Rabu, 02 Februari 2011
asal usul sepeda
Need a WAP site?
Home
Kategori Artikel
Asal Usul Sepeda
Sejarah sepeda bermula di Eropa. Sekitar tahun 1790, sebuah
sepeda pertama berhasil dibangun di Inggris. Cikal bakal
sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes.
Keduanya belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang,
batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda
pada sebuah rangka kayu. Bisa dibayangkan, betapa
canggung dan besar tampilan kedua sepeda tadi. Meski begitu,
mereka cukup menolong orang-orang
– pada masa itu untuk
berjalan.
Penemuan fenomenal dalam kisah masa lalu sepeda tercipta
berkat Baron Karl Von Drais. Von Drais yang tercatat sebagai
mahasiswa matematik dan mekanik di Heidelberg, Jerman
berhasil melakukan terobosan penting, yang ternyata
merupakan peletak dasar perkembangan sepeda selanjutnya.
Oleh Von Drais, Hobby Horse dimodifikasi hingga mempunyai
mekanisme kemudi pada bagian roda depan. Dengan
mengambil tenaga gerak dari kedua kaki, Von Drais mampu
meluncur lebih cepat saat berkeliling kebun. Ia sendiri
menyebut kendaraan ini dengan nama, Draisienne. Beritanya
sendiri dimuat di koran lokal Jerman pada 1817. Proses
penciptaan selanjutnya dilakukan Kirkpatrick Macmillan. Pada
tahun 1839, ia menambahkan batang penggerak yang
menghubungkan antara roda belakang dengan ban depan
Draisienne. Untuk menjalankannya, tinggal mengayuh pedal
yang ada.
James Starley mulai membangun sepeda di Inggris di tahun
1870. Ia memproduksi sepeda dengan roda depan yang sangat
besar (high wheel bicycle) sedang roda belakangnya sangat
kecil. Sepeda jenis ini sangat populer di seluruh Eropa. Sebab
Starley berhasil membuat terobosan dengan mencipta roda
berjari-jari dan metode cross-tangent. Sampai kini, kedua
teknologi itu masih terus dipakai. Buntutnya, sepeda menjadi
lebih ringan untuk dikayuh. Sayangnya, sepeda dengan roda
yang besar itu memiliki banyak kekurangan. Ini menjadi
dilema bagi orang-orang yang berperawakan mungil dan
wanita. Karena posisi pedal dan jok yang cukup tinggi, mereka
mengeluhkan kesulitan untuk mengendarainya.
Sampai akhirnya, keponakan James Starley, John Kemp Starley
menemukan solusinya. Ia menciptakan sepeda yang lebih
aman untuk dikendarai oleh siapa saja pada 1886. Sepeda ini
sudah punya rantai untuk menggerakkan roda belakang dan
ukuran kedua rodanya sama. Namun penemuan tak kalah
penting dilakukan John Boyd Dunlop pada 1888. Dunlop
berhasil menemukan teknologi ban sepeda yang bisa diisi
dengan angin (pneumatic tire). Dari sinilah, awal kemajuan
sepeda yang pesat. Beragam bentuk sepeda berhasil
diciptakan.
Seperti diketahui kemudian, sepeda menjadi kendaraan yang
mengasyikkan. Di Indonesia, perkembangan sepeda banyak
dipengaruhi oleh kaum penjajah, terutama Belanda. Mereka
memboyong sepeda produksi negerinya untuk dipakai
berkeliling menikmati segarnya alam Indonesia. Kebiasaan itu
menular pada kaum pribumi berdarah biru. Akhirnya, sepeda
jadi alat transpor yang bergengsi.
Seperti ditulis Ensiklopedia Columbia, nenek moyang sepeda
diperkirakan berasal dari Prancis. Menurut kabar sejarah,
negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat
transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-
tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk
hasil rancang bangun kendaraan dua roda. Yang pasti,
konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih
sangat
“primitif”. Ada yang bilang tanpa engkol, pedal
tongkat kemudi (setang). Ada juga yang bilang sudah
mengenal engkol dan setang, tapi konstruksinya dari kayu.
Adalah seorang Jerman bernama Baron Karls Drais von
Sauerbronn yang pantas dicatat sebagai salah seorang
penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn
membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang
efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia
memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi,
model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara
sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki
ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.
Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran
Skotlandia, membuatkan “mesin” khusus untuk sepeda.
Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tapi
lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan
turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah
“
berani” menghubungkan engkol tadi dengan tongkat
kemudi (setang sederhana).
Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya
penyempurnaan penemu Prancis, Ernest Michaux pada 1855,
dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih
stabil. Makin sempurna setelah orang Prancis lainnya, Pierre
Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan
lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek
atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda
dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.
Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi
pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian
bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet
sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan
kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi
suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan
dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit
pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda
Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang). Sehingga
tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang
dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya
terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi
begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia
setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris
pada 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin
menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop
menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi
berguncang.
Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa
diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih
banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu,
berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat
transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya.
Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan
sepeda motor, sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan
penggemarnya dikenal sangat fanatik.
Kini, sepeda punya beragam nama dan model. Ada sepeda
roda tiga buat balita, sepeda mini, “sepeda kumbang”,
hingga sepeda tandem buat dikendarai bersama. Bahkan
olahraga balap sepeda mengenal sedikitnya tiga macam
perangkat lomba. Yakni
“sepeda jalan raya” untuk jalanan
mulus yang memiliki sampai 16 kombinasi gir yang berbeda,
“
sepeda track” dengan hanya 1 gigi serta “sepeda
gunung” yang memiliki 24 gigi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar