten (sebuah desa di pantai utara Sumenep-
Madura), 1 Oktober 1990. Alumnus PP. Darul ’Ulum Jombang.
Menulis cerpen dan puisi, karya-karyanya dipublikasikan di
beberapa media lokal maupun nasional, serta masuk dalam
sejumlah Antologi bersama, diantaranya antologi cerpen Di
Pematang Pandanaran (Matapena, 2009), Bukan Perempuan
(Grafindo-Obsesi, 2010), dan beberapa antologi puisi, seperti
Diorama (Antologi Penyair Tanpa Bilangan Kota) (Pondok Mas,
2009), Antologi Puisi Penyair Nusantara Musibah Gempa
Padang (E Sastera, Kuala Lumpur 2010 ), kumpulan cerpen
duetnya (bersama seorang teman) yang sudah terbit berjudul
Bangkai dan Cerita-Cerita Kepulangan (FUY, 2009). Salah satu
cerpennya memperoleh juara pertama dalam sayembara
penulisan cerpen inspiratif Ramadhan tingkat mahasiswa se-
DIY 2009, serta memperoleh beberapa penghargaan dalam
lomba cipta puisi dan cerpen. Kini melanjutkan studinya di
jurusan Teologi dan Filsafat fakultas Ushuluddin, Studi Agama
dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, aktif
bergiat di Masyarakat Bawah Pohon Yogyakarta. Bisa
dikunjungi di blognya: badrulmunirchair.blogspot.com, alamat
email: eyoung_bmc @yahoo.co.id, dan
munajatsunyi@gmail.com. Kalau ingin lebih mengenal penyair
bisa menghubungi via handphone
085655464263/081915520846. Kini penyair tingggal di Jl. Bimo
Kurdo no. 28 RT/RW: 23/07 Sapen-Yogyakarta.
Indah Hairani Ialah seorang Ahli Jawatan Kuaasa Group Teater
Asyik Terengganu dan Ahli Persatuan Penulis Terengganu
(PELITA), menyukai duania tulis menulis bergenre Skrip Drama,
Cerpen, Puisi dan Novel. Karya-karyanya bisa dibaca di blog
pribadinya http://indah-hairani.blogspot.com. Kini penyair
tinggal di Jalan Bukit Nenas Tepoh NO 79 A, Kode Pos 21060
Kuala Terengganu. Segala hal yang ingin disampaikan pada
KETIKA PENYAIR BERCINTA 49
penyair bisa dihantarkan ke alamat email
indah_hairani@yahoo.com
Ach. Shodiqil Hafil: lahir di Pamekasan, 3 Februari 1988.
Pimpinan Redaksi Buletin El-Dy Ghize (2003-2004), Redaktur
Majalah Qalam (2004-2006), anggota Sanggar Sastra Remaja
Indonesia (SSRI), Koordinator Sanggar Matahari Pamungkas,
Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA) dan sekarang sebagai
Kepala Perpustakaan MA TMI Al-Amien Prenduan. Puisi-puisinya
dimuat di Sabili, Kuntum, Radar Madura, Mimbar (MPA), Qalam,
Horison, dan Annida. Juara I Cipta Puisi Kandungan Al-Quran se-
Jawa Timur dalam Pospeda di Malang (2005), dan menjadi
utusan Jatim dalam Pospenas III di Medan (2006). Pada 2009
lalu meraih juara III dalam Lomba Pidato Bahasa Indonesia
antar mahasiswa se Jawa-Kalimantan di Bandung. Puisipuisinya
terangkum dalam buku Mengasah Alif (2007) dan Akar
Jejak (2010).
Eti Puji, penikmat sastra yang mencoba menuangkan isi
kepalanya ke dalam kata-kata. Tinggal di Jakarta.
Elis Tating Bardiah, S.Pd, lahir di Bandung, 01 Maret 1978.
Ia seorang Alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Bandung Jurusan Akuntansi. Ia seorang guru di dua SMA swasta
(SMA Muhammadiyah 1 dan SMA PGRI 2 Bandung) sebagai
guru Mata Pelajaran Ekonomi dan Akuntansi dari tahun 2004
sampai sekarang Mulai menekuni dunia puisi 2009 dan pernah
diminta mengendorse buku “Merancang Masa Depan Buah
Hati” Karya H. Mulyadi, M.M Oleh Penerbit Pustaka Hidayah
Bandung. Karya-karya yang lain bisa dibaca di blog pribadinya
http://www.raudhohqolbu.blogspot.com di samping itu mulai
dari bulan Maret 2010 karyanya ditampilkan/dibaca pada acara
amal Majelis Sastra Bandung dan 4 Perempuan. Kini penyair
sedang dalam proses pembuatannya. Penyair berdomisi di Jl.
Pasir Salam No. 29 Bandung 40254. Segala hal yang ingin
ditanyakan bisa langsung dikirim ke alamat email
jiwaperindu@yahoo.com/
KETIKA PENYAIR BERCINT50 A
lizkhoirunnisa@gmail.com/lizkhoirunnisa@yahoo.com atau di
nomer handphone 0812 218 42242
Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986.
Putra KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh. Semenjak
kecil akrab dengan kehidupan pesantren. Semenjak nyantri
mulai akrab dengan dunia tulis menulis. Ia adalah seorang guru
MTs TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 di selasela
senggangnya ikut membina di Sanggar Sastra Al-Amien
Prenduan, di samping itu sebagai pendiri SastraSunser317 di
Facebook. Karya-karyanya dipublikasikan diberbagai media
baik cetak seperti Buletin Sidogiri, Majalah QA, Majalah QALAM,
Majalah Kuntum (Joqja), Majalah Bongkar dll maupun
diberbagai media online seperti mediasastra.com, puitika.net,
antologi.net, PENA (Persatuan Penulis Nasional, dengan situs
penulisnasional.ning.com) , http://www.poemhunter....,
esastera.com sejenis majalah online tingkat asia dll. Terkumpul
dalam Antologi Mengasah Alief (2007) bersama 10 Penyair Al-
Amien, Antologi Puisi Yaasin (2007), bersama seluruh
pesantren se jawatimur, Toples (2009) bersama Mahasiswa
jogjakarta, Antologi Puisi Akar Jejak (2010) antologi bersama
para penyair Al-Amien yang dilaounching bukunya bertempat di
pondok pesantren al-amien bertepatan dengan acara SBSB
yang dihadiri oleh Bapak Taufik Ismail, Jamal D Rahman, Iman
Sholeh, D Zawawi Imron, Joni Ardinata. Kumpulan Puisi Heart
Weather adalah kumpulan puisinya yang diterbitkan via ebook
tepat pelaksanaan SBSB.selebihnya adalah antologi puisi yang
diterbitkan secara pribadi. Kini penulis tinggal di Pondok
Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 untuk
mengabdikan diri sebagai tenaga edukatif. Alamat email
putra_blega@yahoo.com /lora_sun31@yahoo.com CP
087852121488
M. Hasan Sanjuri ia adalah penyair lombok yang kini menjadi
salah seorang pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA). Karyakaryanya
tersebar diberbagai media baik lokal maupun
nasional. Di samping itu terkumpul dalam berbagai buku
KETIKA PENYAIR BERCINTA 51
antologi seperti CAHAYA KATA, dan Kumpulan Puisi Bumi Gora
yang ditulisnya di lounching di Gedung Serba Guna TMI Putri
berbarengan dengan acara SBSB yang dihadiri oleh D Zawawi
Imron, Taufik Ismail, Iman Soleh, Joni Ariadinata, Jamal D
Rahman dan beberapa penyair lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar